KUMPULAN TULISAN & KLIPING

dokumen-dokumen yang mirip
BISMILLAH HIROHMAN NIROHMIN

MISS INFORMATION DIDALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK DI MEDIA ADALAH PENGHANCURAN PEREKONOMIAN INDONESIA :

A. KESIMPULAN. Penggunaan instrumen..., Ronny Roy Hutasoit, FH UI, Universitas Indonesia

ILLUSTRASI KASUS A : ( Kejadian berlangsung sejak September 2002 s/d Agustus 2003)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

UU. No.31 tahun 1999 dan REALISASI PELAKSANAANNYA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

BAB V PENUTUP. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dalam Tesis ini dapat

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri perbankan. Salah satu resiko utama dalam industri perbankan adalah

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

DEMI KEADILAN & KEBENARAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

PEJABAT LELANG TERANCAM HUKUMAN 5 TAHUN PENJARA.

PENGERTIAN PERDAMAIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini. faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 101/Pid.B/2014/PN-Sbg

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

HASIL WAWANCARA. Wawancara ke-2 dilakukan pada hari senin tanggal 02 September 2013 jam

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

P U T U S A N NOMOR : 93/PID/2013/PT. BDG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek. Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memerlukan keadaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

PERAN SERTA MASYARAKAT

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

P U T U S A N NOMOR : 26/PID/2015/PT.BDG.

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB II PRAKTEK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PASAR MODAL. Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (financial

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM Tabungan DanaKu Laku Pandai

A. KOMPONEN AKTIVA PRODUKTIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB 1 KAS DAN INVESTASI PADA EFEK TERTENTU

MATERI PERTEMUAN KE 5 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 LIKUIDASI PERSEKUTUAN

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB III HASIL PEMBAHASAN KERJA PRAKTEK. Lelang (KPKNL) yang dimulai sejak tanggal 4 Juli sampai dengan 5 Agustus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

P U T U S A N. Nomor : 708/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk konsumsi, investasi, atau modal usaha. Dalam pemenuhan kebutuhan itu,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

MEDIA RELEASE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Untuk kewenangan kejaksaan di bidang pidana yang menyangkut tentang eksekutor adalah merupakan tindakan dari pihak kejaksaan sebagai eksekutor (pelaks

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menghimpun dana maupun menyalurkan dana kepada masyarakat

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi di Bank ARTA ANUGRAH Lamongan)

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

Transkripsi:

KUMPULAN TULISAN & KLIPING Sumbangsih pemikiran anak bangsa ini, yang prihatin dengan Ulah Lembaga Peradilan didalam melakukan Penegakan Hukum Sehubungan dengan UU No.31 / 1999, UU. No.20/2001, UU.No.25/2002 dan UU No.1/2004

INDIKASI KEJAHATAN Yang dilakukan oleh KREDITUR / BANK kepada DEBITUR / NASABAH

K R E D I T U R Menyatakan terjadi kredit macet pada saat proses kredit Dan usaha debitur masih berjalan, atau pada saat dalam Proses penanganan kredit RESCHEDULING, RECONDITIONING TELAH DIRENCANAKAN OLEH KREDITUR SEJAK AWAL INISIATIF PIHAK LAIN YANG SANGAT BERPENGARUH TERHADAP KREDITUR AKAN MUNCUL MODUS POLA KREDIT MACET DEBITUR adalah sebagai alat dalam perencanaan pihak KREDITUR untuk uk : POLA 1 : 1. Kredit masuk kedalam debitur. 2. Debitur terafiliasi 3. Kredit tetap ada dalam Bank 4. Pemindahan dana keluar bank 5. Proses penghapusan kredit macet oleh bank dalam jangka waktu 5 tahun atau lebih POLA 2 : 1. Kredit masuk kedalam debitur. 2. Terdapat selisih kredit dalam perhitungan 3. Selisih dana sangat pasti bahwa perhitungan kreditur lebih besar drpd perhitungan debitur 4. Selisih dana dalam Bank sangat tidak mungkin, karena Bank mempunyai data sangat lengkap 5. Selisih dana dipindahkan pada rekening khusus ( Escrow Account ) POLA 3 : 1. Kredit masuk kedalam debitur. 2. Terdapat selisih dana dalam artian PERHITUNGAN 3. Kredit bermasalah pihak debitur lain dimasukkan kedalam debitur korban 4. Maka terdapat selisih perhitungan yang pihak Kreditur tidak mau mengadakan rekonsiliasi dengan pihak Debitur korban 5. Terdapat selisih dana dalam artian RIIL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SELISIH DANA DIPINDAHKAN

Dalam kasus seperti diatas, ada beberapa indikasi lain yang dilakukan oleh pihalk Kreditur bersama dengan para penegak hukum yaitu : 1. Melaporkan tindak pidana kepada Aparat Kepolisian ( nampak sekali pihak kreditur aktif melakukan Lobby kepada pada aparat penegak hukum, dari kepolisian s/d putusan pengadilan ) contoh kasus tahun 2003, kreditur melakukan penyuapan kepada pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan agar kasus tersebut dapat dipidanakan, sehingga menyeret beberapa aparat kepolisian masuk penjara karena terlibat penyuapan. Dan yang menyangkut pihak kejaksaan & pengadilan belum dibuka saja, karena terjadi deal-2 untuk saling menyelamatkan institusi. 2. Walaupun telah dilaporkan kepada pihak kepolisian, bahwa telah terjadi tindak pidana, tetapi beberapa Asset yang telah diserahkan karena Debitur melaksanakan Akte Penakuan Hutang, dijual sendiri oleh kreditur dengan alasan melakukan recovery bank atau melakukan negosiasi sendiri apabila yang dijaminkan oleh debitur adalah TAGIHAN PIHUTANG pada pihak ke III 3. Polisi yang seharusnya menyita Asset dari Debitur, karena telah dibuktikan melakukan tindak pidana, tidak segera menyita, malahan bersama kreditur ikut melakukan penjualan Asset tersebut tanpa melibatkan Debitur, sehingga debitur tidak tahu dengan sebenar-benarnya berapa yang telah dijual dan yang telah disetorkan kepada pihak Kreditur ( kalaupun ada penyetoran & dilaporkan, debitur tidak tahu dengan sebenarnya berapa harga jual asset tersebut ), contoh kasus pada tahun 2003, aparat polisi bersama kreditur menjual assets milik debitur, dengan hasil penjualan adalah 5,3 Milyard, disetorkan pada kreditur hanya 1 Milyard, sisanya raib entah kemana. 4. Terjadi tarik menarik dan saling salah menyalahkan, antara pihak kepolisian yang seharusnya berhak menyita, karena telah dilaporkan adanya tindak pidana, tetapi kreditur tidak mau menyerahkan pada aparat polisi, karena mengharapkan melakukan recovery sendiri. 5. Kreditur sangat melindungi institusinya, dengan mengorbankan pejabat rendahan, bahwa pejabat tersebutlah yang telah bersama-sama dengan debitur melakukan tindak pidana ( padahal sistim pada institusi tersebut, sangatlah tidak mungkin apabila pejabat sampai tingkat pusat tidak mengetahui, karena semua transaksi sangat berpengaruh para perdagangan VALAS yang bersifat harian dan menggunakan sistim online ). 6. Kreditur selalu memberikan biaya operasi kepada setiap tindakan para aparat hukum, membelikan lap top, hand phone, meubelair, uang saku dan uang operasionil perjalanan untuk melakukan sita administrasi dan biaya-2 lainnya agar tindak pidana ini tidak melebar dan mengarah kepada tindak pidana yang dilakukan oleh KREDITUR, cukup para debitur & pegawai rendahan kreditur yang dikorbankan.

7. Kreditur rela mengeluarkan uang untuk mengatur media massa cetak & elektronik dalam bentuk pemasangan iklan, sehingga semua pemberitaan menjadi tidak seimbang, ( semua pemberitaan menyudutkan debitor, hanya untuk membentuk opini masyarakat ) 8. Secara aktif melakukan pendekatan kepada institusi penegak hukum, melewati pengacaranya dan memberikan informasi kepada penegak hukum baik tertulis atau lisan yang menguntungkan kreditur 9. Ada kecenderungan penegak hukum ( polisi,jaksa, hakim ) yang menangani kasus ini tidak begitu paham/pandai melihat kasus yang sebenarnya, penegak hukum dan kreditur telah melakukan kolaborasi untuk memidanakan debitur dengan alasan telah terjadi tindak pidana korupsi, karena kalau dikenakan pasal money laundering, penegak hukum yakin, debitur akan bebas ( karena alasan pembuktiannya akan lemah sekali & mudah dipatahkan oleh Debitur ) 10. Ada kecenderungan kreditur mempengaruhi proses persidangan, bahkan daftar penyitaan assets yang dilakukan oleh hakim, bukan dari alat-alat bukti yang diajukan dalam persidangan yang terlebih dahulu telah disita oleh polisi, tetapi daftar asset yang diajukan oleh kreditur pada saat menjadi saksi dalam persidangan, dimana daftar asset-2 tersebut, tanpa harus diteliti dulu kepemilikannya, bahkan kepemilikan pihak ketiga yang tidak terkait kasus ikut disita. 11. Ada perlakuan pidana yang tidak sama terhadap para debitur-debitur, walaupun peran dan pasal yang divoniskan sama, Debitur A divonis ringan, tanpa penyitaan, Debitur B divonnis berat, tanpa penyitaan, Debitur C divonnis berat dan tetap dilakukan penyitaan, dan penghitungan Uang pengganti untuk menutup kerugian negara, tanpa menggunakan tolok ukur yang benar ( sehingga kerugian negara yang sebenarnya hanya Rp 100 Milyard, tapi pada masing-2 debitur dikenakan uang pengganti, A 75 M, B.25 M, C..100 M ) 12. Penyitaan Assets yang dilakukan, hanya SITA ADMINITRASI, ada unsur kesengajaan yang dilakukan Penegak hukum dan kreditur untuk tidak segera melakukan SITA EKSEKUSI terhadap asset debitur, sehingga assets potensial yang seharusnya dapat menutup kerugian negara, menjadi terlantar dan terjadi penurunan nilai ekonomis yang cukup signifikan ( hal ini disengaja, agar kerugian negara benar-benar terjadi, karena sebenarnya debitur apabila tidak dipidanakan oleh kreditur, TIDAK ADA KERUGIAN NEGARA dalam artian yang sebenarnya ). 13. Kreditur melakukan window dressing selama lebih dari 1 tahun terhadap neraca keuangannya, karena ada maksud tersembunyi dari pemidanaan para Debitur ini, yaitu untuk menutupi kejadian debitur lainnya yang lebih besar, agar aib dari kreditur tidak terbuka dan debitur yang dilindungi dapat mempunyai waktu untuk melakukan penyelesaian kreditnya. ( sekedar pengalihan perhatian saja, dengan selalu mengikut sertakan opini masyarakat lewat pemberitaan media secara terus menerus )

Menurut buku karangan Drs.Tb.Irman Santoso,s, SH, MH, dalam bukunya berjudul Hukum Pembuktian Pencucian Uang, hal 329, Apabila Tindak Pidana Pencucian Uang dilakukan oleh KREDITOR, dapat digambarkan sbb : Dalil. X Debitur No.1-1 Dalil. X Debitur No.1-2 Dalil. X Debitur No.1-3 KREDITUR Melemparkan kesalahan Pada DEBITUR No.1 Dengan alasan : MEMINTA KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN DOKUMEN FIKTIF ( Dalil. X ) DEBITUR PROSES PIDANA Dalam Tabel diatas, nampak sekali, bahwa Kreditur telah berulang kali menggunakan DALIL. X kepada debitur-debitur lainnya, yang tidak saling berhubungan dan tidak mengetahui satu sama lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa INISIATOR adalah KREDITUR untuk menggunakan Dalil.X. dengan menjadikan korban adalah DEBITURnya

CONTOH PADA KASUS KREDIT EKSPOR LC di BNI Kebayoran Baru : 1. Debitur PT.A mendapat kredit LC tanpa jaminan asset, kemudian macet, 2. Debitur PT.B mendapat kredit LC tanpa jaminan asset, diminta membayar dengan sistim Kreditur men factoringkan Tagihan Macet PT.A kepada PT. B, jadi segala resiko sudah berpindah ke PT.B, kemudian Kredit PT.B macet juga. 3. Debitur PT.C mendapat Kredit LC dengan jaminan asset, dan kemudian juga mengalami kemacetan 4. PT.KL mendapat kredit LC dengan jaminan asset, PT.KL diketahui oleh kreditur adalah satu pemilik dengan PT.C 5. Debitur PT.D mendapat kredit LC dengan jaminan asset, diminta membayar dengan sistim Kreditur men factoringkan Tagihan Macet PT.B & PT. C, jadi segala resiko sudah berpindah ke PT.D. Kemudian Kreditur dengan segala perangkatnya mengatakan adanya kesalahan prosedur internal dan agar PT.D menanda tangani pengakuan Utang dan Akte Pertanggungan bersamaan dengan menyerahkan tambahan jaminan Asset senilai Kredit LC yang dijaminkan 6. Semua pendapatan Kreditur tetap dibukukan secara syah, dari hasil Biaya Provisi, biaya administasi bank sejak dari PT.A s/d PT.D, dan kemudian memblokir uang Debitur PT.D yang masih ada di Kreditur 7. Kemudian debitur PT.D yang sedang berjalan usahanya dan belum ada yang wanprestasi, telah dinyatakan melakukan kredit macet oleh kreditur dan kemudian dilaporkan adanya Tindak Pidana kepada Pihak Kepolisian. 8. Karena adanya kolaborasi antara penegak hukum dengan pihak kreditur, maka PT.B, PT.C, PT. D dilaporkan dan kemudian divonnis melakukan tindak pidana, sedangkan PT.A dan PT. KL tidak pernah diproses hukum. 9. Demikian modus operandi yang dilakukan oleh KREDITUR dengan mengorbankan DEBITURnya dan dilakukan berulang-ulang, sedangkan debitur selalu dalam arahan kreditur, sampai kepada batas aman asset yang dijaminkan atas kredit LC tersebut berjalan, kemudian baru dilaporkan adanya tindak pidana. 10. Pemblokiran uang milik Debitur PT.D dilakukan oleh Kreditur tetapi tidak digunakan untuk membayar kredit macet PT.D, dan disimpan pada rekening ESCROW Kreditur, sehingga seolah-olah nampak PT.D tidak mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kredit macet tersebut, disinilah Kreditur tetap dapat menikmati uang yang disimpan pada ESCROW, karena ESCROW itu milik kreditur, dengan membebankan kesalahan semuanya pada Debitur.

11. PT. D tidak memakai uang hasil kredit LC semuanya, tapi dibebani oleh Kreditur atas kredit-2 macet debitur lainnya, dan PT.D meminta melakukan rekonsiliasi Bank, tetapi Kreditur tidak mau, dan tetap menyalahkan debitur PT.D atas kredit yang diberikan bukan atas riil kredit yang dipakai oleh PT.D 12. Semua perusahaan yang mendapatkan fasilitas Kredit LC ini, tidak saling berhubungan satu sama lainnya pada awalnya, adapun kemudian pada akhirnya antar perusahaan saling berhubungan, adalah inisitaip penuh pihak kreditur, yang melakukan penfactoringan bad debt dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, jadi bukanlah inisiatip pihak debitur. 13. Indikasi kerugian negara, benar-benar diciptakan oleh Kreditur bersama para aparat hukum yang terlibat, dengan tidak dilakukan eksekusi sita Asset oleh para penegak hukum dengan benar, perhitungan uang pengganti yang cenderung dilakukan dengan tidak mempunyai dasar perhitungan ekonomi sama sekali, lebih mengarah pada sifat balas dendam dan menghukum saja tanpa bersifat mengadili