Degradasi Lapisan Aluminida pada Paduan Intermetalik α2-ti3al / γ-tial Akibat Oksidasi Siklik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Galuh Intan Permata Sari

Analisis Struktur Mikro dan Perubahan Fasa γ-tial sebagai Material Paduan Tahan Temperatur Tinggi

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN TERHADAP KANDUNGAN Mo DALAM LAPISAN PADUAN Ni-Mo SECARA ELEKTROPLATING

BAB 3 Metode Penelitian

ANALISIS SIFAT FISIK LAPISAN TIPIS TITANIUM NITRIDA PADA BAJA AISI 410 YANG DILAPIS DENGAN METODE SPUTTERING

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KERUSAKAN REFRAKTORI

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Pengaruh Suhu Pack Cementation pada Proses Pelapisan NiCoCrAl Terhadap Ketahanan Oksidasi Baja Karbon

STUDI BANDING PELAPISAN MATERIAL SKD11 DENGAN METODE PHYSICAL VAPOUR DEPOSITION DAN THERMAL DIFUSION PADA KOMPONEN INSERT DIES MESIN STAMPING PRESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

BAB IV HASIL PENELITIAN

Nitridasi Bahan Cor-Ten Untuk Meningkatkan Kekerasan dan Ketahanan Korosi Suhu Tinggi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh Penambahan Yttrium Terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik Dan Ketahanan Termal Pada Paduan Mg-6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Karakterisasi Material Sprocket

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

HASIL PENGUJIAN KOMPOSISI

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA KERUSAKAN PADA ATAP ZINCOATING DI LINGKUNGAN ATMOSFER INDUSTRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible,

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

KAJIAN PENDAHULUAN PEMBUATAN PADUAN Fe-Ni-Al DARI BAHAN BAKU FERRONIKEL PT. ANTAM Tbk. TUGAS AKHIR. Fiksi Sastrakencana NIM :

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS TiC MENGGUNAKAN METODE PIRAC : OKSIDASI PADA 980 o C DI UDARA

Oleh : Ridwan Sunarya Pembimbing : Dr. Widyastuti S.Si, M.Si Ir. Lilis Mariani, M.Eng. (LAPAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

Transkripsi:

Degradasi Lapisan uminida pada Paduan Intermetalik α2-3 / γ- Akibat Oksidasi Siklik Toto Saputra dan Adi Ganda Putra Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jenderal Ahcmad Yani, Bandung Email: azizanggun@yahoo.com ABSTRAK Paduan intermetalik dua fasa α2-3/γ- dikembangkan untuk operasi temperature tinggi dalam lingkungan oksidatif. Namun laju oksidasinya tidak dapat ditolelir karena akan teroksidasi membentuk kerak oksida O2 yang tidak protektif. Pada Mesin turbin gas yang seringkali mengalami siklus thermal, dapat mengakibatkan peretakan (cracking) dan pengelupasan (spalling) kerak oksida. Coating merupakan solusi yang tepat agar paduan ini dapat digunakan pada temperature tinggi. Dengan memperkaya permukaan benda kerja dengan unsur sehingga material mampu membentuk kerak oksida protektif 2O3 saat teroksidasi. Metoda pelapisan temperature tinggi yang sering diterapkan untuk keperluan ini adalah pack cementation. Studi ini membahas sebagian dari hasil pengujian oksidasi siklik. Khususnya pembahasan karakteristik coating dan kerak oksida yang terbentuk pada paduan intermetalik dua fasa α2-3/γ- hasil pack aluminizing. Kata kunci: Coating, cyclic oxidation, pack aluminizing. ABSTRACT Two-phase inter-metallic alloy α2-3/γ- is developed to operated at high temperature in oxidative environment. However its oxidation rate can not be tolerated due to formation of O2 which is not protective. If the alloy is used in gas turbine that often have thermal cycle, it will cause cracking and flaking oxide crust. Coating is correct solution to improve properties of this alloy so that it can be used at high temperature. By enriching the material surface with significant amount of element there will be a formation of 2O3 protective oxide. The method applied to get formation of 2O3 is the pack cementation. This study discusses of characteristic coating and oxide crust formation at two-phase inter-metallic alloy of α2-3/γ- from pack aluminizing process Keywords: Coating, cyclic oxidation, pack aluminizing. PENDAHULUAN Pemakaian material pada kondisi operasi dengan temperatur tinggi, dapat mencapai hingga 11 C 1). Saat digunakan material sering mengalami tegangan luar yang cukup besar secara berulangulang dan bersamaan dengan itu material berada dalam lingkungan korosif serta berinteraksi dengan partikel yang ada dalam fluida. Pada kondisi kerja tersebut, material harus memiliki sifat mekanik dan ketahanan korosi temperatur tinggi yang cukup baik, meliputi kekuatan pada suhu tinggi (high temperature strength), ketangguhan (toughness), ketahanan mulur (creep resistance), ketahanan lelah termal (thermal fatique resistance) dan ketahanan oksidasi, sulfidasi serta hot corrosion [1]. Pengembangan paduan untuk komponen temperatur tinggi, seperti untuk sudu turbin (turbine blade) pesawat jet yang beroperasi pada lingkungan oksidatif biasanya mengandung, Cr atau Si dengan konsentrasi yang cukup tinggi agar dapat membentuk lapisan protektif 2O3, Cr2O3 atau SiO2. Di antara ketiga jenis oksida tersebut, kerak oksida yang paling protektif dan stabil pada temperatur diatas 1 C adalah 2O3. Oksida SiO2 dan Cr2O3 cenderung membentuk fasa yang mudah menguap pada suhu lebih dari 1 C secara berurutan dalam lingkungan reduktif dan oksidatif, sehingga kerja mesin menjadi lebih efisien. Pada dekade terakhir, pengembangan paduan untuk aplikasi temperatur tinggi dilakukan dengan membentuk paduan intermetalik. Di antara paduan intermetalik yang dikembangkan adalah paduan intermetalik dengan sistem tanium uminium (-) yang dikenal mempunyai kekuatan dan tahan perayapan pada temperatur tinggi, serta memiliki densitas yang relatif rendah sehingga berpotensi untuk diaplikasikan dalam teknologi 115

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 28: 115 122 pesawat terbang, teknologi antariksa maupun otomotif [2]. Paduan intermetalik dua fasa α2-3/γ- diharapkan mampu dioperasikan pada temperatur tinggi dalam lingkungan oksidatif, karena paduan tersebut dapat membentuk kerak oksida protektif 2O3 yang memiliki laju pertumbuhan oksida yang relatif lambat. Namun demikian pada temperatur di atas ±95 C pada semua selang komposisi γ- paduan intermetalik sistem - akan teroksidasi membentuk kerak oksida O2 yang memiliki laju oksidasi relatif cepat. Oleh sebab itu, agar komponen yang terbuat dari paduan intermetalik dua fasa α2-3/γ- dapat diaplikasikan hingga temperatur diatas ±95 C maka pada permukaan paduan ini perlu diperkaya dengan unsur misalnya dengan membentuk lapisan 3. Lapisan ini diharapkan mampu membentuk kerak oksida protektif 2O3 saat teroksidasi [3]. Pengkayaan pada paduan - dapat dilakukan dengan proses diffusion coating. Proses ini menggunakan sumber pelapis melalui metoda pack cementation yang disebut pack aluminizing, hal ini dapat dipilih untuk meningkatkan kadar pada permukaan paduan dua fasa α2-3/γ- agar sifat mekanik substrat tetap memadai pada temperatur tinggi. Dalam studi ini dipelajari perilaku oksidasi paduan intermetalik dua fasa α2-3/γ- yang telah dilapis akibat oksidasi siklik pada 11 C. Lapisan 3 dibentuk dengan pack aluminizing dengan aktivitas tinggi [6]. Lapisan ini merupakan salah satu lapisan yang dihasilkan dari beberapa jenis pelapis yang dikembangkan dalam studi ini di laboratorium Elektometalurgi dan Korosi, Departemen Teknik Pertambangan ITB. METODE PENELITIAN Substrat yang digunakan dalam penelitian ini adalah paduan intermetalik dua fasa α2-3 / γ- dengan komposisi 42,5 % atom dan 57,5 % atom. Proses pack aluminizing dilakukan pada temperatur dan waktu yang tetap yaitu pada 9 C selama 1 jam. Komposisi pack yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber pelapis sebanyak 2 %, aktivator NH4Cl sebanyak 2 % dan sisanya adalah pengisi inert (inert filler) 2O3. Pembuatan substrat Paduan α2-3/γ- merupakan paduan biner - yang mengandung dua fasa α2-3 dan γ-, yang dihasilkan dari campuran kimia dengan komposisi 42,5% atom and 57,5% atom. Peleburan paduan dilakukan dalam electric arc furnace dengan atmosfir gas argon kemurnian tinggi (atmosphere with high purity argon). Untuk mendapatkan paduan dengan tingkat homogenitas tinggi dan menghilangkan tegangan sisa yang tersimpan dalam paduan hasil peleburan, maka dilakukan proses homogenisasi dengan memanaskan hasil peleburan pada temperature 11 C selama 24 jam dalam tanur tabung horizontal yang dialiri argon. Paduan yang berbentuk lempeng tersebut dipotong-potong, untuk mendapatkan sample dengan ukuran ± 8mm x 5mm x 2mm. Permukaan sample kemudian dihaluskan dan dicuci dengan ultrasonic cleaner. Potongan sample ini kemudian digunakan sebagai substrat untuk proses pack aluminizing. Proses pack aluminizing Pelapisan dilakukan dengan proses pack aluminizing aktivitas tinggi. Pack yang disiapkan merupakan campuran dari uminium, NH4Cl dan 2O3 serbuk. Komposisi pack dicantumkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Pack dalam Proses Pack uminizing Material Fungsi % berat uminium Sumber pelapis 2 NH4Cl Aktivator 2 2O3 Inert filler 78 Serbuk pack yang diperoleh kemudian dihomogenisasi dengan cara mengaduk campuran komposisi pack tersebut hingga homogen dalam kotak atmosfir argon. Serbuk pack yang telah homogen tersebut kemudian dipindahkan ke dalam retort alumina (masih didalam kotak atmosfir argon) kemudian sampel dimasukkan dan retort ditutup dengan semen alumina. Proses pack aluminizing dilakukan dengan cara memanaskan retort yang telah tertutup didalam tanur yang dialiri gas argon pada temperatur 9 C selama 1 jam, dilanjutkan proses pendinginan dalam tanur sampai mencapai temperatur kamar. Selama pemanasan dan pendinginan dalam tanur argon tetap dialirkan sampai temperatur kurang dari 5 C kemudian dilakukan pembongkaran retort untuk mengeluarkan sampel hasil pack aluminizing. Sampel kemudian dibersihkan menggunakan ultrasonic cleaner. Sampel hasil proses pack aluminizing tersebut di-mounting dengan resin kemudian dilakukan pengampelasan dan pemolesan sampai 1 µm sebelum dietsa dengan campuran 1 ml HF, 5 ml HNO3 dan 85 ml air. Observasi struktur mikro dilakukan dengan mikroskop optik dan scanning electron microscope (SEM). Identifikasi fasa diperoleh dengan analisis x-ray diffraction (XRD), sedangkan profil konsentrasi dan diperoleh melalui energy dispersive analysis of x-ray (EDAX) yang terdapat pada SEM. Pengukuran ketebalan lapisan coating dilakukan dengan menggunakan 116

Saputra, Degradasi Lapisan uminida pada Paduan Intermetalik alat mikroskop optik yang terdapat pada microhardness tester. Pengujian oksidasi siklik Pengujian oksidasi siklik dilakukan untuk mengetahui ketahanan sampel hasil proses pack aluminizing pada temperatur 11 C dengan siklus 1 jam pemanasan didalam tungku dan 3 menit pendinginan udara. Pada pengujian ini digunakan dengan menggunakan tanur tabung vertikal, yang dialirkan udara dengan tekanan 1 atm secara natural. Sampel hasil oksidasi setiap siklus ditimbang untuk mengetahui perubahan setelah oksidasi. Identifikasi fasa/senyawa yang terbentuk di permukaan hasil oksidasi siklik dilakukan dengan XRD. Observasi struktur mikro dilakukan dengan mikroskop optik dan SEM yang sebelumnya dilakukan pengampelasan dan pemolesan sampai 1 µm sebelum dietsa dengan campuran 1 ml HF, 5 ml HNO3 dan 85 ml air. Profil konsentrasi dari permukaan coating hingga substrat diperoleh dari EDAX pada SEM. Substrat HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 memperlihatkan struktur mikro hasil paduan dengan komposisi 57,5 % atom + 42,5 % atom yang dihasilkan setelah proses homogenisasi pada temperatur 11 C selama 24 jam dalam lingkungan inert (gas argon). Terlihat bahwa struktur terdiri dari platelike α2-3 (terang) dan γ- (gelap). Pada Gambar 2 diperlihatkan pola difraksi hasil XRD pada subsrat, dimana puncak dari pola difrakasi dimiliki oleh pola α2 dan γ yang mengindikasikan bahwa substrat merupakan paduan intermetalik yang terdiri dari dua fasa yaitu α2-3 + γ-. γ- Counts 35 3 25 2 15 1 5 α 2 α 2 γ γ α 2 = 3 γ = γ α 2 γ α 2 α 2 α 2 α 2 γ γ α 2 γ γ 2 3 4 5 6 7[ 2 θ ] 8 Gambar 2. Hasil XRD pada Subsrat Paduan - 42,5 Pelapisan (Coating) Pada proses pack aluminizing dengan komposisi pack (Tabel 1) pada temperatur 9 C selama 1 jam diperoleh perubahan berat sampel dan ketebalan lapisan coating yang terbentuk, yaitu : berat yang mengendap sebesar 12,2 mg, berat yang mengendap persatuan luas sebesar 8,47 mg/cm 2 dan tebal coating yang terbentuk sebesar 48,66 µm. Pada Gambar 3 ditunjukkan struktur mikro lapisan hasil proses pack aluminizing. Terlihat bahwa coating yang terbentuk adalah satu lapisan yaitu lapisan 3 dengan tebal 48,66 µm. Garis tipis yang membatasi lapisan yang terbentuk dengan substrat merupakan zona interdifusi pada antarmuka lapisan dengan substrat. Profil konsentrasi unsur dan sebagai fungsi kedalaman dari permukaan ke substrat hasil analisis EDAX untuk lapisan yang terbentuk diperlihatkan pada Gambar 4. coating substrat resin α 2 γ γ zona interdifusi Gambar 3. Struktur Mikro Coating pada Substrat Paduan 42,5 Hasil Pack uminizing pada Temperatur 9 C Selama 1 Jam α 2-3 Gambar 1. Struktur Mikro Substrat Paduan - 42,5 Identifikasi fasa-fasa yang terbentuk pada sampel yang telah dicoating menggunakan XRD seperti ditunjukkan pada Gambar 5, memperlihatkan pola difraksi yang dimiliki oleh senyawa 3. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis EDAX yang ditunjukkan pada Gambar 4 dimana diperoleh 117

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 28: 115 122 gradien konsentrasi disepanjang lapisan coating dengan komposisi 72 75 % atom yang mengindikasikan bahwa lapisan coating tersebut merupakan senyawa 3. Senyawa 3 terbentuk apabila peningkatan kandungan yang terdeposisi pada permukaan substrat dan berakumulasi (berdifusi kedalam antarmuka substrat ruah pack) hingga konsentrasinya dapat mencapai konsentrasi dalam 3. ke 18 sampai ke 2 telah berlangsung pertumbuhan oksida O2 yang dominan. Photo struktur makro dan mikro permukaan sampel hasil oksidasi siklik pada siklus ke 2, 5, 8 dan 2 ditunjukkan pada Gambar 7, 8, 9 dan 1. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan 4 sampel yang dimasukkan secara bersamaan ke dalam tanur tabung. 6 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 coating X (µm) substrat zona interdifusi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 X (m) Gambar 4. Profil Konsentrasi Lapisan uminida pada Substrat Paduan 42,5 Hasil Pack uminizing pada Temperatur 9 C Selama 1 Jam Counts 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 [ 2 θ ] 8 = 3 Wg (mg/cm^2) 4 2-2 -4-6 -8-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Waktu (siklus) Gambar 6. Hubungan Perubahan Berat Persatuan Luas terhadap Waktu (siklus) Hasil Oksidasi Siklik pada Temperatur 11 C (a) Struktur Makro Siklus ke 2 Gambar 5. Hasil XRD pada Substrat Paduan 42,5 Hasil Pack uminizing pada Temperatur 9 C Selama 1 Jam Oksidasi siklik Pengujian oksidasi pada temperatur 11 C dengan metoda siklik dilakukan terhadap sampel substrat yang telah dicoating. Dari hasil penimbangan berat sampel selama oksidasi, sebelum dan sesudah pemanasan diperoleh nilai perubahan berat yang secara grafis diperlihatkan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 diperlihat bahwa ada tiga bagian yang dapat dibedakan yaitu sampai siklus ke 8 oksida yang dominan terbentuk adalah 2O3, selanjutnya mulai siklus ke 8 sampai ke 17 terjadi pengelupasan oksida kerak 2O3, sedangkan siklus (b) Struktur Makro Gambar 7. Permukaan Sampel Hasil Oksidasi Secara Siklik pada Siklus Ke 2 118

Saputra, Degradasi Lapisan uminida pada Paduan Intermetalik Siklus ke 5 Siklus ke 2 (a) Struktur Makro (a) Struktur Makro (b) Struktur Mikro Gambar 8. Permukaan Sampel Hasil Oksidasi Secara Siklik pada Siklus ke 5 Siklus ke 8 (b) Struktur Mikro Gambar 1. Permukaan Sampel Hasil Oksidasi Secara Siklik pada Siklus ke 2 Gambar 11 memperlihatkan salah satu contoh struktur oksida pada sampel hasil oksidasi siklik pada siklus ke 2 dimana oksida yang terbentuk adalah rutile (O2) dan corundum (2O3). (a) Struktur Makro O 2 2 O 3 Gambar 11. Struktur Oksida O2 dan 2O3 (b) Struktur Mikro Gambar 9. Permukaan Sampel Hasil Oksidasi Secara Siklik pada Siklus ke 8 Dari Gambar 7, 8, 9, dan 1 secara keseluruhan dapat dibandingkan pada setiap sampel dengan siklus yang berbeda terlihat pembentukan oksida yang semakin tebal dengan semakin tingginya siklus. Komposisi oksida hasil spot area analysis EDAX dari beberapa siklus ditunjukkan pada Tabel 2. 119

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 28: 115 122 Tabel 2. Komposisi Oksida pada Permukaan Sampel dari Beberapa Siklus Siklus % Oksida Ke 2O3 O2 2 68,94 31,6 5 6,31 39,69 8 46,55 53,45 2 13,8 86,92 Proses oksidasi siklik menyebabkan sampel mengalami siklus termal yang akan mengakibatkan terjadinya retakan (cracking) dan pengelupasan (spalling) kerak oksida. Pembentukan kerak oksida protektif 2O3 akan terus berlanjut hingga kemampuan coating untuk memasok ke permukaan sampel menurun sampai batas kelarutan minimum untuk membentuk kerak 2O3 protektif. Pada saat coating tidak mampu membentuk kerak oksida 2O3 yang dominan, maka coating dianggap sudah terdegradasi. Pada Gambar 6 diperlihatkan sampel stabil (tanpa terjadi penurunan berat) sampai siklus ke 8 karena masih tingginya kadar didalam coating (>5%) sehingga pasokan ke permukaan masih cukup untuk membentuk kerak 2O3 protektif. Pada siklus selanjutnya mengalami oxide scale breakdown dan penurunan berat secara fluktuatif yang disebabkan terjadinya pengelupasan dan penebalan kerak oksida sampai siklus ke 17. Mulai siklus ke 18 terjadi peningkatan berat sampel yang diakibatkan penebalan kerak oksida, tetapi oksida yang terbentuk adalah oksida O2 yang tidak protektif karena kadar didalam coating sudah berkurang. Pembentukan oksida hasil analisis EDAX pada Tabel 2, secara grafis diperlihatkan pada Gambar 12. % Oksida 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = 3.118x + 25.639 R 2 =.9932 y = -3.118x + 74.361 R 2 =.9932 2O3 O2 Linear (O2) Linear (2O3) 5 1 15 2 25 Siklus Gambar 12. Hubungan % Oksida pada Permukaan Sampel Terhadap Waktu (siklus) Hasil Oksidasi Siklik pada Temperatur 11 C sampai siklus ke 8 masih terdapat lapisan coating (lapisan atas) yang mengindikasikan bahwa di dalam coating masih mampu membentuk kerak oksida protektif 2O3. Sedangkan pada siklus ke 2 tidak lagi terlihat adanya lapisan coating, yang mengindikasikan kandungan yang ada tidak memenuhi batas kadar minimum untuk pembentukan kerak oksida protektif 2O3. Profil konsentasi hasil EDAX mendukung pernyataan yang memperlihatkan terjadinya penurunan unsur dengan bertambahnya jarak (kedalaman). 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 (a) Struktur Mikro 1 2 3 4 5 6 Jarak ( m) (b) Profil Konsentrasi dan Gambar 13. Penampang Sampel Dilapis Setelah Oksidasi Siklik pada Siklus ke 2 1 3 4 2 1 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 13, 14, 15 dan 16 memperlihatkan struktur mikro dan profil konsentasi unsur dan hasil SEM & EDAX sepanjang penampang melintang dari permukaan ke substrat pada sampel yang dilapis (coating) hasil oksidasi pada temperature 11 C dengan berbagai waktu (siklus) secara berurutan pada siklus 2, 5, 8 dan 2. Terlihat bahwa (a) 5 6 (a) Struktur Mikro 7 12

Saputra, Degradasi Lapisan uminida pada Paduan Intermetalik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 3 4 1 2 Jarak ( m) 5 (b) Profil Konsentrasi dan Gambar 14. Penampang Sampel Dilapis Setelah Oksidasi Siklik pada Siklus ke 5 12 1 8 (a) Struktur Mikro 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 5 7 6 (a) Struktur Mukro 1 2 3 4 5 6 7 8 Jarak ( m) (b) Profil Konsentrasi dan Gambar 15. penampang Sampel Dilapis Setelah Oksidasi Siklik pada Siklus ke 8 4 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 Jarak ( m) (b) Profil Konsentrasi dan Gambar 16. Penampang Sampel Dilapis Setelah Oksidasi Siklik pada Siklus ke 2 KESIMPULAN Dari hasil percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa coating yang terbentuk hasil pack aluminizing terdiri dari lapisan 3 dengan ketebalan 48,66 µm dan lapisan tipis 2,45 µm 2. Hal ini mengindikasikan bahwa koefisien interdifusi 3 jauh lebih besar dari koefisien interdifusi 2. Kerak oksida yang terbentuk pada sampel yang telah dilapisi (coating) saat oksidasi siklik pada temperatur 11 C adalah 2O3 dan O2. Kerak oksida protektif 2O3 stabil terbentuk sampai siklus ke 8, setelah siklus ke 8 sampel mengalami pengelupasan kerak oksida protektif 2O3 yang ditandai dengan penurunan berat. Pembentukan dan pertumbuhan oksida O2 semakin cepat dengan bertambahnya siklus pada temperatur 11 C. 121

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 28: 115 122 DAFTAR PUSTAKA 1. Van de Voorde, M.H., Protective Coating for Material in High Temperature Technology, dalam Surface Engineering, Surface Modification of Materials, editor R. Kossowsky dan Subhash C.S., Nijkoff Publisher, Boston, 1984. 2. Polmear, I.J., Recent Development in Light loys, Material Transaction, JIM Vol. 37, 1996. 3. Munro, T.C., The Deposition of uminide and Silicide Coatings on γ- Using The Halide Activated Pack Cementation Method, B.Sc. Thesis, School of Materials Science and Engineering UNSW, 1995. 4. Grisaffe, S.J., Coating and Protection, dalam The Superalloys, John Wiley and Sons Inc., 1972. 5. Mevrel, M., Duret, C. and Pichoir, R., Pack Cementation Process, The Institute of Metal, Chatillon, France, 1996. 6. Brady, M.P., et al, The Oxidation and Protection of Gamma tanium uminides, JOM, November 1996. 122