HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG


jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU AMBARAWA TAHUN 2007

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

DAFTAR PUSTAKA. Anggraeni, D.S. (2011). Stop tuberkulosis. Bogor Publishing House: Bogor. Hal 6 25 Januari 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Sylfia Pernanda Abstrak Latar Belakang : Angka Nasional dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 cakupan Imunisasi BCG telah mencapai target yaitu sebesar 82,5%. Propinsi DIY adalah satu-satunya Propinsi yang cakupannya mencapai 100%. Imunisasi BCG sudah cukup tinggi di DIY ternyata tidak diikuti dengan penurunan insiden tuberkulosis pada anak. Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode Penelitian : survey analitik dengan rancangan case control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Hasil : Kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar tidak diberikan imunisasi BCG. Pemberian imunisasi BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar diberikan imunisasi BCG. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Didukung hasil analisis Chi-Square diperoleh nilai χ 2 sebesar 4,243 dengan p value sebesar 0,039 (p<0,05). Keywords : Imunisasi BCG, TB paru anak Latar Belakang Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita TBC terbanyak, setelah Cina dan India. Diperkirakan terdapat 582.000 kasus baru TBC per tahun di Indonesia, yang hampir separuhnya adalah TBC paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif. (Wahyu,2008). Di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 jumlah pada pasien baru untuk kasus TB paru BTA (+) terbanyak adalah di Kota Yogyakarta dengan jumlah 420 orang, Kabupaten Bantul 229 orang, Kabupaten Sleman sebanyak 245 orang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 166 orang, dan Kabupaten Kulonprogo yaitu 133 orang. ( Dinas Kesehatan Propinsi Yogyakarta, 2010) Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 November 2011 di RSUD Panembahan Senopati Bantul dari 2.112 anak balita yang menjalani pengobatan pada tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan 8 November 2011 didapatkan 354 anak balita yang menderita tuberkulosis paru. Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit TBC yang berat, maka sistem imunitas mereka perlu ditingkatkan melalui vaksin Basil Callmette-Guerin (BCG). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksin ini mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15 tahun. (Wahyu,2008). Pemberian vaksin BCG telah dilakukan sejak tahun 1921, dan selama ini lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan diseluruh dunia. Hingga saat ini, pemberian imunisasi BCG masih menjadi bagian dari strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB, terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia., sehingga BCG termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang wajib diberikan kepada bayi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang kondisi negara kita,

meskipun belum dibuktikan efikasinya secara konsisten, BCG hingga saat ini masih merupakan vaksin yang masih perlu dan aman diberikan.(pp IDAI,2008) Angka Nasional dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 cakupan Imunisasi BCG telah mencapai target yaitu sebesar 82,5%. Propinsi DIY adalah satu-satunya Propinsi yang cakupannya mencapai 100%. Imunisasi BCG sudah cukup tinggi di DIY ternyata tidak diikuti dengan penurunan insiden tuberkulosis pada anak. (BBKBN,2002-2003) Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, masalah penelitiannya adalah Apakah ada hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul? A. Tujuan 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Diketahuinya pemberian imunisasi BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. c. Diketahuinya hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan rancangan case control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. jumlah populasi yaitu 352. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 sebagai kelompok kasus dan 33 kelompok kontrol. a. Kelompok kasus 1) Kriteria inklusi a) Anak balita yang menderita tuberkulosis paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul b) Anak balita yang memiliki KMS 2) Kriteria eksklusi a) Anak balita tidak memiliki KMS b. Kelompok kontrol 1) Kriteria inklusi a) Anak balita yang tidak menderita tuberkulosis paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul b) Anak balita yang memiliki KMS 2) Kriteria eksklusi a) Anak balita tidak memiliki KMS A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2007). Variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu pemberian imunisasi BCG. b. Variabel terikat 2. Definisi Operasional Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2002). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian tuberkulosis paru. Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional 1 Pemberian imunisasi BCG 2 Kejadian tuberkulosis paru Pemberian vaksin BCG yang digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis yang diberikan pada anak yang berusia < 2 bulan yang didapat melalui observasi dengan chek list, dan melihat KMS pada anak balita yang selanjutnya dimasukkan kedalam master tabel, dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi imunisasi BCG dan tidak imunisasi BCG Suatu penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh M. tuberculosis yang terjadi pada anak balita, yang didapatkan dari rekam medis yang selanjutnya dimasukkan kedalam master tabel dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi tuberkulosis paru dan tidak tuberkulosis paru Hasil 1. Deskripsi Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah sebanyak 33 balita yang menderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagai kelompok kasus dan 33 balita yang tidak menderita TB paru kelompok kontrol. Gambaran karakteristik responden penelitian terdiri dari umur dan jenis kelamin. Hasil analisis deskripsi karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Karakteristik TB Paru Tidak TB Paru Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Umur < 2 tahun 12 36,4 15 45,5 2 3 tahun 17 51,5 12 36,4 > 3 tahun 4 12,1 6 18,2 Total 33 100,0 33 100,0 Jenis Kelamin Laki-laki 13 39,4 11 33,3 Perempuan 20 60,6 22 66,7 Total 33 100,0 33 100,0 Sumber: Data sekunder diolah 2012 2. Kejadian Tuberkulosis Paru Data kejadian Tuberkulosis Paru diperoleh dari data sekunder Rekam Medis RSUD

Panembahan Senopati Bantul. Kejadian Tuberkulosis paru dikategorikan menjadi TB paru Tuberkulosis paru dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. dan tidak TB paru. Hasil analisis data kejadian Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anak Balita Berdasarkan TB Paru Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul Kejadian TB Paru Frekuensi Persentase (%) TB paru 33 50,0 Tidak TB paru 33 50,0 Total 66 100,0 Sumber: Data sekunder diolah 2012 3. Pemberian Imunisasi BCG Data pemberian imunisasi BCG diperoleh dari data KMS serta melakukan observasi dengan melihat scar pada lengan balita. Data pemberian dikategorikan menjadi imunisasi dan tidak imunisasi. Distribusi frekuensi data pemberian imunisasi BCG dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. imunisasi BCG dalam analisis univariat Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Anak Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi BCG Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul Imunisasi TB Paru Tidak TB Paru Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Imunisasi 25 75,8 31 93,9 Tidak imunisasi 8 24,2 2 6,1 Total 33 100,0 33 100,0 Sumber: Data primer dan sekunder diolah 2012 Tabel 4.4. Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian TB Paru Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul Imunisasi BCG Kejadian TB paru Tidak TB paru TB paru Total f % f % f % Imunisasi 31 55,4 25 44,6 56 100,0 Tidak imunisasi 2 20,0 8 80,0 10 100,0 Total 33 50,0 33 50,0 66 100,0 Sumber: Data sekunder diolah 2012 Hasil análisis menunjukkan ada χ 2 P C 4,243 0,039 0,246 diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 4,243 dengan p hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dibuktikan dengan hasil analisis Chi-Square value sebesar 0,039 (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa pemberian imunisasi BCG memberikan kontribusi terhadap kejadian TB paru.

Hasil analisis diketahui sebagian besar balita yang diberi imunisasi tidak mengalami TB paru sebesar (55,4%), sedangkan balita yang tidak diberi imunisasi sebagian besar mengalami TB paru sebesar (80%). Dapat dijelaskan bahwa bayi yang tidak diberi imunisasi BCG mempunyai resiko yang lebih tinggi menderita TB paru. Hasil ini dapat diartikan bahwa pemberian imunisasi BCG pada bayi dapat mengurangi risiko kejadian TB paru. Pemberian imunisasi BCG merupakan bentuk tindakan preventif yang dilakukan sejak dini. Imunisasi BCG yang diberikan membuat bayi mempunyai kekebalan terhadap kuman penyebab TB sehingga tidak mudah terinfeksi TB. Didukung dengan Wahyu (2008) disebutkan bahwa vaksin BCG mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi terhadap terinfeksi M. tuberculosis. BCG merupakan jenis vaksin yang dikembangkan dan digunakan diberbagai Negara di dunia sebagai antibodi terhadap M. tuberculosis. BCG juga termasuk dalam program dan strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB, terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa BCG dapat digunakan untuk mencegah TB paru pada anak. Seperti halnya yang dikemukakan oleh PP IDAI (2008) disebutkan bahwa BCG hingga saat ini masih merupakan vaksin yang masih perlu dan aman diberikan sebagai antibodi terhadap TB. Hasil analisis diketahui nilai koefisien kontingensi sebesar 0,246, menunjukkan keeratan hubungan dalam kategori rendah. Artinya hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori rendah. Hasil ini dapat diartikan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan kejadian TB pada balita diantaranya adalah umur, status gizi balita, faktor lingkungan maupun status sosial ekonomi. Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar balita yang menderita TB paru berumur 2-3 tahun sebesar 51,5%. Pada usia ini, anak masih rentan untuk terinfeksi berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang masih belum sempurna. Didukung pernyataan dari PP IDAI (2008) disebutkan snak berusia 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya belum berkembang sempurna (imatur). TB paru juga dapat dipengaruhi oleh status gizi balita. Menurut teori disebutkan anak yang kurang gizi rentang mengalami berbagai penyakit dan infeksi (Wahyu, 2008). Hal ini dapat dijelaskan karena kekurangan gizi pada anak

menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh balita, sehingga mudah terserang penyakit termasuk infeksi TB paru. TB paru juga dapat disebabkan karena adanya faktor lingkungan seperti lingkungan tempat tinggal yang tidak terjaga kebersihannya, Imunisasi BCG sangat penting diberikan kepada bayi. Pemberian imunisasi BCG pada bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi terhadap kuman TB sehingga akan menghindarkan bayi dari infeksi TB. Didukung dengan Wahyu (2008) menyebutkan upaya yang kurangnya pencahayaan, kepadatan, kelembaban dilakukan untuk menghindari penyakit TBC udara dan sirkulasi udara yang tidak memadai dapat menyebabkan rumah menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyakit (Wahyu, 2008). Kondisi ini menyebabkan penghuninya termasuk balita rentan menderita TB paru. Faktor sosial ekonomi secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi TB paru. Hal ini berkaitan dengan kemampuan orang tua untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan gizi pada balita. Selain itu keadaan ekonomi juga mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada bayinya. Semakin rendah kondisi ekonomi maka semakin rendah kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Didukung pendapat Achmadi (2005) menyebutkan kondisi sosial ekonomi tidak berhubungan langsung dengan kejadian TB, tetapi merupakan penyebab langsung terhadap kondisi gizi buruk, perumahan yang tidak sehat dan kemampuan memanfaatkan pelayanan yang berat, maka sistem imunitas mereka perlu ditingkatkan melalui vaksin Basil Callmette- Guerin (BCG). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rohmah (2011) dengan hasil penelitian imunisasi memberi kontribusi terhadap kejadian tuberculosis paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Unit Bantul, dengan nilai p<0,05. Hasil yang sama ditunjukkan dari penelitian Livana (2007) dengan hasil diketahui ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberculosis dengan nilai Rasio Odds (Ψ) dengan interval kepercayaan 95% didapatkan OR :0,489. Didukung dengan pendapat yang menyebutkan bahwa vaksinasi Basil Calmette-Guerin (BCG) dapat meningkatkan sistem imunitas yang menghindarkan bayi dan anak dari penyakit TBC berat, seperti TBC milier dan meningitis TBC. Kesimpulan kesehatan yang menurun.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar tidak diberikan imunisasi BCG 2. Pemberian imunisasi BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar diberikan imunisasi BCG. 3. Ada hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Didukung hasil analisis Chi-Square melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan maupun promosi kesehatan kepada masyarakat. 2. Bagi Mahasiswa FIKES UNRIYO Meningkatkan pengetahuan, wawasan serta informasi tentang hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian dan kajian ilmiah mahasiswa. 3. Bagi Ibu-ibu yang mempunyai anak balita Menyarankan ibu-ibu untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya. diperoleh nilai χ 2 sebesar 4,243 dengan p value sebesar 0,039 (p<0,05). 4. Nilai koefiesien kontingensi sebesar 0,246 menunjukkan keeratan hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru dalam kategori rendah. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul a. Rumah sakit disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan penyakit tuberkulosis pada anak. b. Rumah sakit perlu untuk menggalakkan tindakan preventif penyakit tuberkulosis DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Umar F. (2005). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Buku kompas Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2002-2003). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta Brunner&Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Crofton, John et al. (2002). Tuberkulosis klinis. Edisi 2. Jakarta : Widya Medika Depkes R1. (2001). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Cetakan 6. Jakarta Depkes RI. (2007).Internet. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. www.tbindonesia.or.id/pdf/bpn_2007. 10 November 2011

Depkes RI. (2010). Internet. Profil kesehatan 2010.www.depkes.go.id Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :Salemba Medika Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis analisa data. Jakarta : Salemba medika Hidayat, A. (2003). Riset Keperawtan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba medika International Council of nursing. (2011). Training for Transformation Improving Care for People Affected by Tuberculosis. Switzerland Livana. (2007). Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian TB Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Paru Ambarawa. Diambil pada tanggal.stikes Surya Global Marimba, Hanum. (2010).Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dassar pada Balita. Yogyakarta :Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawtaan. Jakarta: Salemba Medika Pelita Indonesia. (2006). Stop Tuberkulosis. www.pelitaindonesia.org PP IDAI. (2008). Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Cetakan 2 dengan revisi. Jakarta Riwidikdo, Handoko. (2010). Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan spss. Yogyakarta : Pustaka Rihama Rohmah, Isti. (2011). Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Unit Bantul. Skripsi SI Keperawatan UNRIYO. Rusmawati. (2009). Faktor Resiko Kejadian TB Paru di Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Tahun 2008.Skripsi SI Kesehatan Masyarakat UNUD Sastroasmoro,S.,Ismail,S.(2002). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis.Jakarta : Banipura Aksara Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha ilmu Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. (2007). Statistik untuk Bandung : Alfabeta Penelitian. Sujarweni, V.W. (2008). Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi dan Umum. Yogyakarta: Ardana Media. Wahyu, Genis G.. (2008).Panduan Praktis Mencegah dan Menangkal TBC pada Anak. Jakarta: Dian rakyat Wahyuni, Yuyun. (2009). Metodelogi Penelitian Bisnis Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Widyastuti. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Yogyakarta. Skripsi. SI Keperawatan UNRIYO