PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI KEJADIAN KEJANG DEMAM ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB IV METODE PENELITIAN

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN SEREBROSPINAL PADA ANAK KEJANG DISERTAI DEMAM MENURUT USIA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kejadian Kejang Demam Anak di Rumah Sakit Al-Ihsan

Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup Keilmuan: Anastesiologi dan Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dimulai pada bulan juni 2013 sampai juli 2013.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

POLA KLINIS PNEUMONIA KOMUNITAS DEWASA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN ONSET KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK DI DUA RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN Sisca Silvana ABSTRACT

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

AZIMA AMINA BINTI AYOB

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

HUBUNGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN KEJANG DEMAM PADA ANAK BALITA

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

Transkripsi:

PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI KEJADIAN KEJANG DEMAM ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum WISNU WAHYU NUGROHO 22010110120120 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014 1

2

PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI KEJADIAN KEJANG DEMAM ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Wisnu Wahyu Nugroho 1, Alifiani Hikmah Putranti 2 ABSTRAK Latar Belakang : Kejang demam dapat dikatagorikan menjadi kejang demam simplek dan kejang demam komplek. Penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam harus diwaspadai bagi para klinisi karena agar dapat mencegah kerusakan otak yang lebih buruk. Tujuan : Menganalisa penyakit-penyakit apa saja yang menyertai pasien kejang demam dan apakah penyakit tersebut mempengaruhi manifestasi klinis kejang demam di RSUP Dr. Kariadi. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 432 pasien anak yang di rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2008-2013 Hasil : Penyakit tonsilo faringitis akut menjadi penyakit terbanyak yang menyertai pada kejang demam anak 148 (34,2%) sedangkan tonsilo faringitis dengan manifestasi klinis kejang demam simplek 106 (37,1%) kejang demam komplek 42 (28,7%) Simpulan : Penyakit yang sering menyertai pada kejang demam yaitu tonsilo faringitis akut, diare tanpa dehidrasi, ISPA, infeksi saluran kemih, demam dengue dan tidak ada perbedaan bermakna antara penyakit penyerta dan manifestasi klinis kejang demam Kata kunci : penyakit-penyakit penyerta, kejang demam, peningkatan leukosit. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2 Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 3

THE DISEASES OF ACCOMPANYING EVENTS SEIZURES FEVER IN CHILDREN IN RSUP Dr. Kariadi Semarang ABSTRACT Background : Febrile seizures can be categorized into simplex febrile seizures and complex febrile seizures. Diseases that accompany the febrile seizure should watch out for the clinician because in order to prevent brain worse damage. Objective : Analyze any diseases that accompany a febrile seizure patients and whether the disease affects the clinical manifestations of febrile seizures in the hospital Dr. Kariadi. Methods : This is a descriptive study with a sample of 432 pediatric patients hospitalized in the Hospital Dr. Semarang Kariadi the period 2008-2013 Results : Tonsilo pharyngitis acute disease becomes most diseases that accompany the febrile seizures 148 children (34.2%), while tonsilo pharyngitis with clinical manifestations of febrile seizures simplex 106 (37.1%) 42 complex febrile seizures (28.7%) Conclusion : The disease that often accompanies the febrile seizure is tonsilo acute pharyngitis, diarrhea without dehydration, respiratory infections, urinary tract infections, dengue fever, and no significant difference between comorbidities and clinical manifestations of febrile seizures Keyword : comorbid diseases, febrile seizures, an increase in leukocytes. 4

PENDAHULUAN Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan umur, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain pada otak. Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas 38 C rektal atau di atas 37,8 C aksila. Manifestasi kejang demam dibagi menjadi kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) yaitu kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berupa umum tonik atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang demam tidak berulang dalam 24 jam, kejang jenis ini merupakan 80% dari seluruh kejang demam. Kejang demam komplek (complex febrile seizure) yaitu kejang dengan salah satu ciri kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali 24 jam. 1 Sekitar 2 % - 5 % kasus kejang demam terjadi pada anak.kejadian ini terjadi pada rentang usia 1 bulan hingga 5 tahun dimana insiden kejadiannya paling banyak terjadi pada usia 14-18 bulan. 4 Insidensi dan prevalensi kejadian kejang demam di tiap tiap negara berbeda. Insidensi kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa berkisar 2 % - 5 %. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa, insidensi kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat. Di Jepang angka insidensi kejang demam cukup tinggi yaitu berkisar 8,3 9 %, bahkan di Guam insiden kejang demam mencapai 14 % 2 Menurut Penelitian Brian Chung dan Wong Virginia menunjukan bahwa infeksi virus merupakan penyebab terbanyak timbulnya kejang demam. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa prevalensi kejang yang disebabkan oleh virus berkisar 40 %. 3 Penyakit-penyakit infeksi masih sering ditemukan di Indonesia, menurut data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2010 menunjukan bahwa didapatkan 10 penyakit-penyakit yang sering rawat inap 5

di rumah sakitdiataranya diare dan penyakit gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid dan paratifoid, pennyulit kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial, cidera intrakranial, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), peneumonia 4. Kesepuluh penyakit di atas, penyakit terbanyak disebakan oleh karena infeksi yang dapat bermanifestasi menjadi kejang karena penyakit-penyakit tersebut mempunyai manifestasi klinis demam. Demam dengan peningkatan suhu 1 C akan dapat mengakibatkan peningkatan metabolisme basal 10 15% dan peningkatan kebutuhan oksigen 20% dari kedua hal tersebut membuat perubahan keseimbangan pada membran sel neuron sehingga ion-ion Na + yang normalnya berada diluar sel menjadi lebih banyak masuk kedalam sel sehingga terjadilah depolarisasi pada sel tersebut yang akan mengakibatkan terjadinya lepasan muatan listrik pada otak sehingga terjadilah bangkitan kejang. Selama ini prognosis dari kejang demam dikatakan baik dan belum pernah dilaporkan adanya risiko kecacatan akibat komplikasi dari kejang demam dengan angka kematian berkisar 0,64%-0,75%. 6 Penelitian di luar negeri menyebutkan bahwa infeksi virus telah menjadi faktor utama dalam kejadian kejang demam yang mencapai presentase 40%, penelitian Briang chung dan Virgina wong menunjukan bahwa virus influenza menjadi virus terbanyak yang menginfeksi anak di luar negeri yang bermanifestasi menjadi kejang demam dengan presentase 17%. Di luar negeri menunjukan bahwa penyakit infeksi virus memicu timbulnya kejang demam oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian di Indonesia untuk mengetahui penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam yang dipicu oleh karena infeksi virus atau infeksi non virus (penyakit-penyakit ekstrakranial) sehingga pengelolaan pada pasien tersebut dapat ditangani dengan tepat. 3 METODE Rancangan penelitian yang digunakan addalah metodes deskriptif, metode ini digunakan karena bertujuan mengetahui presentase dari penyakit-penyakit 6

tersering yang menyertai pada kejang demam anak yang terdiagnosis kejang demam simplek maupun kejang demam komplek dari keseluruhan rekam medik yang diteliti. Rancangan penelitian bersifat deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan mengolahnya pada seluruh data sampel. Pengelompokan data dilakukan berdasarkan jenis penyakit yang sering menyertai yang di katagorikan menjadi kejang demam simplek atau kejang demam komplek dan dilihat dari hasil pemeriksaan sel darah putih yang dikatagorikan menjadi normal, leukopeni dan leukositosis. Populasi target adalah seluruh anak yang menderita kejang demam usia 1 bulan- 5 tahun yang di rawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kriteria inklusi pendertia kejang demam usia 1 bulan 5 tahun sedangkan kriteria eksklusinya 1. Penderita mempunyai gangguan perkembangan otak 2. Anak mengalami sakit yang berat dan di rawat di HCU dan PICU HASIL Karakteristik Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah pasien kejang demam yang memenuhi kriteria inklusi dimana didapatkan keseluruhan data yang diperoleh dapat dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian ini merupakan pasien anak-anak yang berusia 1 bulan - 5 tahun yang di rawat inap di RSUP Dr. Kariadi yang terdiagnosa kejang demam. Hasilnya didapatkan sebanyak 432 data yang memenuhi kriteria inklusi. 7

5.1.1.Subyek penelitian Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian variabel Persentase Total Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan 71,8% 28,2% 310 122 Usia < 5 Bulan 5-12 Bulan 12-24 Bulan 24-36 Bulan 36-48 Bulan >48 Bulan 6% 32,9% 26,3% 21,5% 8,7% 4,6 % 26 142 114 93 37 20 Riwayat keluarga Ada Tidak kejang 18,6% 81,4% 80 352 Durasi kejang: < 5 menit 5-10 menit 10-15 menit >15 menit 28,7% 58,1% 7,9% 5,3% 124 251 34 23 Tabel 1 menunjukan bahwa subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki yaitu dengan besaran angka 320 (60,4%) anak sedangkan perempuan 129 (39,6%) anak. Anak berjenis kelamin laki-laki lebih sering terkena kejang demam daripada anak yang berjenis kelamin perempuan. Anak usia 5-12 bulan 142 (28,4%) menjadi faktor usia terbanyak yang terkena kejang demam. Riwayat kejang demam pada keluarga juga ditunjukan pada tabel diatas yaitu anak yang keluarganya tidak memiliki riwayat kejang demam 419 8

(86,2%) lebih tinggi. dibanding yang mempunyai riwayat kejang demam 80 (13,8%). Lama waktu kejang didapatkan distribusi pasien anak dengan kejang < 5 menit sebanyak 124 (28,7%) kejang 5-10 menit sebanyak 251 (58,1%)kejang 10-15 menit sebanyak 34 (7,9%), kejang > 15 menit sebanyak 23 (5,3%) Karakteristik klinis Tabel 2. Penyakit yang Menyertai pada Penderita Kejang Demam Nama-nama penyakit KDS KDK Total Tonsilo faringitis akut Diare Dehidrasi Tanpa dehidrasi ISPA Infeksi saluran kemih Demam dengue Otitis media akut Demam typhoid Anemia Stomatitis Tuberkulosis paru Tonsilo faringitis kronis Varisela 106 (37,1%) 7 (2,4%) 55 (19,2%) 47 (16,4%) 10 (3,5%) 12 (4,2%) 8 (2,8%) 7 (2,4%) 9 (3,1%) 7 (2,4%) 6 (2,1%) 7 (2,4%) 5 (1,7) 42 (28,7%) 3 (2,1%) 25 (17,1%) 13 (8,9%) 26 (17,8%) 8 (5,5%) 7 (4,8%) 7 (4,8%) 4 (2,7%) 3 (2,1%) 3 (2,1%) 2 (1,3%) 3 (2,1%) 148 (34,2%) 10 (2,3%) 80 (18,5%) 60 (13,9%) 36 (8,3%) 20 (4,6%) 15 (3,5%) 14 (3,2%) 13 (3%) 10 (2,3%) 9 (2,1%) 9 (2,1%) 8 (1,8%) Tabel 2 menunjukan bahwa penyakit tonsilo faringitis akut menjadi penyakit penyerta terbanyak pada penelitian ini 148 (34,2%) sedangkan penyakit tonsilo faringitis akut dengan kejang demam simplek 106 (37,1%) 9

Tabel 3. Jumlah Leukosit pada Penderita Kejang Demam Variabel KDS KDK Total Normal 46 (14,3%) 20 (17,8%) 66 (15,3%) Leukopeni 21 (6,6%) 14 (12,5%) 35 (8,1%) Leukositosis 253 (79,1%) 78 (69,7%) 331 (76,6%) Jumlah 320 (100%) 112 (100%) 432 (100%) Destribusi jumlah leukosit pada tabel 3 juga menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan darah rutin di dapatkan bahwa sebagian besar mengalami peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) dengan kejang demam simplek 331 (8,1%) sedangkan leukositosis dengan kejang demam simplek sebesar 253 (79,1%). Hasil dari tabel 6 menunjukan bahwa pada pemeriksaan darah rutin peningkatan leukositosit (leukositosis) lebih tinggi dibanding leukosit normal ataupun leukopeni, hasil tersebut menunjukan bahwa penyakit penyerta pada kejang demam terbanyak disebabkan oleh karena infeksi bakteri. PEMBAHASAN Pasien anak dengan kejang demam yang berobat di RSUP Dr. Kariadi dalam periode 2009-2014 sebanyak 579 pasien akan tetapi hanya 432 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian ini. Berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin laki-laki sebanyak 310 (71,8%) dan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 122 (28,2%) Pada penelitian Ojha AR, Shakya KN, dan Aryal UR menunjukan bahwa laki-laki mendapat presentase yang lebih (62%) dari pada sampel yang lain berdasarkan peneltian tersebut 7 bahwa laki-laki mendominasi pada kejadian kejang demam karena maturasi otaknya lebih cepat dibandingkan dengan otak perempuan. 10

Berdasarkan usia penelitian ini menunjukan bahwa usia terbanyak yaitu usia 5-12 bulan 142 (26,3%) dan 12-24 bulan 114 (26,3%) dari data ini sama halnya dengan penelitian Tjipta Bahtera dan Noor Wijayahadi bahwa pada usia 0-12 bulan 86 (23,5%) menjadi usia yang rentan terkena kejang demam karena pada anak usia kurang dari 12 bulan, keadaan otak belum matang, reseptor untuk asam glutamat baik inotropik maupun metabotropik sebagai reseptor eksitator padat dan aktif, sebaliknya GABA sebagai inhibitor kurang aktif sehingga pada otak yang belum matang eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi. Corticotropim releasing hormone (CRH) merupakan neuropeptid eksitator yang berpontensi prokonvulsan. Otak yang belum matang kadar CRH di hipokampus tinggi sehingga dapat berpotensi terjadinya bangkitan kejang apabila terpicu oleh demam. Mekanisme homeostasis pada otak belum matang dan masih lemah akan berubah sejalan dengan perkembangan otak dan perkembangan umur oleh karena pada otak belum matang. Natrium, kalium dan klorida belum sempurna sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi paska depolarisasi dan meningkatkan neuron oleh karena itu pada masa otak belum matang mempunyai eksitabilitas neural tinggi dibandingkan otak yang sudah matang sehingga pada masa ini rentan terhadap bangkitan kejang. 8 Beberapa literatur menyebutkan bahwa riwayat keluarga dapat mempengaruhi terjadinya kejang demam anak akan tetapi dalam penelitian ini riwayat keluarga tidak berpengaruh besar dalam terjadinya kejang demam anak. Pasien yang tidak mempunyai riwayat kejang demam pada keluarga 451 (82,3%) mempunyai riwayat kejang pada keluarga 97 (17,7%) 7 adapun keluarga yang dengan riwayat kejang sebagai faktor risiko untuk terjadinya kejang demam adalah kedua orang tua ataupun saudara sekandung (first degree relative). Belum dapat dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang demam, apakah autosomal resesif atau autosomal dominan. Berdasarkan penelitian Ojha dkk presentasi autosomal dominan diperkirakan sekitar 60-80% anak dengan kedua orang tua yang mempunyai riwayat kejang demam lebih besar terkena kejang demam sebanyak 13 kali 11

dibandingkan dengan anak yang kedua orang tuanya tidak mempunyai riwayat kejang demam. Pada penelitian ini penyakit tonsilo faringitis akut 148 (34,2%) sedangkan penyakit tonsilo faringitis akut dengan kejang demam simplek 106 (3,7%) kejang demam komplek 42 (28,7) penyakit ini menjadi penyakit penyerta terbanyak pada penelitian ini. adapaun pada penelitian Abolfazl Mahyar dkk menunjukan bahwa hasil penelitian sebelumnya menunjukan hasil yang berbeda. Penelitaian Abolfazl Mahyar dkk menemukan bahwa penyakit ISPA menjadi penyakit terbanyak dibandingkan penyakit lainnya yaitu dengan besaran angka 42 (53,8%). 10 Penelitian di luar negri menunjukan bahwa kebanyakan penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karena virus 4 pada penelitian ini kami berusaha mencari apakah penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di luar negri, penelitian kami menunjukan bahwa penyakit penyerta penyebab kejang demam disebabkan karena infeksi bakteri hal ini ditunjukan dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien kejang demam mengalami peningkatan leukosit (leukositosis). Kami sadar bahwa kami hanya bisa mengukur dari marker itu karena keterbatasan kami. Berdasarkan jumlah leukosit yang di dapatkan bahwa pasien dengan peningkatan leukosit 331 (76,6%) sedangkan leuokositosis dengan kejang demam simplek 253 (79,1%) kejang demam komplek 42 (28,7%). Menurut penelitian kami penyebab penyerta pada kejang demam di karenakan oleh karena infeksi bakteri sehingga ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian terapi antibiotik. Pada penelitian Brian Chung dan Virgina Wong didaptkan hasil yang berbeda dari penelitian kami, didapatkan bahwa virus influenza dengan besaran angka 163 (17,6%) menjadi virus yang sering menyebabkan penyakit yang bermanifestasi klinis kejang demam 3 sedangkan pada inflamasi akut, hasil pemeriksaan darah rutin sederhana dan gambaran sediaan darah apus, darah tepi dan menggunakan pengecatan Giemsa atau kombinasi Wright-Giemsa menunjukan gambaran 12

leukositosis disertai neutrofilia dengan pergeseran ke kiri sedangkan pada inflamasi kronik biasanay tidak disertai leukositosis dan neutrofilia terjadi pergeseran ke kanan. Infeksi CMV primer akut dapat dijumpai banyak limfosit atipik atau yang memiliki sitoplasma berwarna biru terlihat pada pemeriksaan mikroskopik dengan sediaan darah apus, darah tepi seperti pada infeksi virus lainnya. 10 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada di luar negri hal ini disebabkan karena kondisi iklim, sanitasi tempat tinggal di Indonesia berbeda dengan yang ada di luar negri. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu 1. Penyakit yang menyertai pada kejang demam yaitu tonsilo faringitis akut, diare tanpa tanda dehidrasi, ISPA, infeksi salutan kemih, demam dengue 2. Penyakit yang menyertai pada kejang demam disebabkan oleh karena infeksi bakteri dengan besaran 76,%. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti berikan adalah penelitian selanjutnya sebaiknya mencatat data dasar dari kejang demam yang lebih lengkap lagi sehingga didaptkan hasil yang lebih akurat dan untuk kewaspadaa dini para klinisi tentang penanganan kejang demam katena penyebab penyakit penyerta dari kejang demam yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Alifiani Hikmah Putranti, Sp. A (K) yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Adhie Nur Radityo, Sp.A Msi. Med, selaku ketua penguji dan dr. Nahwa Arkhaesi, Sp.A, M.Si. Med selaku penguji, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 13

DAFTAR PUSTAKA 1. Dwi Wastoro Dadiyanto, M. Heru Muryawan, Anindita S, Buku ajar IKA. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011;13 2. Khanis abdul. Defisiensi Besi Dengan Parameter stfr Sebagai Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam. 2010. 3. Brian Chung, Virginia Wong. Relationship Between Five Common Viruses and Febrile Seizure in Children. Arch Dis Child;2007. 92:589-593 4. Kementrian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2012. 5. Widodo DP. Kejang demam: apa yang perlu diwaspadai? Dalam Penanganan demam Pada Anak Secara Professional. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XL VII. H 58-66. Jakarta; 2005. 6. Johnston MV. Seizures in Childhood In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18 th ed. Philadelphia : WB Saunders Co;2007.p.2457-71 7. Ojha AR, Aryal UR Leucoytosis in febrile seizure. Kathamandu Medical College Teaching Hospital, Sinamangal, Kathamandu, September 2011 8. Judha, Mohamad. Sistem Persyarafan dalam Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publising2011. 9. Fuadi, Tjipta Bahtera, Noor Wijayahadi. Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Bagian Farmakologi FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3. Oktober 2010. 14

10. Abolfazl Mahyar, Parvis Ayazi, Mazdak Fallahi, and Amin Javadi Risk Factors of the First Febrile Siezures in Iranian Children. Departemen of Pediatrics, Quds Childhren Hospital, Qazvin University of Medical Scinces. Iran 1 June 2010. http://www.hindawi.com/journals/ijpedi/2010/862897/. 15