Pembagian Warisan 2 PEMBAGIAN WARISAN (2)

dokumen-dokumen yang mirip
Kasus Pembagian Harta Warisan

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

DO'A PENGUAT IMAN. Pertanyaan Dari: Mulyadi, Laren, Lamongan, Jawa Timur. (disidangkan pada hari Jum at, 9 Muharram 1434 H / 23 November 2012)

bismillahirrahmanirrahim

BAB V PENUTUP. Setelah penulis menyelesaikan pembahasan permasalahan yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG

Kewajiban Zakat Profesi Setelah Dipotong Pajak

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

FARAID ILMU YANG DILUPAKAN

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

LEGEM PUTUSAN NOMOR:71/ Pdt.G/ 2013/ PA.Sda

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid

BAB II PERJANJIAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

SALINAN PENETAPAN. Nomor : 04/Pdt.P/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. lapangan hukum kekayaan/harta benda yang dapat diwariskan. alasan timbulnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam pewarisan, namun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. - Putusan perkara perdata Nomor : 216/Pdt.G/1996?PA.YK. Pengadilan Agama Yogyakarta adalah:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

1) Sebuah rumah dan tanahnya dengan harga Rp ) 200 lembar saham pada P.T. Budi Jaya senilai Rp

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung?

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0081/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

WARIS MENUNAIKAN WASIAT JIKA ADA

1) Sebuah rumah dan tanahnya dengan harga Rp ) 200 lembar saham pada P.T. Budi Jaya senilai Rp

DAHSYATNYA KEKUATAN DO A

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Aplikasi Perhitungan Mawaris Untuk Kasus Standar Dan Kasus Al-Gharawain Berbasis Desktop Menggunakan C++ Qt

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N NOMOR : 76/Pdt.G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor XXX/Pdt.P/2013/PA.Ktbm

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB III KEUTAMAAN MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. agama-agama lain yang mampu menyamainya. Kesempurnaan Al-Qur an tidak

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

PEDOMAN PRAKTIS BERPERKARA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 004/Pdt.P/2012/PA.SKH. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Pembagian Warisan 2 PEMBAGIAN WARISAN (2) Pertanyaan dari: Hasan Nasrullah, di Binjai (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Melalui surat ini saya sampaikan kepada Bapak tentang permasalahan mengenai hukum pembagian waris menurut agama Islam untuk dimuat dalam rubrik Tanya Jawab Agama di Majalah Suara Muhammadiyah. Kasus: Si A dan B telah melangsungkan perkawinan pada tahun 1950 dan sekarang mempunyai 7 (tujuh) orang anak yaitu C (laki-laki), D (laki-laki), E (perempuan), F (laki-laki), G (perempuan), H (laki-laki) dan I (laki-laki). Si B (ibu) meninggal dunia pada tahun 1999 dan si A (ayah) meninggal dunia pada tahun 2004. Pada tahun 1975 si C anak pertama, bekerja dengan ayahnya (A) usaha dagang dengan membuka sebuah toko ukuran 3 x 12 m. Sampai sekarang si C tetap membuka toko tersebut walaupun si A telah meninggal dunia. Harta Warisan: 1. Ruko ukuran 3 x 12 m 2. Ruko ukuran 12 x 20 m Pertanyaan: Bagaimana cara membagi harta warisan tersebut karena pada saat sekarang ini harta warisan tersebut masih belum dibagi. Ketujuh anak-anaknya masih hidup. Demikian, dan terima kasih. Jawaban: Untuk sampai kepada jawaban dari pertanyaan saudara, perlu diperjelas lebih dahulu: 1. Kedudukan kerjasama antara A dan C dalam usaha dagang. 2. Kematian ibu (B) yang berakibat hukum harus diselesaikan pembagian warisannya. Dua peristiwa hukum tersebut sangat berpengaruh terhadap jumlah harta kekayaan A yang juga berdampak terhadap harta waris yang akan dibagikan kepada ahli waris yang dalam hal ini adalah anak-anaknya. 1. Kedudukan kerjasama antara A dan C dalam usaha dagang. Kerjasama dalam usaha dagang dalam Hukum Islam dikenal dengan sebutan syirkah. Dalam syirkah yang terjadi antara A dan C,

perlu diketahui apakah masing-masing membawa modal atau tidak. Jika dalam syirkah ini A dan C membawa modal, maka syirkah ini disebut dengan musyarakah. Dalam musyarakah keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pihak-pihak yang bersyarikat atau melakukan perjanjian kerja sama, sesuai dengan prosentase modal atau menurut kesepakatan mereka. Jika yang terjadi dalam syirkah antara A dan C adalah musyarakah, dan sekarang akan diperhitungkan, maka langkah yang harus ditempuh yakni: Pertama, mengembalikan modal masing-masing yakni modal A dikembalikan kepada A dan modal C dikembalikan kepada C. Kedua, menghitung untung dan rugi. Jika dalam perhitungan terjadi kerugian lebih besar daripada keuntungan, maka kerugian ditanggung oleh A dan C sesuai dengan kesepakatan atau prosentase modalnya. Jika antara kerugian dan keuntungan ternyata sama, maka A dan C hanya kembali modal sebagaimana telah dilakukan pada langkah yang pertama. Jika dalam perhitungan terjadi keuntungan lebih besar daripada kerugian, maka keuntungan yang diperoleh dibagi antara A dan C menurut kesepakatan atau prosentase modal masing-masing. Mungkin juga syirkah yang terjadi antara A dan C, modal berasal dari salah satu pihak, sedang pihak lain hanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam usaha. Syirkah yang demikian disebut dengan mudlarabah. Dalam mudlarabah, jika dalam usaha ini memperoleh keuntungan, maka keuntungan menjadi hak pemilik modal dan pekerja, sedangkan kalau terjadi kerugian, sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal. Jika syirkah yang terjadi antara A dan C dalam bentuk mudlarabah, maka jika akan diperhitungkan kekayaan masing-masing, ditempuh: Langkah pertama, mengembalikan modal kepada pemiliknya, misalnya A sebagai pemilik modal, maka modal dikembalikan kepada A dan jika C sebagai pemilik modal maka modal dikembalikan kepada C. Langkah kedua, menghitung keuntungan dan kerugian. Jika kerugian lebih besar daripada keuntungan, maka kerugian ditanggung oleh pemilik modal dan pekerja tidak menanggung kerugian dan juga tidak memperoleh bagian apapun. Jika kerugian sama dengan besarnya keuntungan, maka pemilik modal hanya mendapat pengembalian modal tanpa tambahan apapun dan pekerja tidak memperoleh bagian apapun pula. Jika keuntungan lebih besar daripada modal, kepada pemilik modal disamping dikembalikan modalnya juga mendapat bagian keutungan yang telah disepakati demikian pula pekerja mendapat bagian keuntungan yang telah disepakati. Dapat juga terjadi dalam mudlarabah ini masing-masing juga berlaku sebagai pekerja. Jika yang demikian ini yang terjadi, pemilik modal menerima pengembalian modal, kemudian keuntungan dibagi antara pemilik modal dengan pekerja menurut yang disepakati; kemudian keuntungan milik para pekerja dibagi kepada mereka yang ikut dalam menangani usaha ini sesuai dengan kesepakatan. Selain dalam syirkah, mungkin juga dalam kerjasama ini dalam bentuk perburuhan (al- Ijarah ala al-a mal). Dalam al-ijarah ala al-a mal pemilik usaha menanggung segala kerugian dan memiliki semua keuntungan. Pekerja adalah sebagai buruh, yang mendapat gaji tertentu dari pemilik usaha. Misalnya A sebagai pemilik usaha dan C sebagai tenaga pekerja, maka modal dan semua keuntungan milik A, dan C memperoleh upah (gaji) dari A. Dari kemungkinan-kemungkinan tersebut perlu dilihat mana yang paling sesuai di antara tiga kemungkinan tersebut. Setelah itu akan diketahui berapa kekayaan A.

2. Pewarisan harta ibu. Dengan meninggalnya ibu (B), maka secara hukum akan terjadi peristiwa pewarisan. Yang diwarisi adalah harta ibu dan pewaris adalah suami dan anak-anaknya. Harta ibu, terdiri dari: a. Harta bawaan, yakni harta milik Ibu yang diperoleh atau dimiliki sebelum perkawinan dengan A, dan harta yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan. b. Separoh dari harta bersama yakni harta yang didapatkan oleh A dan B semenjak akad perkawinan dilangsungkan sampai dengan akhir hayat B. Ketentuan ini didasarkan kepada pasal 96 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: Apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama. Dengan ketentuan tersebut A memperoleh separoh harta bersama, sedang separohnya lagi adalah menjadi harta B yang yang kemudian akan menjadi bagian dari harta peninggalan yang akan diwarisi oleh ahli warisnya. Sebelum harta dibagikan kepada ahli waris terlebih dahulu digunakan untuk biaya perawatan jenazah, misalnya membeli kain kafan, ongkos menggali kuburan dan sebagainya; membayar hutang jika B mempunyai hutang, baik hutang kepada Allah misalnya zakat yang belum terbayar, nadzar yang belum terlaksana dan sebagainya maupun hutang kepada sesama; dan menunaikan wasiat jika B pernah berwasiat selama hidupnya. Setelah harta peninggalan dikurangi dengan biaya-biaya yang telah disebutkan, maka saatnya untuk dibagikan kepada ahli waris, yang dalam hal ini yaitu A sebagai suami serta C, D, E, F, G, H dan I anak-anaknya. Cara pembagiannya: Pertama, suami (A) diberikan seperempat (¼) dari seluruh harta waris yang ditinggalkan B, berdasarkan firman Allah: Artinya: Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteriisterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. [QS. an-nisa (4): 12] Kedua, sisanya yakni 3/4 harta waris yang ditinggalkan B dibagikan kepada tujuh orang anaknya dengan ketentuan bagian untuk seorang anak laki-laki adalah sama dengan bagian untuk dua orang anak perempuan, atau dengan kata lain bagian bagi seorang anak laki-laki dua kali bagian seorang anak perempuan. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah: Artinya: Allah mensyari atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bahagian seorang anak laki-laki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan. [QS. an-nisa (4): 11]

Jumlah : 12 Bagian untuk lima orang anak laki-laki 10/12 x ¾ harta waris yang ditinggalkan B. Jadi untuk satu orang anak laki-laki = 1/5 x hasil perhitungan bagian lima orang anak laki-laki, yakni masing-masing mendapat 2/12 x ¾ harta waris yang ditinggalkan B. Bagian untuk dua orang anak perempuan = 2/12 x ¾ harta waris yang ditinggalkan B. Jadi bagian untuk seorang anak perempuan = 1/2 x hasil perhitungan bagian dua orang anak perempuan, yakni masing-masing mendapat 1/12 x ¾ harta waris yang ditinggalkan B. Dengan menggunakan keterangan sebagaimana yang telah dikemukakan dari awal sampai yang terakhir, kiranya sudah dapat diperhitungkan jumlah harta warisan yang ditinggalkan oleh A dari harta yang berupa; ruko ukuran 3 x 12 m dan ruko 12 x 20 m (setelah sebelumnya dihargai/dinilai dengan uang). Setelah itu kemudian ditambah (jika ada) harta bawaan A dan hadiah atau warisan yang diterima selama perkawinan dengan B. Jumlah seluruhnya ini menjadi harta peninggalan A. Setelah dapat diketahui jumlah harta peninggalan A, sebelum dibagikan kepada ahli waris yang dalam hal ini adalah anak-anaknya, terlebih dahulu digunakan untuk biaya perawatan jenazah, membayar hutang jika A dalam hidupnya punya hutang dan membayar wasiat jika pernah berwasiat. Setelah itu harta warisan dibagikan kepada tujuh orang anaknya. Cara pembagiannya: Bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Jumlah : 12 Bagian untuk lima orang anak laki-laki 10/12 x seluruh harta waris yang ditinggalkan A. Jadi untuk satu orang anak laki-laki = 1/5 x hasil perhitungan bagian lima orang anak laki-laki, yakni masing-masing mendapat 2/12 x seluruh harta waris yang ditinggalkan A. Bagian untuk dua orang anak perempuan = 2/12 x seluruh harta waris yang ditinggalkan A. Jadi bagian untuk seorang anak perempuan = 1/2 x hasil perhitungan bagian dua orang anak perempuan, yakni masing-masing mendapat 1/12 x seluruh harta waris yang ditinggalkan A. Contoh perhitungan: Seandainya setelah dikurangi dengan biaya-biaya sebagaimana telah disebutkan di atas, harta peninggalan A adalah Rp 300.000.000,-, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Jumlah : 12 Bagian lima orang anak laki-laki 10/12 x 300.000.000,- = 250.000.000,-. Bagian satu orang anak laki-laki 1/5 x 250.000.000,- = 50.000.000,-. Jadi masing-masing mendapat 50.000.000,-. Bagian dua orang anak perempuan 2/12 x 300.000.000,- = 50.000.000,-. Bagian seorang anak perempuan 1/2 x 50.000.000,- = 25.000.000,-. Jadi masing-masing mendapat 25.000.000,-. Wallahu a lam bish-shawab. *dw)

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com