BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible,
|
|
- Ari Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tugas Akhir 1 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1. Hasil Pengujian Pengujian Magnetic Testing Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Wet visible dan wet fluorescent sesuai gambar foto di bawah bahwa terjadi keretakan pada root blade yang merupakan salah satu bagian rawan patah. Gambar 4.1 Isometri Spesimen dengan metode Dry Visible (a) dan Wet Fluorescent (b) [7].
2 Tugas Akhir Pengujian Penetrant Testing Liquid penetrant menggunakan cairan developer diterapkan dengan menyemprotkan aerosol ke bagian benda secara menyeluruh, dikeringkan dan didinginkan. Sebuah lapisan tipis bahkan harus diterapkan. Lapisan berwarna putih tapi masih sedikit transparan saat melakukan inspeksi penetran terlihat bewarna, dan bahkan lebih tipis saat melakukan inspeksi penetran neon (Fluorescent). Gambar 4.2. Isometri specimen dengan metode Dye penetrant [7] Dari hasil pengujian di dapat cacat (keretakan) yang panjangnya dapat diukur dengan menggunakan penggaris secara visual seperti tampak pada gambar 4.3 di bawah. Gambar 4.3. Crack pada specimen Uji [7] Cacat tersebut dapat terlihat setelah dilakukan pengujian tanpa merusak benda tersebut dengan tiga metode yaitu, dry visible, wet visible dan wet fluorescent. Dari ketiga metode tersebut, wet fluorescent adalah metode yang
3 Tugas Akhir 3 paling baik dari metode-metode lainnya karena cacat dapat terlihat jelas dengan bantuan sinar black light dan juga dapat memperjelas bentuk retakan atau cacat yang ada pada benda yang diujikan. Wet fluorescent misalnya, metode ini sangat tidak diperkenankan mempermainkan sinar black light karena apabila terkena mata akan merusak struktur jaringan pada mata sehingga penglihatan menjadi terganggu. Adapun panjang dan kedalaman dari cacat (retak) yang dapat diketahui dari hasil pengujian pada tiap-tiap metode seperti dalam table 4.1. yaitu sebagai berikut: No Blade Tabel 4.1 data-data keretakan pada Blade Turbine Penetrant Testing (A) Pengujian Panjang Retak (cm) Magnetic Particle (B) Selisih Ukuran Panjang Retak (B-A) (%) Dari tabel diatas diketahui selisih ukuran panjang retak dari metode Magnetic Particle Testing dan Liquid Penetrant Testing adalah : 1. Selisih minimum : 0 2. Selisih maximum :1
4 Tugas Akhir 4 Grafik. 4.1 Perbandingan panjang retak Perbandingan panjang retak antara metode Magnetic Testing dan Penetrant Testing Blade 1 Blade 2 Blade 3 Blade 4 Blade 5 Penetrant Testing 12,4 9,5 8,6 7,8 8,4 Magnetic testing 12,6 9,9 8,9 8,8 8,5 Grafik. 4.2 Perbandingan panjang retak Perbandingan panjang retak antara metode Magnetic Testing dan Penetrant Testing Berdasarkan hasil analisa pengujian yang dilakukan menggunakan metode NDT (Nondestructive testing) dengan menggunakan 2 (dua) metode yaitu : 1. Metode Magnetic Particle Testing. 2. Metode Liquid Penetran Testing. Blade 6 Blade 7 Blade 8 Blade 9 Blade 10 Penetrant testing 9,2 6,5 12,5 8,9 13,5 Magnetic testing 9,4 6,8 13,4 8,9 13,7 Dari keseluruhan Blade pada Turbine uap model single extraction condensing dengan kapasitas Range Output 20Mw putaran 3600 rpm yang
5 Tugas Akhir 5 dilakukan pengujian didapatkan 10 Blade yang mengalami keretakan dengan panjang retak yang berbeda pada masing-masing Blade yaitu : Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 12.4 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 12.6 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.2 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 9.5 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 9.9 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.4 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 8.6 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 8.9 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.3 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 7.8 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 8.8 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 1 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 8.4 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 8.5 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.1 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 9.2 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 9.4 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.2 cm
6 Tugas Akhir 6 Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 6.5 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 6.8 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.3 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 12.5 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 13.4 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.9 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 8.9 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 8.9 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0 cm Metode Liquid Penetrant Testing panjang retak adalah 13.5 cm Metode Magnetic Particle Testing panjang retak adalah 13.7 cm Dengan selisih ukuran panjang retak adalah 0.2 cm Dari hasil pengujian NDT kemdian dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan beberapa metode di bawah ini Inspeksi Visual Inspeksi visual merupakan pemeriksaan pada permukaan kerusakan yang bertujuan untuk mengetahui penyebab awal terjadinya defect pada blade. Hasil inspeksi menunjukkan daerah yang berbeda pada permukaan blades pada sisi konkaf dan konfeks. Pada gambar 4,4 di daerah sekitar platform kedua sisi blade
7 Tugas Akhir 7 kasar dan menunjukkan warna yang beragam terutama warna kemerahan, kehijauan, dan daerah kecoklatan gelap. Gambar 4.4. Permukaan Blade kasar dan menunjukkan beragam warna [7]. Menurut Khajavi, M.R. and Shariat, M.H., dalam Failure of First Stage Gas Turbine Blades, Engineering Failure Analysis bahwa warna-warni ini adalah oksida besi, 23CrO dan NiO, serta Na dan S. Kehilangan ketebalan dan material (akibat berbagai fenomena) diamati diseluruh blades. Kemudian pengujian menggunakan Dye Penetrant Inspection (DPI) ditemukan bahwa adanya retakan pada kedua sisi lapisan blades. Dari hasil pengujian secara visual pada permukaan defect didapatkan beberapa hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Keretakan berbentuk beach mark (merupakan bentuk dari salah satu retak fatigue) yang di awali pada retak permukaan pada permukaan blade yang terjadi akibat proses elektrokimia secara berkesinambunga 2. Pada permukaan blade ditemukan deposit kerak tipis. 3. Pada permukaan blade ditemukan beberapa retak pada permukaan.
8 Tugas Akhir 8 4. Tidak terjadi deformasi plastic pada blade. 5. Turbin beroperasi hingga suhu 540 C, bila pada komponen blade terdapat cacat permukaan maka pada titik-titik ini akan terjadi tegangan berlebih jika dibandingkan dengan lokasi yang lain. Pada kasus blade ini, cacat pada permukaan merupakan titik konsentrasi tegangan di mana kegagalan fatigue diawali pada titik ini Analisa Kimia Pada pengujian ini zat kimia yang digunakan untuk pengetesan tergantung dari jenis material logam blade (specimen) Komposisi kimia pada material dianalisa menggunakan Energy Dispersive Spectrometry (EDS), bertujuan untuk mengetahui apakah material tersebut telah sesuai standar atau tidak. Hasil dari pengujian EDS ditampilkan pada Tabel berikut : Tabel 4.2 Komposisi kimia dari turbine blades [7] Unsur Cr Co Ti Al Fe Mo W Ta Si Ni % Balanced Dari hasil analisa komposisi kimia material blade yang digunakan dapat diketahui bahwa material yang digunakan telah sesuai dengan spesifikasi standart yang diijinkan. Artinya bahwa kerusakan blade bukan disebabkan oleh jenis komposisi material yang digunakan Analisa Metallographic Prosesnya diawali dengan polishing bagian permukaan blade (specimen) yang akan dilakukan pengetesan dengan tujuan untuk mendapatkan permukaan yang seperti cermin (polish mirror).
9 Tugas Akhir 9 Pengujian metallography dilakukan menggunakan mikroskop metalurgi yang memiliki perbesaran 5X - 200X dimana pengambilan gambar dapat dilakukan secara digital menggunakan komputer. Dari Gambar 4.8. menunjukkan bahwa coarsening dari endapan batas butir pada bagian atas blade tahap kedua yang terekspose ketika operasi karena creeping degradation yang diamati dengan mikroskop optik. Gambar 4.5. Coarsened Presipitat batas butir (200x) [7] Gambar 4.6 menunjukkan presipitasi karbida di batas butir yang direpresentasikan dalam pembentukan film kontinyu (termasuk 39,8 persen Cr) dan partikel terdispersi (termasuk 9,6 persen Ti) dari karbida. Presipitat karbida menghasilkan penurunan keuletan dan ketangguhan paduan. Gambar 4.6 Continuous Film dari presipitat Karbida [7] Dari hasil pemeriksaan metallographic pada daerah crack diperoleh: 1. Pada daerah permukaan menunjukkan struktur dengan retak intergranular pada permukaan hingga subsurface.
10 Tugas Akhir Ditemukan presipitat pada batas dan dalam butir dalam mikrostruktur. 3. Ditemukan retak makro masih pada permukaan hingga sub surface Crack Evaluation Terdapat retak dalam jumlah yang besar pada bagian blade yang berbeda karena operasi pada temperatur tinggi dan tegangan dalam waktu yang lama. Sejumlah retak ditunjukkan pada gambar 4.7 (1-4). Gambar 4.7. mikroskopik crack Blade [7] Gambar 4.7 (1) menunjukkan adanya intergranular crack pada permukaan patahan. Tampilan permukaan patahan pada gambar 4.7 (2) membentuk dimple. Adanya dimple dapat dihubungkan dengan microcavities, yang terkait dengan dekohesi intergranular dari karbida. Microcavities ini menjadi asal mekanisme kegagalan creep. Gambar 4.7 (3) menunjukkan retak intergranular pada lapisan blade tahap pertama. Gambar 4.7 (4) menunjukkan beberapa retak intergranular yang berada pada bagian melintang pada permukaan blade. Inisiasi retak lapisan terjadi karena mekanisme thermal fatigue, hasil dari high thermal transient loads dan inisiasi retak batas butir serta propagasi pada substrat oleh mekanisme creep. Hasil lain dari mekanisme kegagalan creep, didapatkan grain detachment pada blade tahap kedua seperti pada gambar 4.7 (5). Pada gambar 4.7 (5) ini, terdapat beberapa macrocracks pada grain boundaries.
11 Tugas Akhir 11 Salah satu deformasi penting pada logam yaitu proses yang dikenal sebagai twinning. Twins diproduksi dari deformasi mekanis atau hasil annealing yang diikuti dengan deformasi plastis. Pada kasus ini, banyak annealing twins (Gambar 4.7 (6)) ditemukan di bagian-bagian yang berbeda Analisa Analisa kegagalan turbin uap dengan blades tahap pertama dan kedua dibuat dari paduan Ni-base telah dilakukan. Hasil pengamatan langsung, ditunjukkan bahwa permukaan blade terdapan oksida besi, oksida nikel, Na, dan S. hasil investigasi mikrostruktur terdapat penyebaran karbida dan coarsened presipitat y sebagai hasil dari paparan temperatur tinggi. Hasil SEM menunjukkan banyaknya retak pada blade akibat operasi temperatur tinggi dan tegangan dalam waktu yang lama. Adanya microcavities pada permukaan patahan menunjukkan asal usul mekanisme kegagalan creep. Temperatur tinggi juga menghasilkan annealing twins pada blade turbin ini. Akhirnya, kegagalan pada rotor blade diketahui sebagai akibat dari panjang blade dan kontak antara tepi blade dan casing sebagai akibat dari creep. Beberapa hal yang dapat diperoleh dari pengujian-pengujian di atas antara lain: 1. Hasil pengamatan secara visual, terdapat adanya deposit oksida besi, nikel, Na dan S. 2. Hasil uji komposisi kimia, paduan memiliki komposisi sesuai dengan literatur. 3. Hasil investigasi mikrostruktur, terdapat penyebaran karbida dan coarsened presipitat y akibat terekspos temperatur tinggi. 4. Dari pengamatan visual pada permukaan patahan, menunjukkan 2 tipe permukaan patahan yaitu flat shiny (berbentuk rata mengkilap) yang merupakan tanda tanda dari patah getas dan dark fibrous ( gelap berserabut) yang merupakan tanda tanda dari patah ulet. Selain itu juga tampak lapisan coating yang terkelupas pada bagian leading edge dan pada bagian tengah airfoil
12 Tugas Akhir Retakan berasal dari dinding rongga pendingin bagian dalam 6. Mekanisme kegagalan coating TBC yang terjadi pada sudut turbin ini diakibatkan karena beberapa faktor, diantaranya: Ketidakcocokan sifat termofisik Thermal pressure pada top coat Chemical degradation pada lapisan top coat Oksidasi pada lapisan bond coat 7. Retakan terjadi pada lapisan akibat proses degradasi, yang dikarenakan: Hilangnya sistem proteksi pada lapisan karena pengaruh oksidasi dan korosi temperatur tinggi, hal ini diakibatkan terkonsumsinya unsur Al dari system lapisan, yang dibutuhkan untuk membentuk lapisan film pelindung Al 2 O 3 pada permukaan Adanya reaksi interdifusi coating - substrat, yang diakibatkan berdifusinya unsur unsur yang berada pada substrat menuju ke coating (Jones, 1989). 8. Untuk pengamatan pada struktur mikro, pada batas butir ditemukan adanya lapisan film dari karbida dengan ketebalan μm. 9. Ditemukannya void pada batas butir menyebabkan timbulnya perbedaan konsentrasi tegangan pada material 10. Hasil identifikasi komposisi kimia, menunjukkan sudu turbin ini sudah memenuhi ASTM Standard. 11. Apabila retakan sudah menembus ke dalam base metal, maka dapat disimpulkan bahwa umur dari sudu turbin tersebut sudah habis sehingga tidak memungkinkan bila dilakukan proses peremajaan ataupun perawatan (recoating, heat treatment). Jalan satu satunya adalah dengan mengganti sudu turbin dengan yang baru 12. Apabila retakan sudah mencapai base metal, maka diharapkan untuk segera mengganti sudu turbin tersebut. Jika tidak, maka kerusakan yang lebih besar akan terjadi akibat patahan sudut turbine akan menghantam sudu turbin yang lain dan bisa mengakibatkan turbin rusak. 13. Untuk meningkatkan umur dari sudu turbin, maka sebisa mungkin sistem
13 Tugas Akhir 13 proteksi berupa lapisan harus ditingkatkan kualitasnya untuk mengurangi efek dari gradient termal antara bagian luar dan dalam sudut turbin
Analisa Kegagalan Sudu Turbin Bertekanan Tinggi Tingkat Pertama pada Pesawat Boeing Oleh : Reza Jaya Wardhana ( )
Analisa Kegagalan Sudu Turbin Bertekanan Tinggi Tingkat Pertama pada Pesawat Boeing 747-400 Oleh : Reza Jaya Wardhana (2706 100 045) Dosen Pembimbing : Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc Hariyati Purwaningsih,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
3.1.Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 35 Tugas Akhir 2 1.2 Bahan dan Alat Berikut ini adalah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r
T u g a s A k h i r BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian NDT (Non destructive Testing) adalah pengujian yang sering dilakukan untuk pengujian kualitas suatu produk. Kualitas produk merupakan
Lebih terperinciPengujian Tak Merusak Penetrant Testing
Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,
Lebih terperinciBAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL
BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron
BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray
Lebih terperinciANALISA KERUSAKAN SUDU TURBIN GAS MATERIAL UDIMET 500 KAPASITAS 50 MW
ANALISA KERUSAKAN SUDU TURBIN GAS MATERIAL UDIMET 500 KAPASITAS 50 MW Tarmizi Balai Besar Logam dan Mesin Bandung Abstrak Penelitian Kerusakan pada Sudu Turbin Gas Kapasitas 50 MW yang dibuat dari material
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut
Lebih terperinciANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH
ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH Sumidi, Helmy Purwanto 1, S.M. Bondan Respati 2 Program StudiTeknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan material yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi merupakan salah satu topik menarik yang terus dikaji oleh peneliti. Contoh aplikasi penggunaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan
Lebih terperinciKarakterisasi Material Sprocket
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Pengamatan Metalografi 4.1.1 Pengamatan Struktur Makro Pengujian ini untuk melihat secara keseluruhan objek yang akan dimetalografi, agar diketahui kondisi benda uji sebelum
Lebih terperinciAvailable online at Website
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh PWHT dan Preheat pada Kualitas Pengelasan Dissimilar Metal antara Baja Karbon (A-106) dan Baja Sri Nugroho, Wiko Sudiarso*
Lebih terperinci08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy
MATERI KE - III Pengujian tidak merusak (NDT) Pengujian Visual Las Pengujian Dye Penetrant penyusun: Heri Wibowo, MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2011 1 PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Fakultas
Lebih terperinciPerpatahan Rapuh Keramik (1)
#6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGAMATAN VISUAL Pengamatan visual dilakukan terhadap sampel sebelum dilakukan proses anodisasi dan setelah proses anodisasi. Untuk sampel yang telah mengalami proses anodisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI LARUTAN TERHADAP KANDUNGAN Mo DALAM LAPISAN PADUAN Ni-Mo SECARA ELEKTROPLATING
PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN TERHADAP KANDUNGAN Mo DALAM LAPISAN PADUAN Ni-Mo SECARA ELEKTROPLATING Sri Mulyaningsih dan Budi Priyono Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI E-mail : srim006@lipi.go.id Intisari
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.
III. PENGUJIAN TANPA MERUSAK (N D T) 1. Pengertian NDT NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak,
Lebih terperinciLokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1
KEBOCORAN TUBE BOILER Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 Lokasi kebocoran tube reheater Row 16 Pipa no.7 SUMBER BOCORAN 2 Hasil Pemeriksaan TUBE R17 b8 Tube R.17 B-8 mengalami
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201
PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan
Lebih terperinciPELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI
0032: Kemas A. Zaini Thosin dkk. MT-1 PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI Kemas A. Zaini Thosin 1,, Eni Sugarti 1,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN PENELITIAN Baja karbon rendah lembaran berlapis seng berstandar AISI 1010 dengan sertifikat pabrik (mill certificate) di Lampiran 1. 17 Gambar 3.1. Baja lembaran SPCC
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengujian anodizing pada aluminium seri 1xxx, maka diperoleh data-data pengujian yang kemudian dijabarkan melalui beberapa sub-sub pembahasan dari masing-masing
Lebih terperinci2. Menghindari kegagalan/kerusakan yang sama dimasa yang akan datang dengan melakukan langkah-langkah penanggulangan
Failure Analysis Analisis kegagalan adalah langkah-langkah pemeriksaan kegagalan atau kerusakan pada suatu komponen yang mencakup situasi dan kondisi kegagalan atau kerusakan tersebut, sehingga dapat ditentukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tersusun dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsur-unsur tersebut
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciBAB IV DATA HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1. PENGAMATAN VISUAL bab ini. Data hasil proses anodisasi dengan variabel pada penelitian ini terurai pada Gambar 4.1. Foto permukaan sampel sebelum dianodisasi (a) (b) (c)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 FENOMENA FADING PADA KOMPOSISI PADUAN AC4B Pengujian komposisi dilakukan pada paduan AC4B tanpa penambahan Ti, dengan penambahan Ti di awal, dan dengan penambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh sebab
Lebih terperinciMahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.
Penetrant Test NAMA : Mulyadi Rahayu NIM : 101211086 KET : link download( http://arekteknik.com/penetrant-test.html) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive
Lebih terperinciKELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ
KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ LAPORAN NON DESTRUCTIF TEST DAFTAR ISI Halaman COVER JUDUL... 1 ABSTRAK... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I DASAR TEORI... 4 1.1 Pengertian NDT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era industrialisasi pada saat sekarang ini, bidang pengecoran sangat penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan di bidang industri
Lebih terperinciAnalisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban
F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,
Lebih terperinciGambar 1.1 Konstruksi Boiler
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Boiler adalah suatu alat yang berfungsi memanaskan air, dimana panas dari pembakaran bahan bakar disalurkan untuk memanaskan air sehingga terjadi perubahan air menjadi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Karakterisasi Awal Uji Tarik Uji Kekerasan Insitu Metalografi Uji Tak Merusak Metoda Finite Elemen Kondisi Sampel PENGKAJIAN UMUR SISA UJI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciRISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.
RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul
Lebih terperinciANALISA FRACTOGRPHY. PADA PATAHAN IZ-118 #03 PT. Indospring Tbk. Gersik, Jawa Timur, Indonesia. Dr. Eng. Anindito P.
ANALISA FRACTOGRPHY PADA PATAHAN IZ-118 #03 PT. Indospring Tbk. Gersik, Jawa Timur, Indonesia Dr. Eng. Anindito P. NOVEMBER 2014 1 A. Temuan Pada saat proses setting (pada tgl, jam, dll.,), IZ-118 #03
Lebih terperinciAnalisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang
Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Tio Gefien Imami Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciNon-Destuctive Test (NDT) & Interpretasi Foto Scanning Electron Microscope (SEM)
Non-Destuctive Test (NDT) & Interpretasi Foto Scanning Electron Microscope (SEM) Irfan Fadhilah Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat fisis, sifat mekanik dan sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip Galvanizing. Sifat fisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bukit Asam adalah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia yang bertempat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. PT. Bukit Asam menggunakan pembangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plunger tip adalah salah satu rangkaian komponen penting pada mesin high pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan
Lebih terperinciMECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2
#5 MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 Perpatahan Rapuh Keramik Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan untuk 4 metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why??
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi Tinggi Masalah Pompa 107-J Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Shaft Patah Why?? Failure Analysis Perumusan Masalah 1. Mengetahui faktor faktor yang
Lebih terperinciBESI COR. 4.1 Struktur besi cor
BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY
ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY Disusun oleh : Dyan Ratna Mayangsari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Celup panas (Hot Dipping) Pelapisan hot dipping adalah pelapisan logam dengan cara mencelupkan pada sebuah material yang terlebih dahulu dilebur dari bentuk padat menjadi
Lebih terperinciAnalisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun
Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pengerasan permukaan merupakan suatu proses untuk meningkatkan sifat kekerasan serta kinerja dari suatu komponen atau material. Kerusakan suatu material biasanya
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciAsyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta
Perbedaannya pada spesimen diletakan. Pada uji impak yang diukur adalah energi impak dan disebut juga ketangguhan takik ( notch toughness ). Bahan yang diuji diberi takik, kemudian dipukul sampai patah
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon
Lebih terperinciSIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT
SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING Hendry Wicaksana S 1, Santoso Mulyadi 2, Ahmad Syuhri 2 1 Alumni Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember, Jl.
Lebih terperinciVARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK
VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode FSW ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan FSW adalah penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. ANALISA KOMPOSISI KIMIA ALUMINIUM AC4B DENGAN PENAMBAHAN 0.019 wt % Ti DAN 0.029 wt %Ti Pengambilan data uji komposisi ini dilakukan dengan alat spektrometer
Lebih terperinciPengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication
Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciMETODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian
METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA
TUGAS AKHIR METODE PERBAIKAN PADA SILENCING SKIN DARI EXHAUST CONE PESAWAT AIR BUS 320 DENGAN PENAMBAHAN DOUBLER BERBENTUK PERFORATED DAN SOLID MENGGUNAKAN TEKNIK PENGELASAN GTAW Oleh : Winda Afrilia Rachmadani
Lebih terperinciPresentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381
TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER Oleh : Diego Pramanta Harvianto 2708100020 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.
Lebih terperinciHasil Identifikasi Fractography
Area 1.A Arah Area Perambatan 1.B Retak Pandangan keseluruhan dari Sampel Material No.1, terdapat dua area pengamatan sesuai dengan arah perambatan retak yaitu Area 1.A dan Area 1 B. Perbesaran 500x dan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH WAKTU TAHAN CELUP PROSES ELEKTROPLATING TEMBAGA TERHADAP KETEBALAN PELAPISAN PADA PLAT BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI TAHAN 10,12 DAN 14 DETIK Naskah Publikasi Diajukan untuk
Lebih terperinciPENGKAJIAN KELAYAKAN OPERASI DAN SISA UMUR PAKAI KOMPONEN PLENUM REGENERATOR FLUID CATALYTIC CRACKING SKRIPSI
PENGKAJIAN KELAYAKAN OPERASI DAN SISA UMUR PAKAI KOMPONEN PLENUM REGENERATOR FLUID CATALYTIC CRACKING SKRIPSI Oleh ULIL AMRI NIZHAMUL 04 04 04 069 Y DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-021-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Logam dan Mesin Mekanik Logam dan paduannya Kuat tarik (tensile strength) SNI 07-0408-1989 JIS Z 2241-1998
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan pada material logam implant bisa terjadi dengan beberapa mekanisme, diantaranya kegagalan karena korosi, mekanikal, fatigue, korosi jaringan, over loading,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print
F148 Analisa Kerusakan Superheater Tube Boiler Tipe ASTM A213 Grade T11 pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeremy Adrian, Lukman Noerochim, Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik Material & Metalurgi, Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN ANALISA KOMPOSISI KIMIA 4.1.1 Komposisi Kimia Material AC8H Pengujian komposisi kimia dari material AC8H yang digunakan untuk pembuatan piston dengan
Lebih terperinciPERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI
PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI Meilinda Nurbanasari, Djoko Hadi Prajitno*, dan Hendra Chany, ST Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITENAS Jl. PHH. Mustapa no.23,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Karena alat-alat yang digunakan manusia terbuat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian komposisi kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan mesin spektrum komposisi kimia Optical Emission Spectrometer dan memberikan hasil pembacaan secara
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Arthana(2014), meneliti tentang ketahanan aus lapisan ni-cr pada dinding silinder liner yang juga meneliti melalui proses powder flame spray coating. penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.DIAGRAM ALIR PENLITIAN Persiapan Benda Uji Material Sand Casting Sampel As Cast Perlakuan Quench/ Temper Preheat 550 O C 10 menit Austenisasi 920 O C 40 menit Quenching
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Start
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Secara umum rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Start Studi literatur Jurnal, Text book Persiapan alat dan bahan Pembentukan spesimen
Lebih terperinciKorosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,
Lebih terperinciPengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinci