IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

dokumen-dokumen yang mirip
9. URUSAN PENANAMAN MODAL

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

7. URUSAN PERDAGANGAN

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

URAIAN sebelum perubahan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

terealisasi sebesar Rp atau 97,36%. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN KEBIJAKAN Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal

LAKIP Kabupaten Temanggung Tahun 2013 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

,00 (Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung diluar belanja hibah. IV.B.11. Urusan Wajib Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Penjabaran dari urusan Kependudukan dan Catatan Sipil kami uraikan sebagai berikut :

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN PELALAWAN (REVISI) TAHUN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

IV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2016

Tabel IV.B.11.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

Renja BPMPP BAB I

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 2014 dan Capaian Renstra BPMPT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

POKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang

Investasi di Era Otonomi Daerah Dalam Rangka Interaksi Antara Penanaman Modal Dengan Keuangan Daerah 1

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun 2015 BP3MD Prov. Sumsel Page 1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel A Indikator Kinerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Subang yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

a. PROGRAM DAN KEGIATAN

PROGRESS REPORT KINERJA TAHUN ANGGARAN 2013 SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN KOORDINASI PEREKONOMIAN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

9. URUSAN PENANAMAN MODAL Salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam konteks pembangunan ekonomi, investasi atau penanaman modal merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan, sebab dengan investasi kita dapat mengubah sumber daya manusia menjadi kekuatan ekonomi nyata. Melalui kegiatan investasi akan dihasilkan barang dan jasa untuk memperluas kesempatan berusaha, melaksanakan alih teknologi dan sebagainya. Hal ini diselaraskan dengan kenyataan bahwa investasi dapat menghasilkan barang dan jasa yang pada akhirnya akan menghasilkan dan meningkatkan pendapatan. Dengan meningkatnya investasi akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang diharapkan serta dapat meningkatkan produktivitas untuk menghasilkan output dan nilai tambah, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kapasitas produksi tersebut dapat diperoleh melalui investasi swasta (Private Investment) yang bisa disebut dengn Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun investasi luar negeri yang disebut dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal yang juga penting diperhatikan dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang kondusif juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam artian luas. Selain itu kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah terhadap daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan. Selaras dengan hal tersebut, program prioritas didalam RPJMD tahun 2010-2015, adalah sebagai berikut : 1) Melakukan penataan perundang-undangan melalui reformasi regulasi secara bertahap sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya, 2) Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja, 3) Meningkatkan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi melalui penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), serta 4) Pengurangan biaya untuk memulai usaha. Yang dicapai melalui RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 dengan prioritas dan tujuan pembangunan tetap pada meningkatkan investasi daerah. a. PROGRAM DAN KEGIATAN Sejalan dengan program prioritas dan strategi pembangunan tersebut pada tahun 2012 telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan tetap memfokuskan pada upaya peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan tersebut, melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 telah dialokasikan sebesar Rp 1.093.628.000 atau sebesar 0,01% dari total APBD Tahun 2012. Dari alokasi tersebut terealisasi sebesar Rp. 1.047.855.545 atau 91,13%. Anggaran tersebut digunakan untuk peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : LKPJ 2012 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 107

Tabel IV.B.9.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Penanaman Modal Tahun 2012 Alokasi Realisasi Program (Rupiah) (Rupiah) A Belanja Langsung 80.000.000 72.905.000 1 Program Peningkatan Promosi dan 80.000.000 72.905.000 Kerjasama Investasi B Belanja Tidak langsung 1.013.628.000 974.950.545 1 Belanja Gaji dan Pegawai 1.013.628.000 974.950.545 Gaji dan Tunjangan 896.516.000 864.412.509 Tambahan Penghasilan 70.800.000 69.745.000 Insentif Pajak/Retribusi Daerah 46.312.000 40.793.036 2 Belanja Hibah dan Bantuan Sosial 3 Belanja Tak Terduga Jumlah total 1.093.628.000 1.047.855.545 Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2012 (diolah) b. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Program ini bertujuan untuk membawa citra daerah sebagai daerah tujuan investasi yang menarik dengan sasaran meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan berupa: a. Promosi Investasi Jawa Tengah, merupakan kegiatan promosi investasi Jawa Tengah dalam format Central Java Investment and Bussiness Forum (CJIBF) yang dilaksanakan dengan koordinator Provinsi Jawa Tengah dengan peserta pameran adalah semua Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Grand Sahid Jakarta, dengan harapan akan terpromosikannya potensi daerah dan akan berkembangnya investasi di Kabupaten Wonosobo. b. Promosi Produk Unggulan dan Potensi Daerah, merupakan kegiatan peningkatan promosi dan kerjasama investasi sebagai ajang atau sarana promosi potensi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2012 bekerjasama dengan UKM daerah dan investor di arena PRPP Jawa Tengah dengan maksud dan tujuan untuk memberikan peluang dan menambah wawasan bagi pengusaha kecil dan menengah untuk menawarkan dan mempromosikan produk UKM kepada buyer sehingga bisa membuka peluang pasar baru. c. Pengadaan Sarana dan Prasarana Promosi, dilakukan dalam rangka pengadaan sarana dan prasarana (booklet, leaflet dan tas bergambar potensi daerah) guna mendukung kegiatan promosi potensi dan peluang investasi di Kabupaten Wonosobo dan sebagai sarana promosi pada kegiatan Central Java investment and Business Forum (CIJBF) di Jakarta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya ketertarikan beberapa pihak investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Wonosobo yang pada akhirnya akan menaikkan pertumbuhan ekonomi Wonosobo, menaikkan PAD dan membuka kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. LKPJ 2012 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 108

d. Biaya Operasional Pembinaan PD. BPR BKK/BKK, merupakan pendampingan untuk pelaksanaan pembinaan PD BPR BKK/BKK serta rapat-rapat, termasuk Rapat Umum Pemegang Saham, rapat koordinasi dengan Biro Perekonomian Setda Prov Jateng, Rapat Evaluasi Triwulanan, Rapat penyusunan /pengesahan RKAP, Rapat pengesahan Laporan Keuangan/Kinerja tahunan. Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Meningkatnya investasi di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari Indikator Kinerja Utama (IKK) sebagaimana pada tabel berikut : Tabel IV.B.9.2 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2012 Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indikator Kinerja Kunci (IKK) Capaian Kinerja 2011 2012 1 Kenaikan / penurunan nilai realisasi PMDN (Realisasi PMDN thn 2012 (Rp 225.061.913.300) Realisasi PMDN 2011 (Rp 293.177.076.285) / (Realisasi PMDN 2011 (Rp 293.177.076.285) x 100% -0,81% Rp -68.115.162.985 -------------------- x 100% Rp 293.177.076.285 = -23,23% Sumber: KPPT Keterangan : Nilai investasi didasarkan pada jumlah modal usaha yang dipantau melalui penerbitan SIUP. Tabel IV.B.9.3 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2012 Berdasarkan Indikator RPJMD 2010-2015 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja 2011 2012 1 Jumlah Investasi 1.747,00 2.348 2 Nilai Investasi (milyar) 293,20 225,1 Sumber: KPPT Capaian kinerja urusan Penanaman Modal Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di mana pada tahun 2012 sebesar Rp. 225.061.913.300 sedangkan tahun 2011 sebesar Rp. 293.177.076.285 atau mengalami penurunan 23,23%. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengusaha dalam negeri mengetahui kondisi riil, resiko bisnis dan suku bunga yang lebih tinggi dari asing sedangkan bisnis yang digeluti tidak spesifik sehingga untuk prospek jangka panjang kurang bagus. Kemungkinan lainnya disebabkan karena pengusaha lokal masih LKPJ 2012 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 109

menahan keinginannya mengembangkan atau membuka bisnis baru dengan terlebih dahulu melihat peluang pasarnya. Sedangkan apabila dilihat dari kurangnya minat pengusaha luar dimungkinkan karena mereka tidak mempunyai lahan atau tempat usaha di Wonosobo, sedangkan harga tanah di Wonosobo relative tinggi sehingga tidak menguntungkan secara bisnis, sementara apabila melalui sewa lahan pemerintah, luas lahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu kondisi infrastruktur jalan turut pula mempengaruhi kurangnya investasi di Wonosobo. Nilai investasi tahun 2012 Kabupaten Wonosobo Rp. 225.061.913.300. Nilai ini sudah melampaui target RPJMD 2010-2015 sebesar 135,8 milyar. Meskipun nilai investasi Kabupaten Wonosobo sudah melebihi yang ditargetkan, Kabupaten Wonosobo tetap harus berusaha untuk meningkatkan investasinya dengan cara memberi kemudahan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Wonosobo, di samping harus selektif terhadap usaha-usaha yang akan berkembang di Wonosobo serta memberi edukasi kepada masyarakat tentang investasi yang aman. Dari investasi yang ada di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 yang paling banyak adalah investasi di sektor perdagangan diikuti sektor transportasi dan industri sebagaimana tabel IV.B.9.4. Tabel IV.9.4 Rekapitulasi Penanaman Modal per Sektor Tahun 2012 Sektor Nilai investasi (Rp.) Tenaga Kerja 1. Pertanian 4.950.000.000 80 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 18.865.050.000 520 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6.540.675.000 158 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 161.672.188.300 1.581 7. Angkutan & Komunikasi 29.904.000.000 170 8. Bank, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 3.130.000.000 38 Jumlah 225.061.913.300 2.547 Sumber : KPPT c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan umum yang muncul pada urusan penanaman modal antara lain : Infrastruktur kurang mendukung. Belum adanya kepastian menyangkut kebijakan dan regulasi pro investasi. Kualitas SDM tenaga kerja lokal yang masih kurang. Masih kurangnya daya tarik dan dukungan iklim usaha terkait investasi. Belum optimalnya kerjasama pembangunan investasi. Keterbatasan sarana dan prasarana investasi termasuk data base yang akurat. Belum menyatunya lembaga penanaman modal dan pelayanan perijinan dalam satu lembaga yang terpadu yang mengampu tiga fungsi penanaman modal (promosi, pelayanan dan pengendalian). LKPJ 2012 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 110

Upaya yang dilakukan dalam menangani pembangunan urusan penanaman modal adalah : Peningkatan dan pembenahan infrastruktur. Penyusunan dan pengesahan kebijakan dan regulasi yang pro investasi. Meningkatkan SDM tenaga keja lokal sehingga berdaya saing. Menerapkan standar pelayanan administrasi/perizinan prima, cepat, murah dan tepat waktu, kondusif dan berorientasi pasar serta merubah sikap dan cara/perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan kepada pelaku bisnis untuk lebih ramah dan lebih professional. Menerapkan pelayanan secara elektronik. Melaksanakan koordinasi lintas urusan yang erat kaitannya dengan daya tarik investasi. Penyediaan data dan informasi investasi ekonomi yang lengkap dan mudah diakses. Menyiapkan pembaharuan SOTK/struktur organisasi dan tata kerja SKPD. LKPJ 2012 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 111