BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sifat Tanah Vertisol Sub Grup Ustic Epiaquerts dengan Pemberian Pasir, Sabut Kelapa, dan Sabut Batang Pisang 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Al dd : 1 me Aldd/100 g tanah : 1.57 me CaCO 3 /100 g tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

JURNAL OLEH SADLI MOHAMAD NIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

KARAKTERISTIK KUALITAS TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN HULU DAS PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI. Oleh:

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Bagan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Zulham Husein 1, Nurdin 2 dan Fauzan Zakaria 3

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

Kajian Status Kesuburan Tanah Sawah Untuk Menentukan Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi Tanaman Padi Di Kecamatan Manggis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

Hendra Tantu, Nurdin, Fauzan Zakaria ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

PENDAHULUAN BIOLOGI TANAH DOSEN: DR. TIEN AMINATUN

Transkripsi:

19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik dan Kimia Tanah Awal Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dengan jenis tanah Vertisol menunjukkan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan adalah debu, fraksi liat cukup tinggi dengan fraksi pasir yang rendah (Tabel 3 ). Sementara itu, sifat kimia tanah, baik kadar C-organik, N-total, P tersedia, dan K dapat ditukar tergolong sangat rendah dengan ph tanah relatif netral. Berdasarkan kriteria status sifat-sifat kimia tanah, maka status kesuburan tanah setempat tergolong rendah (Puslittan, 1983). Tabel 3. Sifat-Sifat Tanah Vertisol (Epiaquerts Ustic)di Lokasi Penelitian No Sifat-Sifat Tanah Sebelum Penelitian Nilai Kriteria* 1 Fisik Tanah : Tekstur: Pasir 16 Liat 34 Lempung Liat Berdebu Debu 5 Kadar Air Tersedia 8.66 2 Kimia Tanah - C-Organik (%).86 Sangat Rendah - N total (%).9 Sangat Rendah - P 2 O 5 tersedia (ppm) 5.47 Sangat Rendah - K 2 O dapat ditukar (me/1 g).19 Sangat Rendah - ph:h 2 O 6.89 Netral Sumber: TOR Tipe A Survey Kapabilitas Tanah (Puslittan, 1983) Berdasarkan sifat fisik dan kimia tanah tersebut, maka diperlukan perbaikan pada tanah tersebut dengan cara pemberian amelioran tanah. Beberapa amelioran yang diberikan pada tanah ini meliputi: pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang. Adapun pemberian bahan amelioran berhubungan dengan perbaikan sifat-sifat tanah, diantaranya tahana (status) hara sehingga tanaman dapat tumbuh optimal (Noor et al. 25).

2 4.2 Sifat Fisik Tanah Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, fraksi pasir, debu dan fraksi liat dalam tanah (Tabel 4). Kadar air tertinggi ditunjukkan oleh pemberian pasir sebesar % atau kontrol dan berbeda nyata dengan dengan perlakuan lainnya. Peningkatan kadar air pada perlakuan kontrol sebesar 4,38% dibanding pemberian pasir sebesar 25%, sementara dengan pemberian pasir sebanyak 5% peningkatan kadar airnya sebesar 84,81%. Hal ini diduga disebabkan oleh kadar liat yang cukup tinggi, sehingga kemampuan tanah memegang air ( soil retension) pada perlakuan kontrol masih tinggi pula. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Narka dan Wiyanti (1999) di daerah Bali yang menyimpulkan bahwa taraf pencampuran pasir 5% ke dalam tanah menurunkan nilai COLE, permeabilitas, indeks plastisitas, dan kadar air tersedia yang terbaik. Tabel 4. Rataan parameter sifat fisik tanah dengan pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang Pelakuan Kadar Air (%) Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Pasir % 4.38a 16.c 41.38a 42.63a 25% 3.12b 53.2b 21.3b 25.49b 5% 2.37c 64.26a 18.22c 17.52c Sabut Kelapa ton ha -1 3.93a 43.56b 27.48 tn 28.95 tn 1 ton ha -1 2.96b 45.74a 26.39 27.88 2 ton ha -1 2.98b 44.16b 27.3 28.81 Sabut Batang Pisang ton ha -1 3.69a 44.78 tn 27.84 tn 27.38b 1 ton ha -1 3.24b 44.13 26.56 29.3a 2 ton ha -1 2.93b 44.54 26.5 28.97a Interaksi tn tn tn tn BNT.5.39 1.53 1.59 1.27 KK (%) 21.91 6.34 1.86 8.21 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% BNT=beda nyata terkecil; KK=koefisien keragaman. Kadar air tertinggi dengan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang diperoleh pada perlakuan ton ha -1 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainny. Hal ini diduga karena pasir menpengaruhi sifat fisik tanah vertisol. Soeleman (21)

21 melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti buld desity, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah. Fraksi pasir menunjukan bahwa pasir teringgi pada pemberian 5% pasir dibandingkan dengan yang lainnya( Tabel 4). Sementara pasir tertinggi ditunjukkan oleh pemberian sabut kelapa 25 ton ha -1 sebesar 3.58% dibandingkan dengan perlakuan ton ha -1 sebesar 5.% sedangkan perlakuan 2 ton ha -1 semakin rendah. Pemberian sabut batang pisang, pasir tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena kandungan pasir didalam tanah sangat tinggi (lapaisan atas tanah). Fraksi debu tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Penigkatan fraksi debu pada perlakuan % sebesar 94.27% dibandingkan dengan perlakuan 25% sebesar 16%, sementara perlakuan 5% sebesar 127.11%. hal ini diduga karena semakin besar pemberian pasir semakin rendah pula fraksi debu pada tanah tersebut. Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 6% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Kanisius, 1993). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986). sedangkan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Fraksi liat tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Peningkatan fraksi liat pada perlakuan kontrol sebesar 67.24% dibandingkan dengan pemberian pasir 25% sebesar 45.49% dan pemberian pasir 5% sebesar 143.32%. hal ini diduga semakin besar pemberian pasir semakin rendah pula fraksi liat di dalam tanah. Menurut Kusnarta (212) p asir pada vertisol dapat menurunkan jumlah fraksi klei secara proporsional sehingga merubah tekstur tanah menjadi lebih kasar. Penambahan pasir pada takaran 2% berat sudah dapat

22 merubah tekstur Vertisol dari klei menjadi lom klei sekaligus juga menurunkan sifat kembang kerut (COLE) secara nyata. Pemberian sabut kelapa tertinggi ditunjukan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan yang lainnya, sedangkan pemberian sabut batang pisang tertinggi pemberian 1 ton ha -1 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan hal di atas dapat dilihat pola perlakuan terbaik dari masing-masing faktor pemberian amelioran seperti pada gambar dibawah ini : 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 4.38 3.12 2.37 3.93 2.96 2.98 Kadar Air 3.69 3.24 2.93 Gambar 1. Keragaan kadar air dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Tampaknya, keragaan kadar air dengan pemberian pasir mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran lainnya. Peningkatan pemberian pasir %, 25%, dan 5% masing-masing sebesar 4.38%, 31.65%, dan 84.81% lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang. Hal dikarenakan air banyak terinfiltrasi kedalam tanah dibandingkan dengan dengan penggunaan sabut kelapa dan batang pisang yang dapat menyerap air.

23 7 6 5 4 3 2 1 16 53.2 64.26 43.56 45.74 44.16 44.78 44.13 44.54 Pasir Gambar 2. Keragaan kadar fraksi pasir dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat perbedaan antara pola kadar air dan pola kadar fraksi pasir. Tampaknya, pemberian pasir berpengaruh signifikan terhadap kadar fraksi pasir dalam tanah, sementara untuk kadar fraksi pasir dengan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang polanya relatif sama. Hal ini diduga karena pemberian pasir turut meningkatkan kadar fraksi pasir dalam tanah. 45 41.38 4 35 3 27.48 26.39 27.3 27.84 26.5626.5 25 21.3 18.22 2 15 1 5 Debu Gambar 3. Keragaan kadar fraksi debu dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Keragaan kadar fraksi debu tanpaknya sama dengan keragaan kadar air mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran, dimana pemberian pasir %, 25%, dan 5% menunjukkan peningkatan masing sebesar 94.27%, 16,9%, dan

24 127.11% lebih besar dari pada pemberian sabut batang pisang dan pasir. Hal ini diduga karena pasir dapat memperbaiki kadar fraksi debu dalam tanah 45 4 35 3 25 2 15 42.63 25.49 17.52 28.95 27.88 28.81 29.3 27.38 28.97 1 5 Liat Gambar 4. Keragaan kadar fraksi liat dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat kesamaan antara kadar air, fraksi debu, dan liat yang mempunyai pola relatif yang sama kedua amelioran, dimana peningkatan pemberian pasir %, 25%, dan 5% masing-masing sebesar 67.24%, 45.49%, dan 143.32% lebih besar dari pada pemberian sabut batang pisang dan sabut kelapa. Hal ini diduga karena pemberian pasir dapat memperbaiki kadar fraksi liat dalam tanah 4.3 Sifat Kimia Tanah Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap ph H 2 O, C-Organik, N total, P 2 O 5, dan K 2 O (Tabel 5). ph H 2 O tertinggi ditunjukkan oleh pemberian pasir % dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Peningkatan ph H 2 O pada perlakuan kontrol sebesar 67.88% dibandingkan dengan pemberian pasir 25%, sementara pemberian pasir 5% sebesar 67.66. Sabuk kelapa tertinggi ditunjukkan oleh pemberiaan 2 ton ha -1 dan berbeda nyata pada perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena sabut kelapa mengandung ph yang tinggi. Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: ph rata-rata agak masam (6,33, nilai

25 C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 1 g -1 ), dan unsur-unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat (Mn 2+ ) pada sumur (Silalahi et al. 27). Pemberian sabut batang pisang tertinggi pada perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Peningkatan ph H2O pada perlakuan kontrol sebesar 72.14% dibandingkan dengan pemberian 1 ton ha -1. Sementara pemberian 2 ton ha -1 sebesar 72.6%. Hal ini diduga sabut batang pisang memiliki ph yang rendah. Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi ph antara lain : Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap. Pengukuran ph tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhada pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah, dan lain-lain. Tabel 5. Rataan parameter sifat kimia tanah dengan pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang C-Organik N total P Pelakuan ph H 2 O 2 O 5 K 2 O (%) (%) (ppm) (ppm) Pasir % 12.91a 1.16a.17a 83.27 tn 119.47b 25% 7.69b 1.1b.14b 83. 131.67ab 5% 7.7b.69c.11c 84.22 146.67a Sabut Kelapa ton ha -1 7.55b.87b.14 tn 76.39b 131.24 tn 1 ton ha -1 7.51b.96ab.13 78.11b 136. 2 ton ha -1 13.24a 1.2a.15 96.a 13.56 Sabut Batang Pisang ton ha -1 13.1a.89b.14 tn 54.83c 78.35c 1 ton ha -1 7.61b.91b.14 75.33b 121.67b 2 ton ha -1 7.59b 1.5a.15 12.33a 197.78a Interaksi tn tn tn tn tn BNT.5 3.98.9.1 7.88 23.66 KK (%) 77.71 17.6 13.9 13.38 32.83 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% BNT=beda nyata terkecil; KK=koefisien keragaman. C organik tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Peningkatan C organik pada perlakuan kontrol sebesar 14.85% dibandingkan dengan perlakuan 25%, sementara pemberian pasir 5%

26 sebesar 68.12%. hal ini diduga karena partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim et al. 1986). Pemberian sabuk kelapa dan sabut batang pisang terendah pada perlakuan kontrol dan berbeda nyata pada perlakuan lainnya. Hal ini diduga sabut kelapa dan sabut batang pisang mempunyai kadar C organik yang cukup (Kompos). Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: ph rata-rata agak masam (6,33, nilai C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 1 g -1 ), dan unsur-unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat ( Mn 2+ ) pada sumur (Silalahi et al. 27). Berdasarkan analisis N total tertinggi pada perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Peningkatan N total pada perlakuan % dan 25 % masing-masing 21.43% dan 27%, dibandingkan dengan perlakuan 5% sebesar 54%. Sementara sabuk kelapa dan sabut batang pisang tertinggi pada perlakuan 2 ton ha -1 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: ph rata-rata agak masam (6,33, nilai C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 1 g -1 ), dan unsur-unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat (Mn 2+ ) pada sumur (Silalahi et al. 27). Menurut Helga (211), ada tiga unsur yang dianalisis dari jaringan pucuk, yaitu unsur N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium). Bahwa kandungan dan serapan N, P, dan K tertinggi dimiliki oleh media perlakuan dengan pencampuran kompos batang pisang. Dimana N yang terkadung dalam kompos batang pisang sebesar 18.56 mg, P sebesar 2.562 mg, dan K sebesar 15.86 mg. Kadar P 2 O 5 tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Peningkatan P 2 O 5 pada perlakuan kontrol sebesar.33 % dan pemberian pasir 5% sebesar 1.14%, sementara pemberian pasir

27 25 11.49%. untuk sabut kelapa dan sabut batang kadar P 2 O 5 tertinggi ditunjukkan oleh pemberian 2 ton ha -1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Peningkatan kadar P 2 O 5 masing-sebesar 25.67% dan 119.46%. hal ini bahan organik dari sabut kelapa dan sabut batang pisang (kompos). Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: ph rata-rata agak masam (6,33, nilai C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 1 g -1 ), dan unsur-unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat (Mn 2+ ) pada sumur (Silalahi et al. 27). Helga (211) melaporkan ada tiga unsur yang dianalisis dari jaringan pucuk, yaitu unsur N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium). Bahwa kandungan dan serapan N, P, dan K tertinggi dimiliki oleh media perlakuan dengan pencampuran kompos batang pisang. Dimana N yang terkadung dalam kompos batang pisang sebesar 18.56 mg, P sebesar 2.562 mg, dan K sebesar 15.86 mg. Kandungan K 2 O tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 5% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Peningkatan kandungan kadar K 2 O pada perlakuan 5% sebesar 22,77% dibandingkan dengan perlakuan % dan 25% masing-masing sebesar 1.21 % dan 11.39 %. hal ini diduga karena pasir pemberian sabuk kelapa tertinggi ditunjukan perlakuan 1 ton ha -1 sebesar 4.17% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, dengan perlakuan ton ha -1 dan perlakuan 2 ton ha -1 masing-masing sebesar 3.63 % dan.52 %. sementara pemberian sabut batang pisang tertinggi ditunjukan oleh perlakuan 2 ton ha -1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Peningkatan kandungan K 2 O pada permberian sabut batang pisang 2 ton ha - 1 sebesar 152.43 ppm dibandingkan dengan perlakaun ton ha -1 dan perlakuan 1 ton ha -1 masing-masing sebesar 66.64% dan 62.55%. Sunarti (1996) dalam hermawati (27) melaporkan bahwa K2O yang terkandung di dalam abu sabut kelapa adalah sebesar 1,25%, dan diberikan sebanyak 643,94 kg ha -1 pada tanaman Centrosema pubes-cens mampu meningkatkan K-tersedia total tanah sebesar 74,7 mg, dan meningkatkan hasil tanaman. Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: ph rata-rata agak masam (6,33, nilai C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 1 g -1 ), dan unsur-

28 unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat (Mn 2+ ) pada sumur (Silalahi et al. 27). Helga (211) melaporkan ada tiga unsur yang dianalisis dari jaringan pucuk, yaitu unsur N (nit rogen), P (fosfor), dan K (kalium). Bahwa kandungan dan serapan N, P, dan K tertinggi dimiliki oleh media perlakuan dengan pencampuran kompos batang pisang. Kadar N dalam kompos batang pisang sebesar 18.56 mg, P sebesar 2.562 mg, dan K sebesar 15.86 mg. Berdasarkan hal di atas dapat dilihat pola perlakuan terbaik dari masing-masing faktor pemberian amelioran seperti pada gambar dibawah ini : 14 12.91 13.24 13.1 12 1 8 7.69 7.7 7.55 7.51 6 4 2 ph H2O 7.61 7.59 S S1 S2 Gambar 5. Keragaan ph H 2 O dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Tampaknya, keragaan ph H 2 O dengan pemberian sabut kelapa mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran lainnya. Peningkatan pemberian sabut kelapa ton ha -1, 1 ton ha -1, dan 2 ton ha -1 masing-masing 1.34%, 6,25%, dan 75.36% lebih besar dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga karena sabut kelapa dapat mengikat air lebih banyak sehingga dapat meningkatkan ph H 2 O.

B 29 1.2 1.8.6.4.2 1.16 1.1.69.96 1.2 1.5.87.89.91 C-Organik Gambar 6. Keragaan kadar C Organik dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat perbedaan pola antara ph H 2 O dan pola C Organik. Tanpaknya pemberian sabut batang pisang berpengaruh baik terhadap kadar C Organik dalam tanah. pemberian sabut batang pisang mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang ton ha -1, 1 ton ha -1, dan 2 ton ha -1 masing-masing 72.14%,.26%, dan 72.6% lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga karena sabut batang pisang mengandung kadar C lebih besar dibandingkan sabut kelapa dan pasir..18.16.14.12.1.8.6.4.2.17.14.11.14.13.15 N Total.14.14.15 Gambar 7. Keragaan kadar N Total dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts.

3 Keragaan kadar N Total mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Tampaknya sabut batang pisang berpengaruh baik terdahadap N Total. Pemberian sabut batang pisang ton ha -1, 1 ton ha -1, dan 2 ton ha -1 menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 37.39%, 59.74, dan 7.14% lebih besar dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar N lebih besar dibandingkan sabut kelapa. Part Per Million (ppm) 14 12 1 8 6 4 2 83.2783.84.22 76.3978.11 96. 54.83 75.33 12.33 P 2 O 5 Gambar 8. Keragaan kadar P 2 O 5 dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Sabut batang pisang menunjukkan pola yang relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang ton ha -1, 1 ton ha -1, dan 2 ton ha -1 masing-masing sebesar 55.29 ppm. 62. 55 ppm, dan 119.46 ppm. Pemberian sabut batang pisang berpengaruh baik terhadap kadar P 2 O 5 lebih besar dibandingkan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar P lebih besar dibandingkan sabut kelapa.

31 Part per million (ppm) 2. 18. 16. 14. 12. 1. 8. 6. 4. 2.. 146.67 119.47 131.67 131.24 136. 13.56 K 2 O 78.35 121.67 197.78 Gambar 9. Keragaan kadar K 2 O dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat kesamaan antara kadar C Organik, N Total, P 2 O 5, dan K 2 O yang mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang ton ha -1, 1 ton ha -1, dan 2 ton ha -1 masing-masing sebesar 66.64 ppm, 62.55 ppm, dan 152.43 ppm lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar K lebih besar dibandingkan sabut kelapa.