Afianto, et al., Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pekerja dalam bekerja...

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

: Minor injury, knowledge, attitude, obedience, fatigue, PPE

Unnes Journal of Public Health

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Wijayanti, et al, Substandard Actions Pada Pekerja Proyek Konstruksi Jember Icon, Kabupaten..

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Alwi S., Manajemen Sumber daya Manusia dan Strategi Keunggulan Kompetitif. BPFE-Yogyakarta.

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Rahmah et al., Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan...

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : KHOIRUL MUNTIANA J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 DENGAN KOMITMEN KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) AREA SURAKARTA TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. akan dicapai dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak semua variabel

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKES Cendekia Utama Kudus ABSTRACT

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Labour Organizatiom (ILO) 2013, 1 pekerja. pekerja kehilangan nyawa (Depkes, 2014).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

Unnes Journal of Public Health

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

KUISIONER PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

Analisis Media Audio terhadap Perubahan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Laboratorium Kesehatan Kota Banjar

Kata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB 6 HASIL PENELITIAN


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI SECTION COMPONENT BODY AND WELDING DEPARTEMEN PRODUKSI MINIBUS PT.

HUBUNGAN BUDAYA KESEHATANDAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI BAGIAN INSTALASI PG.MRITJAN KEDIRI

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

SKRIPSI. Oleh: Tatag Taufani Amri NIM

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Alat Pelindung Diri (APD), Pekerja Bagian Opening

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

Yane Liswanti 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author : ABSTRAK

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERILAKU SELAMAT DAN KECELAKAAN KERJA DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pekerja dalam Bekerja sesuai Safety Sign Boards yang Terpasang (The Correlation between Knowledge and Attitude with Action of Workers in Working Accordance to Safety Sign Boards Installed) Shendi Nur Afianto, Isa Ma'rufi, Anita Dewi P.S Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail: shendinurafianto@gmail.com Abstract Safety signs are useful tools to help protect the safety and health of workers and visitors who are in a production environment. This research aim was to analyze the correlation between knowledge and attitude to the action of workers in working accordance to safety sign boards installed in subdivisions wood working 1 PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo. The data analysis consisted of univariable and bivariable analysis that uses Spearman with α = 0.05. The results showed that no significant relationship anara knowledge with attitude (0.501> 0.05), and there was a significant relationship between knowledge and action (0.002 <0.05), as well as attitude to the action (0.006 <0.05). Keywords: Knowledge, Attitude, Action, Safety Sign Boards Abstrak Safety sign atau rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dan pengunjung yang berada di lingkungan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang di sub divisi wood working 1 PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo. Analisis data terdiri dari analisis univariabel dan analisis bivariabel yang menggunakan Spearman dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan anara pengetahuan dengan sikap (0,501>0,05), dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan (0,002<0,05), serta sikap dengan tindakan (0,006<0,05). Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Safety Sign Boards Pendahuluan Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim dimuka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya di sekitar lingkungan hidupnya. Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia itu sendiri (man made hazards) [10]. Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja, angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja [5]. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (tahun 2011 = 9.891; tahun 2012 = 21.735; tahun 2014 = 24.910), provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali [4]. Definisi yang dikeluarkan oleh The Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations, menyatakan bahwa budaya K3 dalam suatu organisasi adalah produk nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola-pola perilaku dari

individu dan kelompok yang memiliki komitmen terhadap K3 [1]. Dasar utama dari budaya K3 adalah sikap dan persepsi terhadap K3. Tujuan dari penerapan budaya K3 adalah pekerja sehat dan selamat. Demi tercapainya penerapan budaya K3 di suatu perusahaan, maka perlu adanya promosi K3. Hal ini merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kerja tentang K3. Salah satu bentuk dari promosi K3 di tempat kerja adalah dengan membuat dan memasang rambu-rambu K3 atau safety sign di lingkungan kerja. Tujuan utama dari penerapan safety sign adalah untuk mengkampanyekan budaya K3 kepada semua pekerja [1]. Kewajiban memasang safety sign di tempat kerja tertuang pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 poin b yang berbunyi Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja [12]. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3, Lampiran II Kriteria Audit SMK3 poin 6.4.4 yang berbunyi Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai standar dan pedoman teknis [9]. Safety sign memiliki bermacam-macam bentuk meliputi safety sign boards, illumination signals, acoustic signals, hand signals, verbal communication, dan fire safety signs. Pada umumnya safety sign yang diterapkan pada perusahaan yakni safety sign boards, karena dapat lebih mudah dilihat dan dipahami oleh pekerja, serta dapat memberikan pesan keselamatan secara berulang-ulang selama safety sign boards terpasang di tempat kerja. Safety sign dapat memberikan perhatian yang menarik, memberikan sikap waspada akan adanya bahaya yang tidak terlihat oleh mata atau peringatan waspada terhadap tindakan yang tidak terlihat oleh mata atau peringatan waspada terhadap tindakan yang tidak diperbolehkan, memberikan informasi umum dan memberikan pengarahan kepada tamu perusahaan akan adanya bahaya yang dapat tertuang dengan berbagai macam bentuk dan gambar yang dapat dilihat dari jarak kejauhan maupun dekat, serta mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri, mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada, dan sebagainya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 1 Oktober 2015 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo khususnya di divisi wood working data pelanggaran atau berita acara, mencatat adanya 13 kasus pelanggaran dari tahun 2013 2015. Kasus ini terjadi di sub divisi wood working 1, dan dimana ini merupakan kasus terbanyak di antara sub divisi yang lain. Pelanggaran yang terjadi yaitu tidak mematuhi rambu-rambu K3 atau safety sign boards, seperti tidak memakai masker, tidak memakai ear plug dan merokok di kamar mandi, padahal di sana sudah terpasang safety sign boards yang mengintruksikan untuk memakai APD dan juga intruksi keselamatan yang lain. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan para pekerja Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang di sub divisi wood working 1 PT. Kuai Timber Indonesia Probolinggo. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik observasional [8]. Berdasarkan waktu penelititannya, penelititan ini termasuk penelitian cross sectional karena variabel bebas (variabel independent) yaitu pengetahuan dan sikap, serta variabel terikat (variabel dependent) yaitu tindakan akan diateliti pada waktu yang bersamaan [8]. Tempat penelitian dilakukan di sub divisi wood working 1 PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo dan waktu penelitian dilaksanakan yakni pada bulan Juli 2016. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap pekerja, sedangkan variabel terikat adalah tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Populasi dari penelitian ini yaitu sebanyak 330 orang yang kemudian diambil sampel responden sebanyak 101 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling (Proporsional Sampling), yaitu pengambilan secara acak sederhana dan berprinsip agar proporsi sampel dari tiap bagian yang diambil bisa sama dan bisa terwakili [8]. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi [3]. Metode Pengumpulan data untuk pengetahuan dan sikap pekerja diukur dengan menggunakan angket, sedangkan untuk tindakan pekerja diukur dengan menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis non parametrik dengan uji statistik Spearman (α = 0,05) [8]. Hasil Penelitian Umur Distribusi karakteristik umur pekerja di wood working 1 dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu responden yang mempunyai

kategori umur < 24 tahun dan responden kategori umur 25-40 tahun. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur n % < 24 tahun 14 13,86 25-40 tahun 87 86,14 Tabel 1 menunjukkan bahwa pekerja di wood working 1 didominasi oleh pekerja yang mempunyai kategori umur 25-40 tahun yaitu sebesar 86,14%. Tingkat Pendidikan Distribusi karakteristik tingkat pendidikan pekerja di wood working 1 dalam penelitian ini dikelompokan kedalam satu kelompok pendidikan yaitu responden dengan pendidikan terakhir tamat SMA. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan n % Tamat SMA 101 100 Masa Kerja Distribusi karakteristik masa kerja pekerja di wood working 1 dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu responden yang mempunyai kategori masa kerja 1-5 tahun, kategori masa kerja 6-10 tahun, dan kategori masa kerja >10 tahun. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja n % 1-5 tahun 23 22,77 6-10 tahun 51 50.50 >10 tahun 27 26,73 Tabel 3 menunjukkan bahwa masa kerja yang paling banyak yaitu masa kerja 6-10 tahun sebesar 50,50%. Tingkat Pengetahuan Pekerja Distribusi tingkat pengetahuan di wood working 1 dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kategori sedang dan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kategori tinggi. Tabel 4. Distribusi Rsponden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pengetahuan n % Sedang 10 9,9 Tinggi 91 90.10 Tabel 4 menunjukkan bahwa bahwa tingkat pengetahuan di wood working 1 paling banyak yaitu kategori tinggi yaitu sebesar 90,10%. Sikap Pekerja Distribusi sikap pekerja di wood working 1 dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu responden yang mempunyai sikap kategori positif dan responden yang mempunyai sikap kategori negatif. Tabel 5. Distribusi Responden Pekerja Berdasarkan Sikap Sikap n % Negatif 4 3.96 Positif 97 96.04 Tabel 5 menunjukkan bahwa sikap pekerja di wood working 1 paling banyak yaitu kategori positif yaitu sebesar 96,04%. Tindakan Pekerja Distribusi tindakan pekerja di wood working 1 dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu responden yang mempunyai tindakan kategori baik dan responden yang mempunyai tindakan kategori buruk. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tindakan n % Buruk 36 35.64 Baik 65 64.36 Tabel 6 menunjukkan bahwa tindakan pekerja di wood working 1 paling banyak yaitu kategori baik yaitu sebesar 64,36%. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Pekerja

Tabel 7. Distribusi Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Sikap Pekerja Sikap Sedang Pengetahuan Tinggi Total n % n % N % Negatif 0 0 4 100 4 100 Positif 10 10.31 87 89.69 97 100 Total 10 9.90 91 90,1 101 100 p-value 0.501 Sumber: Data Primer terolah, Juli 2016 Tabel 7 menunjukkan bahwa responden dengan sikap negatif yang memiliki pengetahuan sedang sebesar 0% (0 responden), responden dengan sikap negatif yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 100% (4 responden). Responden dengan sikap positif yang memiliki pengetahuan sedang sebesar 10,31% (10 responden), responden dengan sikap positif yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 89.69% (91 responden). Hasil analisis menggunakan uji Spearman dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pekerja diperoleh nilai p-value sebesar 0.501 (p > α). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Tabel 8. Distribusi Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Tindakan Pekerja Pengetah uan Buruk Tindakan Baik Total n % n % N % Sedang 8 80 2 20 10 100 Tinggi 28 30.76 63 69.24 91 100 Total 36 35.64 65 64.36 101 100 p-value 0.002* Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan sedang yang memiliki tindakan buruk sebesar 80% (8 responden), responden dengan pengetahuan sedang yang memiliki tindakan baik sebesar 20% (2 responden). Responden dengan pengetahuan tinggi yang memiliki tindakan buruk sebesar 30,76% (28 responden), responden dengan pengetahuan tinggi yang memiliki tindakan baik sebesar 69,24% (63 responden). Hasil analisis menggunakan uji Spearman dengan α=0,05 menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pekerja diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 (p < α). Hubungan Sikap dengan Tindakan Pekerja Tabel 9. Distribusi Hubungan Sikap dengan Tindakan Pekerja Sikap Buruk Tindakan Baik Total n % n % N % Negatif 4 100 0 0 4 100 Positif 32 32.99 65 67.01 97 100 Total 36 35.64 65 64.36 101 100 p-value 0.006* Tabel 9 menunjukkan bahwa responden dengan sikap negatif yang memiliki tindakan buruk sebesar 100% (4 responden), responden dengan sikap negatif yang memiliki tindakan baik sebesar 0% (0 responden). Responden dengan sikap positif yang memiliki tindakan buruk sebesar 32,99% (32 responden), responden dengan sikap positif yang memiliki tindakan baik sebesar 67,01% (65 responden). Hasil analisis menggunakan uji Spearman dengan α=0,05 menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pekerja diperoleh nilai p-value sebesar 0,006 (p < α). Pembahasan Tabel 7. menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang diketahui dengan uji analisis menggunakan Spearman dengan α = 0,05. Hasil penelitian memberikan data p-value pengetahuan pekerja sebesar 0,501. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa Ho pengetahuan pekerja di wood working 1 pada PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo diterima, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pekerja dengan sikap pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Pengetahuan pekerja berbeda-beda antara pekerja satu dengan yang lainnya, pengetahuan dapat memberikan nilai positif bagi pekerjanya. Misalnya : seorang pekerja yang memiliki keterbatasan pengetahuan dalam kecerdasan akan lebih berpartisipasi bila pekerja tersebut ditempatkan dalam bidang kerja yang bersifat rutin, namun diprediksikan tidak akan produktif apabila dituntut menyelesaikan bidang kerja yang memerlukan pemikiran secara konseptual dan mendalam [2]. Semakin positif perilaku yang dilakukannya akan mampu menghindari kejadian yang tidak diinginkan

[11]. Pengetahuan pekerja tidak mempengaruhi sikap pekerja secara signifikan karena sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap respon tentang bahaya sekitar, manfaat dan fungsi alat, dan prosedur dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku terutama dalam hal ini perilaku kesehatan. Westerman dan Donoghue menyatakan bahwa cara pengembangan pengetahuan dan sikap yang diperlukan seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai adalah dengan melakukan pelatihan yang rutin [11]. Tabel 8. menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan pekerja dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang diketahui dengan uji analisis menggunakan Spearman, dengan α=0,05. Hasil penelitian memberikan data p-value pengetahuan pekerja sebesar 0,002. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa Ho pengetahuan pekerja di sub divisi wood working 1 pada PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pekerja dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Pengetahuan merupakan salah satu faktor berpengaruh (Predisporsing Factors) yang mendorong atau menghambat individu untuk berperilaku (dalam hal ini tindakan sesuai safety sign boards yang terpasang) [7]. Pengetahuan yang didapat pekerja merupakan pengalaman dan pelatihan yang didapat dari tempat kerja yang sekarang ataupun tempat kerja sebelumnya. Tindakan yang ditunjukan pekerja di sub divisi wood working 1 pada PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo merupakan kesadaran pekerja. Pengetahuan yang didapatkan merupakan analisis pekerja terhadap bahaya yang terjadi sehingga tindakan tehadap safety sign boards didasarkan pada kemampuan pekerja untuk menjabarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokan bahaya yang ada di tempat kerja. Diketahui bahwa penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah karena kata-kata menempati urutan teratas dalam kerucut Elgar Dale. Sedangkan televisi atau film menempati urutan yang kelima. Adanya punishment juga sangat berkaitan dengan tingkat pengawasan dari pengawas yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Kemampuan pertanggung jawaban pengawas terhadap menjalankan peraturan yang telah ditetapkan [6]. Tabel 9. menunjukkan bahwa hubungan antara sikap dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang diketahui dengan uji analisis menggunakan Spearman, dengan α=0,05. Hasil penelitian memberikan data p-value sikap pekerja sebesar 0,006. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa Ho sikap pekerja di sub divisi wood working 1 pada PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap pekerja dengan tindakan pekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Perilaku merupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang didalamnya terdapat sikap dari individu [6]. Sikap yang positif dari responden kemungkinan disebabkan pengalaman responden yang banyak dan pembentukan sikap yang baik sehingga melahirkan pola pikir yang baik, serta keyakinan dan emosi yang baik [7]. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku kesehatan, sikap positif seseorang akan menghasilkan perilaku kesehatan yang positif pula. Sikap yang negatif akan menghasilkan perilaku kesehatan yang negatif pula. Sikap positif disini adalah para pekerja yang sudah benar dalam bersikap tentang hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan sesuai safety sign boards yang terpasang di tempat kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan bagaimana pencegahannya. Sikap negatif disini adalah para pekerja yang dalam bersikap tentang hal-hal apa saja sesuai safety sign boards yang terpasang di tempat kerja, agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan bagaimana pencegahannya. Hal ini menggambarkan bahwa semakin sikap pekerja mendukung terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, maka semakin rendah angka kejadian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, begitu pula sebaliknya semakin sikap pekerja tidak mendukung terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, maka akan semakin tinggi angka kejadian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

Simpulan dan Saran Sebagian besar pekerja di sub divisi wood working 1 didominasi oleh pekerja yang mempunyai kategori umur 25-40 tahun, yang mana semua pendidikan terakhir pekerja yaitu tamat SMA, dengan masa kerja 6-10 tahun. Hampir seluruh pengetahuan pekerja di sub divisi wood working 1 sebagian besar memiliki pengetahuan baik, bersikap positif dan sebagian besar sudah bertindak baik, yang artinya sudah bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pekerja dengan sikap pekerja, sementara, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pekerja dengan tindakan pekerja dan sikap dengan tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah 1) Bagi PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo agar mengadakan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan pekerja terkait pemahaman dan penerapan safety sign boards, serta peningkatan pengawasan terhadap pekerja dalam proses bekerja (reward & punishment); 2) Bagi pekerja agar meningkatkan kesadaran untuk bekerja mematuhi safety sign boards yang terpasang; 3) Dapat digunakan untuk penelitian lanjutan mengenai safety sign boards dengan menambah variabel internal maupun eksternal. Daftar Pustaka [1] Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installation (ACSNI). Organizing for Safety- Third Report of the Human Factors Study Group of ACSNI. HMSO, London. 1993. [3] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. [4] ILO. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2015 Menurut ILO. 2015. [Serial Online] http://www.safetyshoe.com/tag/data-kecelakaankerja-tahun-2015-menurut-ilo/ [Diakses 19 Oktober 2016] [5] Kemenakertrans. Ancaman Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi. 2013. [Serial Online]. http://www.beritasatu.com/nasional/143234- ancaman-kecelakaan-kerja-di-indonesia-masihtinggi.html. [Diakses 4 November 2015] [6] Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003. [7] Notoatmodjo, Soekidjo. Pengetahuan dan Sikap Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003. [8] Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2012. [9] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50. Tentang Penerapan SMK3. 2012 [10] Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Dian Rakyat. 2009. [11] Siregar. D.I.S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan Di PT Aqua Golden Mississipi Bekasi Tahun 2014. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2014. [12] Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 1970. [2] A M. Sugeng, Budiono. Hiperkes dan KK. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. 2012.