Potensi Energi Panas Bumi di Kabupaten Banyuwangi: Studi Awal Model Perencanaan Penyediaan Energi Listrik Jangka Panjang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data.

BAB III METODE PENELITIAN

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING)

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Analisis Skenario Permintaan dan Penyediaan Energi Listrik pada Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali 2050

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Proyeksi Sistem Energi Listrik Provinsi Lampung Tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

Analisa Pertumbuhan Beban Terhadap Ketersediaan Energi Listrik di Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK APJ PEKALONGAN TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL SERTA ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

Analisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi Banten: Aplikasi Metodologi Berbasis Sistem Informasi Geografis

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

Satria Duta Ninggar

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

OUTLOOK KELISTRIKAN INDONESIA : PROSPEK PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PT.PLN (PERSERO) RAYON PURWOKERTO KOTA (STUDI KASUS)

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

198 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PENGANTAR PEMODELAN RUED

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

Transkripsi:

Potensi Energi Panas Bumi di Kabupaten Banyuwangi: Studi Awal Model Perencanaan Penyediaan Energi Listrik Jangka Panjang Yusak Tanoto 1, Ekadewi Anggraini Handoyo 2 Program Studi Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra, Surabaya 1 yusak.tanoto@gmail.com Program Studi Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra, Surabaya 2 ekadewi@petra.ac.id Abstrak Makalah ini memaparkan potensi pemanfaatan energi panas bumi yang terdapat di daerah Blawan-Ijen di perbatasan Kabupaten Bondowoso-Banyuwangi untuk penyediaan energi listrik setempat. Perencanaan penyediaan energi listrik jangka panjang tahun 2014-2028 untuk Kabupaten Banyuwangi dimodelkan menggunakan software LEAP (Long Range Energy Alternatives Planning System) berdasarkan proyeksi konsumsi energi listrik di semua sektor pengguna. Proyeksi konsumsi energi listrik Kabupaten Banyuwangi mencapai 1.863 GWh pada 2028, atau meningkat sebesar 190% dibanding 2013. Mempertahankan pembangkit yang telah ada sampai tahun 2028, dibutuhkan pasokan daya tambahan sebesar 34,2 GWh dengan biaya total penyediaan energi sebesar US$ 1,028 milliar. Solusi kompetitif dapat dilakukan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi, dimana kebutuhan energi telah dapat disuplai oleh gabungan kedua pembangkit dengan biaya US$ 1,19 milliar disamping adanya penurunan tingkat emisi CO 2 dan penghematan batu bara. Kata Kunci: Energi panas bumi, penyediaan energi listrik, energi terbarukan, berkelanjutan. 1. Pendahuluan Keberlanjutan pembangunan di berbagai sektor dan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan energi listrik yang mencukupi dan berkualitas. Kecukupan penyediaan energi listrik merupakan salah satu issue krusial yang hingga saat ini terus diupayakan melalui penambahan kapasitas pembangkit listrik. Masih banyaknya pemadaman listrik dan ketidak terpenuhinya permintaan energi listrik mencerminkan adanya ketidakcocokan level penyediaan dan level permintaan. Di samping itu, upaya penyediaan energi listrik dewasa ini semakin erat dikaitkan dengan upaya pelestarian lingkungan. Alternatif sumber daya energi terbarukan mulai dimanfaatkan walaupun dalam skala yang masih kecil. Salah satu sumber energi terbarukan yang tersedia dengan melimpah di Indonesia adalah energi panas bumi atau geothermal. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia hingga tahun 2013 adalah 1,3 GW (Renewables 2013 Global Status Report, 2013), dari keseluruhan potensi sebesar 13,4-14,7 GW (Tanoto and Wijaya, 2011). Pemodelan penyediaan energi di tingkat negara telah banyak dilakukan melalui berbagai report maupun makalah ilmiah, namun demikian, aplikasi sejenis untuk tingkat daerah atau kabupaten belum banyak dipublikasikan, sedangkan setiap daerah atau kabupaten dituntut untuk dapat merencanakan penyediaan energi listrik dalam bentuk rencana ketenagalistrikan daerah, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemaparan proyeksi konsumsi energi listrik jangka panjang di Kabupaten Banyuwangi serta potensi pemanfaatan energi panas bumi yang terdapat di Gunung Ijen sebagai bahan bakar PLTP melalui studi pemodelan perencanaan penyediaan energi listrik jangka panjang tahun 2014-2018 di Kabupaten Banyuwangi. Energi panas bumi, sebagai salah satu bentuk energi bersih dan terbarukan akan dianalisa dan dibandingkan dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dalam hal total biaya sistem pembangkitan. Makalah ini disusun sebagai berikut: metode penelitian meliputi data, tool, dan pendekatan analisa disampaikan pada bagian 2, diikuti oleh hasil simulasi, pemodelan, dan pembahasan yang disampaikan pada bagian 3. Kesimpulan disampaikan di akhir makalah ini, yaitu bagian 4, dan diakhiri dengan dengan ucapan terima kasih dan daftar pustaka acuan. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 41

2. Metode Bagian ini menjelaskan kondisi geografis, demografis, dan data sektor ketenaga listrikan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2013, penjelasan singkat tentang software LEAP, serta metodologi simulasi data untuk memperoleh model perencanaan penyediaan energi listrik jangka panjang. 2.1 Kondisi Umum Geografis, Demografis, dan Tenaga Listrik Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur pulau Jawa. Secara astronomis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada 7 43-8 46 Lintang Selatan dan 113 53-131 58 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Banyuwangi mempunyai batas-batas: sebelah Utara dengan Kabupaten Situbondo, sebelah Selatan dengan Samudra Hindia, sebelah Timur dengan Selat Bali, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember. Memiliki luas wilayah 5.782,5 km 2, Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di propinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mencapai 1.574.778 orang (Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2014), atau naik sebesar 0.37% dibanding jumlah penduduk tahun 2012, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 3,2. Sementara itu, besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2013, yaitu Rp. 13,511 Triliun (harga konstan), mengalami kenaikan sebesar 6.8% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan listrik berdasarkan jenis tarif (sektor) dan konsumsi energi listrik pada tahun 2013 ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1: Jumlah pelanggan dan konsumsi energi listrik tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi. Jenis Tarif (sektor) Konsumsi Jumlah listrik pelanggan (MWh) Rumah Tangga 368.684 400.673,75 Kantor pemerintah 1.645 26.558,73 Sosial 10.304 19.803,56 Bisnis 17.733 61.229,95 Industri 480 132.968,73 Sumber: Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2014. 2.2 LEAP (Long Range Energy Alternatives Planning System) LEAP (Long Range Energy Alternatives Planning System) merupakan sebuah software perencanaan energi berbasis energy accounting, yang digunakan untuk memodelkan perencanaan energi berbasiskan skenario penyediaan dan perminataan. Dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute, LEAP mengedepankan fleksibilitas penggunaan data, kemudahan penggunaan, dan analisa dampak dari pemilihan skenario perencanaan (SEI, 2006). LEAP merupakan modeling tool terintegrasi yang bekerja berdasarkan annual-time step calculation, yang dapat digunakan untuk melacak konsumsi energi, produksi, dan ekstraksi dan transformasi sumber daya di semua sektor dalam sistem energi nasional. Di dalam LEAP, terdapat lima modul, yaitu: asumsi kunci, permintaan, transformasi, sumber daya, dan dampak sektor nonenergi (Modul Pelatihan Perencanaan Energi LEAP, 2009). Struktur LEAP dan flowchart perhitungan simulasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 1. Struktur dan Flowchart Perhitungan Simulasi LEAP Seperti terlihat pada Gambar 1, metodologi LEAP terdiri dari unsur-unsur penting, diantaranya: Demand analysis, Transformation analysis, Resources analysis, dan Emission analysis. Penjabaran metodologi ini lebih lanjut dapat dilihat pada [12]. Dibandingkan dengan tools energy modeling lainnya, LEAP memiliki beberapa keuntungan, antara lain: hasil analisa berupa tabel maupun grafik yang dapat dengan mudah dihubungkan dengan MS-Office, fleksibilitas penerapan model untuk sistem energi lokal, nasional, dan regional dalam kurun waktu jangka menengah maupun panjang, dukungan untuk sejumlah metodologi pemodelan yang berbeda meliputi metodologi bottom-up, penggunaan akhir, teknik akuntansi untuk pemodelan ekonomi makro top-down pada sisi permintaan, dan berbagai metodologi akuntansi dan simulasi untuk pembangkit listrik seperti pemodelan dan perencanaan perluasan kapasitas pembangkit. Sudah banyak report, artikel conference, dan peer-reviewed artikel jurnal telah dipublikasikan pada topik-topik yang mengikutsertakan LEAP sebagai tool untuk menganalisa penggunaan energi dan implikasinya, pemodelan energi, supplydemand, analisa mitigasi emisi, dan biaya-biaya yang terccakup dalam perencanaan aktifitas energi. Diantara beberapa report dan artikel ilmiah tersebut yaitu analisa potensi reduksi permintaan energi dan emisi pada sektor transportasi di Cina (Yan, X., Crookes, R.J., 2009), identifikasi visibilitas energi berkelanjutan di pulai Kreta, Yunani (Giatrakos G.P., et. al., 2009), investigasi peningkatan efisiensi energi pada bangunan gedung di Cina (Li, J., 2008), Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 42

aplikasi LEAP pada skenario perencanaan sektor ketenagalistrikan Panama dan implikasinya (Madeleine, M, Bryan, K., 2014), analisa skenario jangka panjang untuk transisi energi terbarukan pada sektor tenaga listrik Korea (Park, N.B., Yun, S.J., Jeon, E.C., 2013), peramalan jangka panjang untuk supply-demand energi di Taiwan (Huang, Y., Yun Chang, J., Chieh, Y.P., 2011), dan publikasi lainnya yang didokumentasikan pada website LEAP. 2.3 Skenario Model Perencanaan Penyediaan- Konsumsi Tenaga Listrik Jangka Panjang Pendekatan yang dilakukan pada proyeksi konsumsi energi listrik untuk masa yang akan datang dapat dilakukan dengan metode regresi linear berganda ataupun metode DKL dengan memperhitungkan beberapa variabel, diantaranya pertumbuhan jumlah penduduk dan PDRB. Pada makalah ini, proyeksi konsumsi energi listrik dilakukan oleh software LEAP. Proyeksi konsumsi energi listrik menggunakan data prosentase pertumbuhan pelanggan listrik yang didapatkan dari data rata-rata pertumbuhan jumlah pelanggan listrik Kabupaten Banyuwangi tahun 2008-2013. Tabel 2: Rata-rata pertumbuhan konsumsi energi listrik tahun 2008-2013 di Kabupaten Banyuwangi. Jenis Tarif (sektor) Rata-rata pertumbuhan konsumsi energi (%) Rata-rata pertumbuhan pelanggan (%) Rumah Tangga 7,28 6,37 Kantor pemerintah 4,74 10,75 Sosial 8,08 5,02 Bisnis 4,04 0,85 Industri 9,41 8,93 Sumber: PT. PLN Distribusi Jatim (Persero), diolah kembali Terdapat dua skenario penyediaan energi listrik yang dipertimbangkan dalam model perencanaan ini, yaitu skenario existing menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dinamakan skenario Business as Usual (BAU), dan skenario energi berkelanjutan dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang bersumber dari energi panas bumi Gunung Ijen, dinamakan skenario Sustainable Electricity Energy (SEE). Skenario BAU hanya mengandalkan PLTU sebagai satu-satunya penyedia listrik dan dijalankan mulai awal tahun simulasi hingga akhir periode simulasi. Efisiensi pembangkit ditetapkan sebesar 35%. Sementara itu, PLTP akan ditambahkan ke dalam sistem sejak tahun 2019 dengan kapasitas 110 MW menurut keterangan tertulis Dinas ESDM Jatim. Saat ini, ijin usaha pertambangan untuk PLTP Blawan-Ijen telah terbit. Komponen biaya pembangkitan listrik yang meliputi biaya unit pembangkit, biaya bahan bakar, dan biaya operation & maintenance (O&M) dari kedua jenis pembangkit dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3, biaya bahan bakar dan biaya O&M didapatkan dari Laporan Statistik Tahun 2012 PT. PLN (Persero) dengan konversi kurs Rp. 12.000 per US$ 1. Tabel 3: Komponen biaya pembangkitan. Jenis pembangkit Biaya unit pembangkit a Biaya bahan bakar b Biaya O&M b PLTU 1.126.000 c 52,18 e 6 e PLTP 1.800.000 d 84,66 e 3 e Keterangan: a) US$/MW, b) US$/MWh, c) BATAN, 2012, d) Sanyal, 2005, e) Statistik Tahunan PLN 2012 3. Hasil dan Pembahasan Proyeksi kebutuhan beban di Kabupaten Banyuwangi untuk semua sektor tahun 2014-2028 adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Proyeksi konsumsi energi listrik di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014-2028 berdasarkan analisa LEAP Pada tahun 2028, sektor rumah tangga diproyeksikan mengkonsumsi energi listrik sebesar 1.150 GWh, diikuti oleh sektor industri, bisnis, sosial, dan pemerintah, masing-masing sebesar 512,4 GWh, 110,9 GWh, 63,5 GWh, dan 26,6 GWh. Secara keseluruhan, proyeksi konsumsi listrik mencapai 1.863 GWh, atau meningkat sebesar 190% dibanding konsumsi tahun 2013 yang sebesar 641,234 GWh. 3.1 Skenario BAU Pada skenario ini, ditetapkan cadangan batu bara di awal tahun simulasi sebesar 6 juta metrik ton tanpa adanya penambahan cadangan. Dari analisa, dibutuhkan PLTU dengan kapasitas 250 MW untuk dapat mengcover permintaan beban hingga tahun 2028. Namun demikian, terdapat sejumlah konsekuensi antara lain: cadangan batu bara akan habis pada tahun 2028 yang berakibat perlunya tambahan cadangan batu bara sebesar 664,4 Ribu Ton Coal Ekuivalen pada tahun 2028; diperlukan tambahan suplai energi listrik di luar pembangkit sebesar 3,2 GWh dan 34,2 GWh masing-masing pada tahun 2027 dan 2028; diperlukan biaya total penyediaan energi sebesar US$ 1,028 milliar. Suplai energi listrik dari pembangkit dan yang Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 43

ditransmisikan sampai kepada konsumen (karena rugi-rugi) terdapat pada Gambar 3, termasuk tambahan energi listrik dari luar pembangkit. pembangkitan listrik antara skenario BAU dan SEE dapat dilihat pada Tabel 4. Gambar 3. Energi listrik yang dibangkitkan dan ditransmisikan dalam skenario BAU Gambar 5. Tren penurunan cadangan batu bara dalam skenario SEE Gambar 4. Tren penurunan cadangan batu bara dalam skenario BAU, tidak mencukupi tahun 2028 Pada Gambar 3, terlihat bahwa dengan mengandalkan batu bara sebagai satu-satunya sumber energi, persediaan batu bara akan habis pada tahun 2028 dan tetap diperlukan suplai listrik dari luar pembangkit yang ada. 3.2 Skenario SEE Pada skenario SEE, kapasitas pembangkit PLTU dapat diturunkan menjadi sebesar 150 MW dengan masuknya PLTP 110 MW pada tahun 2019. Dari hasil analisa, terlihat bahwa masuknya PLTP menyebabkan cadangan batu bara tetap ada hingga tahun 2028 sebesar 843 Ribu Ton Coal Ekuivalen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Disamping itu, tidak diperlukan tambahan suplai energi listrik dari luar sistem karena kebutuhan energi telah disuplai oleh gabungan PLTU dan PLTP. Proporsi suplai energi dari PLTU dan PLTP adalah sebagai berikut: tahun 2014-2018 PLTU menyuplai 761,9-998 GWh. Pada tahun 2019, PLTU menyuplai 742.1 GWh sedangkan PLTP berkontribusi sebesar 326,5 GWh, meningkat hingga 607,8 GWh pada tahun 2028. Secara total dari tahun 203 hingga tahun 2028, PLTP berkontribusi sebesar 30% dari total energi listrik yang dapat disuplai. Secara grafik, energi yang disuplai oleh PLTU dan PLTP ditampilkan pada Gambar 6. Perbandingan biaya total Gambar 6. Komposisi penyediaan energi listrik dari PLTU dan PLTP pada skenario SEE Tabel 4: Perbandingan biaya total antara skenario BAU dan skenario SEE (dalam Juta US$). Skenario 2019 2023 2028 BAU (PLTU) 55,3 72,5 100,5 SEE (PLTU + PLTP) 66,4 87,3 123,5 Dari segi biaya, skenario SEE menghasilkan biaya total sebesar US$ 1,19 miliar, atau US$ 160 juta lebih tinggi dibanding skenario BAU. Namun demikian, keuntungan dari skenario SEE disamping terjaganya cadangan batu bara adalah dampak lingkungan terkait dengan emisi CO 2 yang dapat ditekan, kurang lebih 25-30% lebih rendah dibanding emisi dengan skenario BAU. Jika lama waktu studi pemodelan diperpanjang, maka biaya yang dikeluarkan oleh skenario SEE akan lebih kecil dan semakin mendekati biaya pada skenario BAU. Jika ditinjau dari sudut pandang energy balance, pada skenario BAU terdapat kondisi kekurangan suplai energi listrik dari pembangkit existing sebesar 3,2 GWh pada tahun 2027 dan 34,2 GWh pada tahun 2028. Sementara itu, kondisi kekurangan pasokan listrik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan tidak terjadi pada skenario SEE. Energy Balance selama tiga tahun terakhir untuk skenario BAU maupun skenario SEE dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 berikut ini. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 44

Tabel 5: Energy Balance pada skenario BAU (dalam GWh) 2026 2027 2028 Produksi - - - Impor - 3,2 34,2 Ekspor - - - Suplai Primer Total - 3,2 34,2 Pembangkitan Listrik 1.707,1 1.826,3 1.926,9 T & D -96,7-97,6-98,1 Transformasi Total 1.610,4 1.728,7 1.828,8 Rumah Tangga 998,9 1.071,7 1.149,7 Sosial 54,4 58,8 63,5 Pemerintah 26,6 26,6 26,6 Industri 428 468,3 512,4 Bisnis 102,5 106,6 110,9 Permintaan Total 1.610,4 1.731,9 1.863,1 Tabel 6: Energy Balance pada skenario SEE (dalam GWh) 2026 2027 2028 Produksi - - - Impor - - - Ekspor - - - Suplai Primer Total - - - Pembangkitan Listrik 1.730,4 1.855,1 1.989,1 T & D -98,1-98,9-99,5 Transformasi Total 1.632,3 1.756,1 1.889,7 Rumah Tangga 998,9 1.071,7 1.149,7 Sosial 54,4 58,8 63,5 Pemerintah 48,5 50,8 53,2 Industri 428 468,3 512,4 Bisnis 102,5 106,6 110,9 Permintaan Total 1.632,3 1.756,1 1.889,7 4. Kesimpulan Makalah ini memaparkan hasil analisa pemodelan penyediaan energi listrik jangka panjang untuk Kabupaten Banyuwangi dengan 2 skenario, dengan PLTU dan kombinasi PLTU dan PLTP. Pada simulasi menggunakan skenario ke-2, didapatkan bahwa sistem dapat menyuplai energi listrik tanpa adanya kekurangan pasokan, disamping adanya keunggulan dari sisi proteksi lingkungan hidup, dan penghematan cadangan sumber energi fosil. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan analisa biaya lebih detail, mencakup biaya sumber daya energi, harga jual, dan biaya tambahan pasokan listrik, demikian juga harga jual kelebihan produksi listrik sehingga didapatkan hasil analisa ekonomi yang lebih detail. Ucapan Terima Kasih Presentasi makalah ini dalam Seminar Nasional RETII ke-9 tahun 2014 di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta merupakan bagian dari luaran penelitian Hibah Bersaing. Penulis berterima kasih atas bantuan dana Hibah Penelitian Desentralisasi DIKTI tahun 2014, melalui DIPA Kopertis 7 Jawa Timur. Daftar Pustaka Renewables 2013: Global Status Report, [Online], Diakses di: http://www.ren21.net/ren21activities/globalst atusreport.aspx [8 Agustus 2014]. Tanoto, Y., Wijaya, M.E. (2011). Economic and Environmental Emissions Analysis in Indonesian Electricity Expansion Planning: Low-rank Coal and Geothermal Energy Utilization Scenarios. In IEEE Conference on Clean Energy and Technology. Kuala Lumpur, Malaysia, June 27-29. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. (2014). Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2014, [Online], Diakses di: http://banyuwangikab.bps.go.id/?hal=publika si_detil&id=160 [2 Oktober 2014]. Stockholm Environment Institute. (2006). Longrange Energy Alternative Planning System, User Guide, Boston, USA. Wijaya, M.E., Ridwan, M.K. (2009). Modul Pelatihan Perencanaan Energi LEAP. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. National Nuclear Energy Agency (BATAN) (2002). Comprehensive Assessment of Different Energy Sources for Electricity Generation in Indonesia (CADES) Phase I, Jakarta, Indonesia. Sanyal, S. K., (2005). Cost of geothermal Power and Factors that Affect It, In World Geothermal Congress, Turkey, April 24-29. PT. PLN (Persero) (2013). Statistik Tahunan 2012 PLN. Jakarta, Indonesia. Yan, X., Crookes, R.J. (2009). Reduction potentials of energy demand and GHG emissions in China s road transport sector. Energy Policy Vol. 37 (2009), p. 658 68. Giatrakos G.P., Tsoutsos, T.D., Zografakis, N. (2009). Sustainable power planning for thei sland of Crete. Energy Policy Vol. 37 (2009), p. 1222 1238. Li, J. (2008). Towards a low-carbon future in China s building sector-a review of energy and climate models forecast. Energy Policy Vol. 36 (2008), p. 1736 1747. Madeleine, M, Bryan, K. (2014). Long-term scenario alternatives and their implications: LEAP model application of Panama's electricity sector, Energy Policy 68 (2014), p. 146-157. Park, N.B., Yun, S.J., Jeon, E.C. (2013). An analysis of long-term scenarios for the transition to renewable energy in the Korean electricity sector, Energy Policy 52 (2013), p. 288-296. Huang, Y., Yun Chang, J., Chieh, Y.P. (2011). The long-term forecast of Taiwan s energy supply and demand: LEAP model application, Energy Policy 39 (2011), p. 6790-6803. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 45