BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1


BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Tata cara pelaksanaan pendataan dan pemetaan Keluarga MELALUI POSDAYA

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

O-o-O. pamphlet. Kawi Boedisetio

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Dr. Sugiri Syarief, MPA. ( Kepala BKKBN ) Disampaikan oleh Drs. Pranyoto, M.Sc. ( Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga )

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN


4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada penelitian yang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil yang baik dan memuaskan, maka penelitian yang

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

O-o-O. pamphlet. Kawi Boedisetio

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 92

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

Tata Cara Pelaksanaan Pendataan & Pemetaan Keluarga melalui Posdaya. Oleh : Ir. Mintartio M.Si Ir. Yannefri Bachtiar, M.Si

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara


I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

INDIKATOR PENDIDIKAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah kelurahan

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

NO KATALOG :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

Daftar Tabel. Halaman

INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report (HDI, 2004) yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 %, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 %, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan daya beli sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara. Dilihat dari dimensi pendidikan tingkat pendidikan yang rendah dipandang sebagai penyebab kemiskinan, dari dimensi kesehatan rendahnya mutu kesehatan masyarakat, dari dimensi ekonomi kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan. Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Angka kemiskinan di daerah pedesaan sangat dipengaruhi oleh rendahnya 1

2 tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Menurut data yang disajikan BPS (Badan Pusat Statistik, 2003) memperlihatkan bahwa 72,01% dari rumah tangga miskin di pedesaan dipimpin kepala rumah tangga yang tidak tamat SD, dan 24,32% dipimpin kepala rumah tangga yang berpendidikan SD. Kebutuhan akan pendidikan sangat penting bagi penduduk, sebagaimana dikemukakan oleh Parelius (1978:50) bahwa: Pendidikan yang memiliki makna bagi kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk adalah pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan dan memiliki daya dukung lingkungan, sehingga dalam memanfaatkan potensi yang tersedia dan secara fragmantis dan jangka pendek fungsi pendidikan bagi penduduk adalah mempersiapkan pemuda-pemuda untuk mengisi lapangan kerja produktif. Hubungan tingkat pendidikan dan sumber penghasilan rumah tangga miskin kaitannya sangat erat, sebagaimana dikemukakan oleh Subagio (2001:45) mengemukakan bahwa: Profil kemiskinan dapat dilihat dari karakteristik ekonominya seperti sumber pendapatan, pola konsumsi atau pengeluaran, dan tingkat beban tanggungan. Profil kemiskinan yang lain yaitu dari karakteristik sosialbudaya penduduk seperti tingkat pendidikan, cara memperoleh air bersih. Sedangkan mengenai penyebaran kemiskinan dapat dilihat dari karakteristik geografinya, yaitu dengan menentukan dimana penduduk miskin terkonsentrasi. Faktor dalam rumah tangga yang erat kaitanya dengan tingkat pendidikan adalah sumber penghasilan atau pendapatan. BPS (Badan Pusat Statistik, 2003) menunjukan data dari sumber penghasilan rumah tangga miskin pada tahun 1996 yaitu sumber penghasilan utama dari 63,0% rumah tangga miskin bersumber dari pertanian, 6,4% rumah tangga miskin bersumber dari kegiatan industri, 27,7% rumah tangga miskin bersumber dari kegiatan jasa-jasa termasuk perdagangan.

3 Sumber penghasilan dari rumah tangga miskin yang rendah mengakibatkan desa mereka menjadi desa tertinggal, dari data BPS (Badan Pusat Statistik, 2003) diperoleh data sekitar 66.000 jumlah desa yang ada di Indonesia, pada tahun 1994 jumlah desa tertinggal mencapai 22.094 desa dan yang berada di daerah pedesaan sekitar 20.951 desa, sedangkan pada tahun 1999 jumlah desa tertinggal mencapai 16.566 dari sekitar 66.000 desa. Kecamatan Ngamprah merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung Barat dan saat ini menjadi ibu kota Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Ngamprah terdiri dari 11 desa dan jumlah penduduknya 126.616 jiwa. Batas administratif Kecamatan Ngamprah yaitu sebelah utara Kecamatan Cikalong Wetan, sebelah timur Kecamatan Cisarua, sebelah selatan Kecamatan Padalarang, sebelah Barat Kecamatan Padalarang. Kecamatan Ngamprah merupakan daerah agraris dimana mata pencaharian mereka di domain oleh tani dan buruh tani, namun dalam hal pendidikan mereka sangat kurang bila di bandingkan dengan kecamatan lain yang berdekatan, hal ini dikarenakan produktivitas mereka dalam menghasilkan barang dan jasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 2005 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sasaran Wajar Sembilan Tahun adalah dengan target Angka Partisipasi Kasar (APK) 94% dengan siswa kelas 1 SLTP dari 3,67 juta tahun ajaran 2004/2005 menjadi 4,04 juta pada tahun 2009. Berdasarkan pengalaman tahun 2004-206 khusus untuk daerah Jawa Barat, terdapat empat faktor utama sebagai penyebab rendahnya pencapaian APK dan APM (Angka

4 Partisipasi Murni) adalah; (1) rendahnya jumlah anak tidak/belum sekolah dari keluarga tidak mampu, (2) rendahnya angka melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi, (3) tingginya angka DO siswa karena faktor ekonomi dan (4) rendahnya daya tampung sekolah (Laporan Disdik Jabar, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekapitulasi laporan profil desa Se- Kecamatan Ngamprah, jumlah anak usia 7-12 tahun di Kecamatan Ngamprah anak yang masih sekolah di SD/MI/Sederajat 14775 anak, SMP/MTs/Sederajat 665 anak, tamat SD/MI/Sederajat berjumlah 448 anak, belum pernah sekolah 115 anak, DO (keluar sekolah) 72 anak. Sedangkan pada anak usia 13-15 tahun di Kecamatan Ngamprah anak yang masih sekolah di SD/MI/Sederajat 227 anak, SMP/MTs/Sederajat 5864 anak, SLTA 328 anak, tidak melanjutkan sekolah 457 anak, tamat SMP/MTs/Sederajat 235 anak, DO SMP/MTs/Sederajat 51 anak, DO SD/MI/Sederajat 58 anak dan tidak pernah sekolah 41 anak. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanKecamatan Ngamprah Desa Jumlah Penduduk Tamatan Sekolah SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Tanimulya 5.584 5.995 5.905 2.901 3.174 Cilame 405 2.881 2.428 752 252 Cimanggu 1.010 394 219 43 10 Ngamprah 448 279 143 30 11 Margajaya 580 1.353 1.105 33 101 Cimareme 650 2.051 1.009 562 218 Bojongkoneng 5.242 2.571 1.092 49 32 Mekarsari 2.763 2.419 1.727 168 61 Gadobangkong 1.702 4.387 3.650 444 5 Sukatani 169 1.005 623 57 32 Pakuhaji 1.160 3.800 600 20 27 Jumlah 19.713 27.135 18.501 5.059 3.923 Sumber: potensi SDM Kecamatan Ngamprah thn 2006.

5 Data yang diperoleh dari monografi Kecamatan Ngamprah menunjukan tingkat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sangat menghawatirkan bila hal ini di biarkan maka Kecamatan Ngamprah akan mempunyai Angka partisipasi kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) yang kecil dibawah standar. Kecamatan Ngamprah bila dibandingkan dengan Kecamatan lain yang berdekatan yaitu Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cikalong Wetan dan Kecamatan Padalarang, angka beban tanggung penduduknya lebih banyak yaitu 62.20. Dimana rata-rata bebantanggungan dari 100 orang penduduk yang produktif di Kecamatan Ngamprah akan menanggung 62.20 orang penduduk yang tidak produktif (Badan Pusat Statistik, 2002). Artinya selain menanggung dirinya sendiri menanggung juga keluarga yang belum produktif. Kesejahteraan penduduk yang berada di Kecamatan Ngamprah, bila dilihat dari pendidikan dan angka beban tanggungan penduduknya dapat menimbulkan masalah dikarenakan indikator kesejahteraan yang ada belum terpenuhi seutuhnya. Adapun indikator dari kesejahteraan penduduk adalah pendidikan, kesehatan, dan gaya hidup (Badan Pusat Statistik, 2002). Perlunya penelitian ini adalah untuk mencari solusi dengan membuat sebuah penyelesaian masalah dengan memperbaiki pendidikan yang ada di Kecamatan Ngamprah. Dalam penelitian ini desa yang dijadikan sampel ada 3 desa yaitu desa Ngamprah, desa Sukatani, dan desa Bojongkoneng. Ketiga desa tersebut dalam pengamatan Kecamatan Ngamprah merupakan desa yang paling rendah tingkat melanjutkan sekolah atau rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di bandingkan dengan ke delapan desa lainnya.

6 Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk yang rendah dan indikator tingkat kesejahteraan penduduk belum terpenuhi akan dapat diketahui hubungan antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan penduduk berdasarkan seberapa besar peranan pendidikan dalam upaya mensejahterakan penduduk di Kecamatan Ngamprah dan faktor apakah yang mempengaruhi Angka Partisipasi Sekolah di Kecamatan Ngamprah. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Ngamprah. Peneliti memberi judul pada skripsi ini yaitu Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kesejahteraan Penduduk di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat (Kajian Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pendapatan, Kesehatan, dan Gaya Hidup Penduduk Di Kecamatan Ngamprah). B. Rumusan Masalah Kecamatan Ngamprah merupakan salah satu lokasi yang mempunyai penduduk miskin terbanyak. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis membatasi permasalahan yang dikaji dengan mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan (pendapatan, kesehatan, dan gaya hidup) penduduk di Kecamatan Ngamprah? 2. Faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kecamatan Ngamprah?

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan (pendapatan, kesehatan, dan gaya hidup) penduduk di Kecamatan Ngamprah. 2. Memperoleh gambaran tentang faktor yang mempengaruhi rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kecamatan Ngamprah. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan data dan informasi mengenai hubungan tingkat pendidikan penduduk dengan yang selanjutnya diharapkan dapat berguna bagi penduduk dan peneliti lainnya. 2. Memberikan informasi yang faktual dan aktual mengenai faktor yang mempengaruhi rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk baik untuk pihak-pihak terkait maupun masyarakat luas dan memberikan masukan kepada pemerintahan kabupaten khususnya pemerintahan Kabupaten Bandung agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan program kependudukan dalam meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan penduduk di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

8 E. Definisi Operasional Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kesejahteraan Penduduk di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat (Kajian Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pendapatan, Kesehatan, dan Gaya Hidup Penduduk Di Kecamatan Ngamprah). Agar tidak terjadi kesalah pahaman istilah yang terkandung pada penelitian, maka peneliti akan memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Tingkat Pendidikan Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal. Pendidikan formal menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11 yaitu...pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan Jenjang pendidikan diatur dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 8 yaitu...tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Penjelasan mengenai pendidikan dasar terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 17 ayat 1 dan 2 sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

9 Penjelasan mengenai pendidikan menengah terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 18 ayat 2 dan 3 sebagai berikut: (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. (3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Penjelasan mengenai pendidikan tinggi terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 sebagai berikut: (1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Jadi pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan formal (SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi) penduduk di Kecamatan Ngamprah. 2. Kesejahteraan Kesejahteraan merupakan keadaan seseorang dalam keadaan yang aman, nyaman, tentram dan makmur. Sebagaimana yang dikemukakan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1983:14) bahwa kesejahteraan adalah...hal atau keadaan sejahtera: keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup disebabkan kemakmuran. ini yaitu: Adapun batasan-batasan mengenai indikator kesejahteraan dalam penelitian a. Pendapatan Pada tingkat pendapatan yang sama sebuah rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang relatif banyak ada kemungkinan tingkat kesejahteraan

10 material dari anggota-anggotanya lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan material anggota rumah tangga yang jumlah anggota rumah tangga relatif lebih kecil. Jadi, diketahui sejahtera bila pendapatan kepala keluarga lebih dari Rp.900.000 per bulan dan diketahui tidak atau kurang sejahtera bila pendapatan kuarang dari Rp.100.000, sebagai mana dikemukakan oleh Komarudin (1997:62-63) adalah: 1) Kurang dari Rp.150,000 = Penghasilan sangat rendah 2) Rp.150,000-Rp.300,000 = Penghasilan rendah 3) Rp.300,000-Rp.450,000 = Penghasilan menengah 1 4) Rp.450,000-Rp.600,000 = Penghasilan menengah 2 5) Rp.600,000-Rp.750,000 = Penghasilan menengah 3 6) Rp.750,000-Rp.900,000 = Penghasilan tinggi 1 7) Rp.900,000-Rp.3,000,000 = Penghasilan tinggi 2 8) Lebih dari Rp.3,000,000 = Penghasilan tinggi 3 b. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kesejahteraan, kesehatan dipengaruhi faktor makanan, frekuensi ketempat pelayanan kesehatan, tersedianya sarana penerangnan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik, sebagaimana di kemukakan oleh Badan Pusat Statistik 2002 bahwa: 1) Tingkat kesehatan antara lain dipengaruhi faktor makanan, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis. 2) Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya sarana penerangnan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik. Jadi, tinggi rendahnya tingkat kesehatan untuk mensejahterakan keluarga adalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya indikator tersebut. Memiliki tingkat

11 kesehatan tinggi bila hanya dua faktor yang terpenuhi, dan tingkat kesehatan rendah bila ketiga faktor tersebut tidak terpenuhi. c. Gaya hidup Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) mengelompokan gaya hidup keluarga berdasarkan tahapan pencapaian tingkat kesejahteraan dalam keluarga ada lima tahap, sebagaimana yang tercantum dalam Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Provinsi, Jawa Barat, (2003:18) mengelompokan gaya hidup keluarga berdasarkan menjadi lima tahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya, yaitu: 1) Keluarga Pra Sejahtera, jika salah satu dari kelima indikator dibawah ini tidak terpenuhi : a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut. b) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, temapat bekerja, sekolah, dan berpergian. d) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah, dan e) Bila anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan. 2) Keluarga Sejahtera I, jika salah satu dari sembilan indikator dibawah ini tidak terpenuhi : a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. b) Paling kurang seminggu sekali anggota keluarga makan daging, ilan dan telur. c) Setahun sekali anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. d) Luas lantai rumah paling kurang 8 m 2 untuk setiap penghuni. e) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing. f) Ada anggota keluarga untuk 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap. g) Anggota keluarga 10-60 tahun bisa baca tulis latin. h) Anak umur 7-15 tahun bersekolah. i) PUS dengan anak hidup dua atau lebih, saat ini memakai alat kontrasepsi. 3) Keluarga Sejahtera II, jika salah satu dari tujuh indikator di bawah ini tidak terpenuhi yaitu : a) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. b) Sebagian penghasilan keluarga ditabung.

12 c) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi. d) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. e) Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan. f) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/tv/majalah, g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat. 4) Keluarga Sejahtera III, jika salah satu dari dua indikator di bawah ini tidak terpenuhi : a) Keluarga atau anggota keluarga secara teratur dengan sukarela memberi sumbangan material untuk kegiatan sosial, b) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yaysan/institusi masyarakat. 5) Keluarga Sejahtera III Plus, jika seluruh dari indikator tahapan terpenuhi (23 indikator tahapan keluarga sejahtera). 3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2004) Indikator Angka Partisipasi Sekolah yang sering digunakan di bidang pendidikan yaitu: a. Angka Partisipasi Murni (APM) yaitu merupakan pengukur proporsi anak yang bersekolah pada kelompok umur tertentu pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umur tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor sosial-ekomomi yang mempengaruhi anak dari penduduk yang bersekolah pada kelompok umur tertentu pada tingkatan yang sesuai dengan kelompok umur tersebut di Kecamatan Ngamprah. b. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan pengukur proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Kasar (APK) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi anak penduduk miskin yang sekolah pada jenjang pendidikan formal dalam kelompok umur tertentu. Jadi, Rendahnya Angka Partisipasi Sekolah di Kecamatan Ngamprah dapat dilihat dari Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar. Menurut Laporan Disdik Jabar (Depdik Jabar, 2005) faktor yang mempengaruhi APS yaitu: 1) Rendahnya jumlah anak tidak/belum sekolah dari keluarga tidak mampu, 2) Rendahnya angka melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi, 3) Tingginya angka DO siswa karena faktor ekonomi dan 4) Rendahnya daya tampung sekolah.