BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai. dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PERHITUNGAN PROFITABILITAS PRODUK PADA UD NIAGA BAKTI. OLEH : Fena Ulfa Aulia, S.E., M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Hal itu, dikarenakan akuntansi biaya dapat membantu kelancaran

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENINGKATKAN KEAKURATAN HARGA POKOK PENJUALAN PADA UD MEBEL JAYA MANDIRI

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING. Sedangkan Firdaus dan Wasilah (2009), berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal.

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern dan globalisasi

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lainnya dan untuk menghasilkan value terbaik bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi menyebabkan benturan antara konsep lama dengan pandanganpandangan. mempertahankan dan meningkatkan posisi pasarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Rolimex Kimia Nusa Mas adalah perusahaan yang memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT PAHALA FURNITURE SEMINAR PENULISAN ILMIAH

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB I PENDAHULUAN. Langkah ini dilakukan setelah pada tingkat regional, ASEAN telah

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

Diajukan oleh : Yunanto D

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, dinamik, dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya persaingan antara pelaku bisnis semakin meningkat secara intensif. Persaingan tersebut tidak hanya melibatkan pelaku bisnis dalam negeri tetapi juga pelaku bisnis luar negeri atau bisnis global. Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufakturan maju harus menggunakan strategi baru untuk mencapai keunggulan. Untuk dapat bersaing dengan baik dan menjaga kelangsungan hidupnya, perusahaan harus dapat memperoleh laba yang memadai. Dalam memperoleh laba, perusahaan tidak harus selalu memfokuskan pada suatu aspek tertentu seperti penekanan biaya, tetapi juga pada kualitas dan fleksibilitas yang sering dengan kemajuan teknologi. (Abdul Halim 1999: 459) Perubahan yang terjadi di lingkungan manufaktur sebagai akibat kemajuan teknologi dan otomatis memerlukan suatu pendekatan cost management yang baru dan lebih inovatif. Perusahaan juga harus dapat merencanakan pengalokasian biaya-biaya secara tepat, khususnya biaya produksi, sebab penentuan biaya produksi berkaitan dengan perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produksi adalah biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan barang atau produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja 1

2 langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2006: 60), Harga Pokok Produksi berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu periode. Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yang dikenal dengan nama Activity-Based Costing(ABC) System. ABC Sistem merupakan metode perbaikan dari Sistem Tradisional. ABC Sistem ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Dengan menggunakan system ini akan dapat dihasilkan informasi biaya atau harga pokok produk yang lebih akurat daripada sistem biaya yang lama, karena sistem ini mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dan menentukan biaya dari masingmasing aktivitas dan membebankan biaya-biaya aktivitas kepada produk-produk dengan menggunakan berbagai pemicu biaya (cost drivers) yang berbeda. Pemicu biaya dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan dalam biaya dari suatu aktivitas. (Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah, 2009: 16) Sedangkan sistem biaya tradisional hanya membebankan biaya pada produk sebesar biaya produksinya, hal ini sangat berbeda dengan konsep voluechain yang membebankan biaya pada produk sebesar biaya dalam pembentukan

3 rangkaian nilai. Unsur-unsur biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu indikator atau faktor pembanding yang sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan secara langsung, sesuai dengan perhitungan langsung masing-masing produk. Pada perusahaan industri yang menghasilkan beberapa jenis produk, biasanya terjadi berbagai jenis unsur biaya gabungan yang harus dialokasikan ke setiap produk gabungan yang bersangkutan pada titik pisahnya masing-masing. Dan perhitungan biaya didasarkan asumsi dalam system ini adalah bahwa produk individual menyebabkan timbulnya biaya. (Surpiyono 2007:252) Supriyono (2007: 267) lebih lanjut menjelaskan bahwa Distorsi biaya adalah pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overstanted atau overrun) atau terlalu rendah (understated atau underrun) pada suatu objek biaya. Dan menurut kamus Ilmiah Populer (Partanto dan Dahlan 2001: 125) distorsi merupakan pemutarbalikan fakta atau kenyataan. Pemutarbalikan fakta atau manipulasi data yang dimaksudkan disini adalah fakta terhadap biaya, yaitu terjadinya selisih antara biaya yang dianggarkan dan realisasi terhadap biaya itu sendiri. Dan bagi beberapa perusahaan, distorsi biaya dapat merugikan perusahaan, yang dikarakteristikkan oleh adanya peningkatan atau ketatnya bersaing. Perusahaan yang beroperasi pada lingkungan yang berkompetitif dan mengadopsi stategi baru untuk mencapai penyempurnaan kesinambungan dalam bersaing, sistem akuntansi biaya seringkali harus berubah agar dapat sejalan. Dan kebutuhan akan biaya produk yang lebih akurat memaksa beberapa perusahaan untuk lebih memberikan perhatian yang khusus dan serius pada prosedur perhitungan biayanya. Dengan

4 kata lain, sistem tradisional yang dulu berfungsi dengan baik, menjadi usang dalam lingkungan pemanufakturan maju dan tidak dapat digunakan lagi. (Supriyono, 2007: 267) Pada awal perkembangannya ABC sistem menurut Mulyadi (2003:51) dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan kos produk dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk. ABC sistem menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batchrelated drivers, product-sustaining drivers, dan facility-sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada perkembangan selanjutnya, ABC sistem tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi kos produk yang akurat, namun meluas sebagai sistem informasi untuk memotivasi personel dalam melakukan peningkatan terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer. ABC sistem kemudian diterapkan ke semua biaya pada perkembangan yang lebih lanjut, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dan umum. ABC sistem menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Activity-Based Costing System dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Pihak manajemen dapat berusaha untuk meningkatkan mutu dengan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Selain itu, Activity-Based Costing System dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan membuat atau

5 membeli bahan baku serta bahan lainnya. Dengan penerapan Activity-Based Costing System maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam persaingan global. Activity-Based Costing System memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan pada Sistem Tradisional. Banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi pada Sistem Tradisional. Activity-Based Costing System yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi. Selain itu, Activity-Based Costing System mendukung perbaikan yang berkesinambungan melalui analisa aktivitas. Activity-Based Costing System memungkinkan tindakan perbaikan terhadap aktivitas yangtidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai titik impas (break even point) atas produk yang bervolume rendah. Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing System (ABC) yang akan membantu pihak manajemen untu megalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas diperkenalkan dan di definisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan

6 dengan volume. Horngren (2008:167) mengemukakan bahwa metode Activity Based Costing menghitung biaya setiap aktivitas serta membebankan biaya ke objek lainnya seperti produk barang atau jasa berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap produk atau jasa. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, Activity Based Costing System memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, Activity Based Costing System mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan metode Activity Based Costing System ini akan memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Ada beberapa pengertian ABC (Activity Based Costing) System yaitu: 1. Supriyono (1994: 230) :Sistem biaya berdasar aktivitas Activity-Based Cost (ABC System) adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. 2. Mulyadi (2003:40) menyatakan bahwa definisi activity based costing adalah: Activity Based Costing adalah sistem informasi yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan

7 biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing System adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan. Sistem Activity Based Costing adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Penentuan biaya tradisional juga melibatkan dua tahap, namun tahaptahapnya berbeda dengan sistem Activity Based Costing. Pada tahap pertama sistem biaya tradisional, biaya-biaya tidak dilacak ke aktivitas-aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya departemen-departemen dalam pabrik. Pada sistem tradisional dan Activity Based Costing System, tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua sistem tersebut adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem Activity Based Costing menggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dalam sistem tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Akibatnya, sistem Activity Based Costing meningkatkan ketelitian pembebanan biaya. Dan sistem Activity Based Costing tidak hanya meningkatkan ketelitian pembebanan, namun juga menyediakan

8 informasi tentang biaya berbagai aktivitas sehingga memungkinkan manajemen menfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya. (Supriyono, 2007: 270). Aktivitas-akyivitas pemicu biaya berdasarkan levelnya, dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: a. Aktivitas-aktivitas berlevel unit b. Aktivitas-aktivitas berlevel batch c. Aktivitas-aktivitas berlevel produk d. Aktivitas berlevel fasilitias (Supriyono 2007: 279) Manfaat dalam keakuratan sistem Activity Based Costing dibandingkan dengan sistem tradisional itulah yang membuat peneliti perlu untuk mengusulkan aplikasinya pada UD. Mebel Mertojoyo. UD Mebel Mertojoyo adalah salah satu produsen manufaktur yang memproduksi produk-produk furniture yang terbuat dari kayu, triplek, dan aluminium yaitu lemari, bufet, meja, kursi, kusen, lemari dapur, rak buku dan daun pintu. Tingkat persaingan di lokasi usaha UD. Mebel Mertojoyo juga cukup ketat, karena terdapat beberapa usaha yang memproduksi produk yang sejenis dengan produk yang dihasilkan oleh UD. Mebel Mertojoyo. Dengan adanya tingkat persaingan global yang semakin ketat, memaksa UD. Mebel Mertojoyo untuk melakukan langkah-langkah strategi guna menjamin eksistensinya dimasa mendatang. Sedangkan dalam hal perhitungan Harga Pokok Produksi, UD. Mebel Mertojoyo melakukan dengan sistem tradisional. Pada titik inilah sistem ABC dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih sebagai strategi di UD. Mebel Mertojoyo.

9 Berikut ini adalah data hasil produksi UD. Mebel Mertojoyo dengan sistem tradisional yang digunakan untuk menghitung Hasil Pokok Produksi Tahun 2012. Tabel 1.1 UD. Mebel Mertojoyo Data Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Tahun 2012 HPP Almari/buffet Kursi Meja Kusen BBB 396.395.000 233.160.000 251.045.000 220.550.000 Biaya TKL 884.160.000 700.620.000 475.020.000 376.560.000 BOP 884.054.000 679.380.000 570.194.000 739.953.000 HPP 2.164.609.000 1.613.160.000 1.296.259.000 1.337.063.000 Sumber: data diolah Dari data diatas, dalam penentuan Harga Pokok Produksi yang dilakukan di UD. Mebel Mertojoyo mengalami kendala dalam pemasaran dan pendistribusi produk, sehingga mengalami distorsi, karena dalam membebankan biaya overheadnya ke masing-masing produk hanya digunakan satu dasar pembebanan yang berdasarkan unit yaitu jumlah produksi. Padahal tidak semua biaya overhead yang terjadi disebabkan oleh pemicu-pemicu berdasarkan jumlah produksi. Sebelum penelitian ini, terlebih dahulu terdapat penelitian yang hampir serupa, yaitu penelitian oleh Ahmad Habib Jamil (2011) yang meneliti tentang penerapan Activity Based Costing System dalam menentukan Harga Pokok Produksi pada UD. Kartika Sari Malang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi adanya undercost atau sebaliknya overcost ketika menggunakan perhitungan dengan Activity Based Costing System.

10 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA UD. MEBEL MERTOJOYO MALANG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, permasahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi dengan sistem biaya Tradisional di UD. Mebel Mertojoyo? 2. Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi dengan sistem ACTIVITY BASED COSTING (ABC) di UD. Mebel Mertojoyo? 3. Bagaimana perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi sistem Tradisional dengan perancangan ACTIVITY BASED COSTING (ABC) di UD. Mebel Mertojoyo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hasil perhitungan Harga Pokok Produksi UD. Mebel Mertojoyo dengan sistem biaya Tradisional. 2. Mengetahui hasil perhitungan Harga Pokok Produksi UD. Mebel Mertojoyo dengan Activity Based Costing System.

11 3. Mengetahui hasil perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional dan Activity Based Costing System. 1.4 Manfaat penelitian Setiap penelitian pasti mengharapkan terdapat berbagai manfaat dari hasil penelitiannya. Adapun manfaat yang peneliti harapakan dari judul ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Mengembangkan Activity Based Costing System di PT dan perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia. b. Memperdalam pemahaman tentang Activity Based Costing System untuk dikembangkan di perusahaan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai partisipasi peneliti dalam memberikan kontribusiterhadap pengembangankeilmuan, menambah pengalaman dalam belajar khususnya dalam bidang ekonomi. b. Membantu masyarakat agar lebih mudah memahami sebuah sistem terapan. 3. Manfaat bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penentuan hassil produksi dengan menggunakan Activity Based Costing System.

12 4. Manfaat Bagi pembaca Penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan yang memberikan informasi mengenai Activity Based Costing System terutama dalam penerapannya pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk. 5. Manfaat bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan Harga Hasil Produksi dan sebagai alat pembanding dengan harga yang ditetapkan selama ini.