IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)



dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

Tipe perkecambahan epigeal

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. adalah 81% daun. (5) (6) dari eksplan. hitam/coklat. daun dari 12. stagnan putih 6% 44% 37%

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

INDUKSI AKAR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendansmerr. & L.M.Perry)DENGAN PERLAKUAN ARANG AKTIF DAN IBA PADA MEDIUM MS SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

PENGARUH 2.4 D DAN BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (HST). Data hari muncul kalus yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. PENDAHULUAN. penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Raja Bulu Kuning Kedudukan pisang dalam taksonomi tumbuhan menurut Suprapti (2005) adalah sebagai berikut: Kerajaan :

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

Gambar 3 Peningkatan jumlah tunas aksiler pada perlakuan cekaman selama 7 hari ( ( ), dan 14 hari ( )

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Saat Muncul Tunas (hari) Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 5). Data hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% disajikan pada label 1. label 1. Rerata saat muncul tunas eksplan panili pada pemberian berbagai konsentrasi Kinetin dan laa secara in vitro. Perlakuan Saat muncul tunas (hari) ZPT4 22,41 a ZPT2 22,77 a ZPT5 23,00 a ZPT3 23,44 a ZPTl 24,41 a ZPT6 29,05 ab ZPT8 29,94 be ZPT9 30,33 be ZPT7 32,33 c Angka-angka yang diikuti oleli notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT4 berbeda nyata terhadap ZPT8, ZPT9, ZPT7 sedangkan ZPT6 berbeda tidak nyata dengan ZPT8 dan ZPT9. Pemberian kombinasi Kinetin (0,2-0,4 ppm) dan laa (1-3 ppm) peningkatan konsentrasi Kinetin menjadi 0,6 ppm yang dikombinasikan dengan laa (1-3 ppm) temyata memperlambat saat munculnya tunas. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi sitokinin dan auksin eksogen mampu mempercepat mimculnya tunas eksplan panili Pernunculan tunas lebih cepat terdapat pada kombinasi ZPT4, hal ini menunjukkan peningkatan pemberian konsentrasi Kinetin (0,4 ppm) mampu mendorong eksplan untuk mempercepat terbentuknya tunas, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi pada ZPT7 memperlihatkan semakin lambat

17 pernunculan tunas pada eksplan panili. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mariska dan Sukmadjaya (1987), yang menunjukkan bahwa tunas majemuk pada panili dapat muncul pada penambahan Kinetin 0,2 ppm dan 0,4 ppm. Kinetin memberikan respon terhadap diferensiasi tunas dan batang panili, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan dapat memperlambat munculnya tunas. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Selama berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman panili, aktifitas fisiologis di dalam jaringan tanaman akan lebih baik jika dibantu oleh ZPT yang mendukung pertumbuhan tanaman. Pemberian laa memberikan pengaruh yang baik terhadap munculnya tunas, hal ini disebabkan karena ZPT tersebut dapat juga meningkatkan rangsangan pada daerah meristematik sehingga dengan laa akan lebih memperpendek waktu untuk pembentukan tunas. Menurut Wattimena (1991), apabila auksin yang terdapat pada daerah meristematik tanaman dirangsang lagi dengan auksin eksogen seperti laa maka auksin yang terdapat pada tanaman akan terangsang lagi untuk memacu pertumbuhan tanaman. Auksin banyak terbentuk pada ujung-ujung meristem dan bagian tanaman yang sedang mengalami perkembangan. Pemberian auksin dapat membantu pola pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tanaman seperti pada tunas dan akar apabila sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena salah satu peranan auksin adalah untuk merangsang pembentukan timas (Gardner, dkk. 1991). Diduga pemberian auksin sintetik ini tidak terlihat pengaruhnya pada satu indikator saja tetapi juga mempengaruhi pada indikator lainnya. Pengaruh sitokinin pada Kinetin yang memberikan hasil cenderung ke arah pembentukan tunas dan batang (Abidin, 1985).

18 4.1.2. Saat Muncul Akar (hari) Hasil pengamataii terhadap parameter saa,t muncul akar setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh (Lampiran 5). Data hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata saat muncul akar eksplan panili pada pemberian berbagai konsentrasi Kinetin dan laa secara in vitro. Perlakuan Saat muncul akar (hari) ZPT4 5,52 a ZPTl 5,66 a ZPT7 5,77 a ZPT8 8,77 b ZPT5 8,88 b ZPT2 9,83 b ZPT6 9,83 b ZPT3 10,11 b ZPT9 10,11 b Angka-angka yang diikuti oieli notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT4, ZPTl dan ZPT7 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini menunjukkan laa telah bekerja sinergis dengan Kinetin. laa mempengaruhi pembentukan akar dimana peningkatan konsentrasi laa (2-3 ppm) cenderung rnemperlambat saat munculnya akar. George dan Sherrington (1984) menyatakan bahwa pemberian auksin dengan konsentrasi tinggi pada umumnya akan menekan pembentukan akar. Kombinasi laa dan Kinetin dapat menentukan arah pertumbuhan tanaman. Pembesaran tanaman disebabkan adanya akumulasi vmsur hara yang diserap oleh tanaman melalui akar. Dengan pemberian laa yang berperan mempercepat munculnya akar, meningkatkan jiamlah dan panjang akar maka unsur hara yang diserap oleh tanaman akan semakin tinggi. Menurut Dwidjosaputro (1995) bahwa akar merupakan daerah akumulasi pertumbuhan

19 tanaman khususnya pada tanaman yang masih muda sehingga dengan pemberian auksin dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya mempercepat munculnya akar. Kemampuan akar untuk menyerap unsur hara lebih berperan dalam pertumbuhan pucuk pada umunmya untuk pembentukan daun muda. Akar dianggap sebagai sumber utama pengatur pertumbuhan tanaman karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan (Gardner, dkk. 1985). Hal ini menunjukkan bahwa diperlnkan Kinetin yang dikombinasikan dengan laa untuk pertumbuhan akar pada pertumbuhan eksplan panili. Ujung akar pada eksplan tanaman panili tumbuh terus di dalam media, terlihat kokoh dan panjang, diduga karena pengaruh pemberian laa. Raharja (1988) menyatakan bahwa auksin adalah senyawa yang mampu menyebabkan pemanjangan sel pada jaringan tanaman muda, pertumbuhan buah dan pembentukan akar, diantaranya adalah IBA, NAA dan laa. Menurut Simatupang (1992) pengaruh penambahan laa mendorong pertumbuhan akar terhadap pertumbuhan ercis (Pisum sativum). Ujung akar yang terus tumbuh akan memperluas permukaan kontak antara akar dan media, juga memperluas wilayah penjelajahan akar di dalam media (Lakitan, 1996). Akar yang tumbuh pada panili umiamnya mimcul untuk mendukung pertumbuhan eksplan. Pada tanaman ini sering terdapat akar yang muncul sebagai akar adventif, akar ini tidak masuk ke media tetapi pemanjangannya berada di atas media, kadang juga akar ini disebut dengan akar gantung.

20 Konsentrasi yang dibutuhkan masing-masing senyawa dapat beraneka ragam tergantung pada jenis tanaman yang dikulturkan, keadaan lingkungan kultur dan jenis senyawa yang dipakai (Gunawan, 1995). George dan Sherrington (1984) mengemukakan bahwa kombinasi auksin dan sitokinin tidak selalu memberikan hasil yang sama, yaitu pemberian auksin dengan konsentrasi yang relatif lebih tinggi dari pada sitokinin, maka diferensiasi tunas cenderung akan membentuk primordial akar. 4.1.3. Jumlah Ruas Batang (ruas) Hasil pengamatan terhadap parameter jumlah ruas batang setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 5). Data hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata jumlah ruas batang eksplan panili pada pemberian berbagai konsentrasi Kinetin dan laa secara in vitro. Perlakuan Jumlah ruas batang (ruas) ZPTl 3,36 a ZPT7 3,44 a ZPT2 3,55 a ZPT3 3,44 a ZPT8 3,61 a ZPT4 3,75 ab ZPT9 3,77 ab ZPT6 4,02 ab ZPT5 4,33 b Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan ZPTl berbeda tidak nyata terhadap semua perlakuan tetapi berbeda nyata terhadap ZPT5. Hal ini memperlihatkan bahwa konsentrasi laa dan Kinetin berbeda yang diberikan belum memacu dan mendukung diferensiasi ruas batang, sehingga pertambahan

21 jumlah ruas tanaman panili belum meningkat sedangkan dengan ZPT5 ruas batang tanaman panili meningkat. Perlakuan ZPT5 adalah yang tcrb::;ic dibandingkan dengan lainnya, karena terdapat jumlah ruas batang eksplan terbanyak, yaitu ratarata 4,33 ruas/batang. Pertambahan jumlah ruas batang eksplan dipengaruhi oleh Kinetin yang memberikan respon positif terhadap jumlah ruas batang. Pemberian kinetin akan meningkatkan kemampuan eksplan berdiferensiasi. Sesuai dengan pendapat Suryowinoto (2000) menyatakan bahwa Kinetin merupakan hormon tumbuhan yang berperan dalam pembelahan sel dan diferensiasi sel, sehingga dengan pemberian Kinetin akan memacu kemampuan tanaman untuk berdiferensiasi. Konsentrasi 0,4 ppm Kinetin yang dikombinasikan dengan 1 ppm laa memperlihatkan jumlah ruas lebih banyak. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi Kinetin telah mampu merangsang pembelahan sel, memecah dormansi sel dan perpanjangan sel. Kinetin adalah golongan sitokinin yang merupakan turunan dari adenin yang berfungsi mendorong pembelahan sel, morfogenesis dan memperlambat degradasi klorofil (Krishnamoorty, 1981). Pemberian 2 ppm laa membantu memacu pembelahan sel sehingga mampu meningkatkan jumlah ruas pada tanaman, mendorong pembesaran sel-sel pada koleoptil dan ruas-ruas tanaman. Pembesaran sel terutama terjadi diikuti dengan bertambahnya berat dan volume sel, selanjutnya juga akan bertambahnya berat dan ukuran tanaman itu sendiri (Wattimena, 1991). Semakin banyak jumlah ruas berpengaruh terhadap perbanyakan panili, semakin banyak ruas tentunya akan mempercepat dan mempermudah perbanyakan panili.

22 4.1.4. Persentase Keberhasilan (%) Hasil pengamatan terhadap parameter persentase keberhasilan setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 5). Data hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata persentase keberhasilan eksplan panili tunbuh pada pemberian berbagai konsentrasi Kinetin dan laa secara in vitro. Perlakuan Persentase keberhasilan (%) ZPT5 58,333 a ZPT2 66,667 a ZPT8 66,667 a ZPTl 75,000 a ZPT7 75,000 a ZPT3 75,000 a ZPT9 75,000 a ZPT4 83,333 a ZPT6 83,333 a Angka-angka yang diikuti oleii notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Data pada Tabel 4 menimjukkan bahwa semua pemberian kombinasi Kinetin dan laa tidak berpengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan tumbuh eksplan panili. Hal ini menunjukkan bahwa persentase keberhasilan pada penelitian ini lebih disebabkan oleh kontaminasi. Persentase tumbuh eksplan panili pada media MS mencapai 58,3 % - 83,3 %. Persentase tertinggi pada perlakuan ZPT4 dan ZPT6 sebanyak 83,3 % dan terendah yaitu ZPT5 sebanyak 58,3 %. Keberhasilan kultur jaringan juga dipengaruhi oleh bahan tanaman (eksplan) dan keadaan lingkungan kultur (Conger, 1981). Kontaminasi ekstemal bisa diatasi dengan teknik sterilisasi permukaan, sedangkan kontaminasi internal, sterilisasi permukaan tidak bisa diharapkan. Sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang menyatakan bahwa kontaminasi internal sangat sulit diatasi, karena sterilisasi permukaan tidak menyelesaikan masalah.

23 Kontaminasi yang terjadi pada percobaan ini tergolong tinggi yaitu ratarata 26,88 %. Seluruh kontaminasi yang terjadi disebabkan oleh cendawan dan telah terlihat pada 4 hari hari setelah tanam. Beberapa cendawan yang menyerang eksplan panili yang ditanam secara in vitro dengan karakteristik, berwama putih, berserabut, terdapat pada eksplan yang akan menyebar keseluruh media, ada juga cendawan yang berwana jingga dengan serabut putih disekelilingnya, terdapat pada eksplan dan media serta cendawan yang berwama hitam, berserabut, menyerupai debu, menyebar pada seluruh media dan eksplan. Serangan cendawan ini akan menghentikan pertumbuhan dan morfogenesis eksplan. Eksplan yang mati selain diserang oleh cendawan juga karena pencoklatan (browning). Proses pencoklatan kultur dimulai sejak 7 hari setelah tanam. Bagian eksplan yang mengalami pelukaan mengeluarkan senyawa fenolik yang menyebabkan timbulnya wama coklat pada eksplan. Diduga senyawa fenolik meracuni eksplan secara keseluruhan hingga akhimya mati. Kematian eksplan mempakan suatu proses fisiologi yang dipengaruhi fungsi sel. Jika fungsi normalnya terganggu struktur yang ada bembah secara meluas sehingga tidak terjadi pembentukan protoplas dan akhimya sel mati. Pierik (1987) menyatakan bahwa proses browning disebabkan oleh akti vitas enzim pengoksidasi seperti polifenol oksidase dari dalam eksplan yang terbentuk pada saat jaringan atau eksplan dilukai, sehingga kematian karena pencoklatan lebih sukar diatasi daripada kontaminasi.