BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

HOTEL TRANSIT DI KAWASAN BANDARA SOEKARNO - HATTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 50,80 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN

REDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

lib.archiplan.ugm.ac.id

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 61,03 PERSEN

PERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

yang lebih luas1 Dari sarana transportasi udara tersebut, komunikasi dengan bangsa lain

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 52,00 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2009 MENGALAMI PENURUNAN SEBESAR 3,08 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 62,29 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 57,44 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2014 SEBESAR 65,26 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 49,84 PERSEN

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN JULI 2015 SEBESAR 52,11 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 53,16 PERSEN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 57,61

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2015 SEBESAR 63,17 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017 SEBESAR 61,48

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 47,66 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 48,21 PERSEN

1Aan Surachlan Dimyati, Pengetahuan Dasar Perhotelan, (Jakarta: CV. Deviri Ganan, 1992), hal 30 2

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 59,39

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR 43,57

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 61,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 63,66

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

BERITA RESMI STATISTIK

TERMINAL BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2014 SEBESAR 62,77 PERSEN

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Transportasi merupakan sebuah kegiatan untuk melakukan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain, seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, peningkatan kebutuhan akan transportasi pun bertambah. Di sisi lain, perubahan pola gaya hidup masyarakat menuntut adanya aktifitas yang serba cepat di tengah kesibukan kota sehingga memicu semakin banyaknya masyarakat yang beralih dan meilih akses transportasi penerbangan sebagai sarana transportasi terbaik masyarakat. Salah satu bandara yang ada di Indonesia adalah Bandara Udara Juanda Surabaya yang berbasis bandara internasional memiliki berbagai aktifitas dengan jumlah penerbangan yang sangat padat seperti keberangkatan dan penerbangan pesawat dalam negeri dan luar negeri dan jumlah transit pesawat terpadat kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Sultan Hasanuddin Makassar. Tingkat frekuensi penerbangan di bandara Juanda Surabaya yang semakin banyak menyebabkan adanya aktifitas yang padat di bandara. Aktifitas yang terjadi di bandara Juanda antara lain keberangkatan dan kedatangan pesawat, pergantian rute pesawat dari internasional ke domestik dan sebaliknya, dan transit pesawat untuk pengisian bahan bakar dan perbaikan pesawat. Khusus untuk transit, aktifitas yang dilakukan penumpang yaitu menunggu selama 2 3 jam untuk pergantian rute penerbangan dan pengisian bahan bakar bahkan tertunda 2 hari apabila pesawat mengalami kerusakan. Adanya arus pergerakan pesawat dan mobilitas manusia ini menimbulkan tuntutan penyediaan fasilitas lainnya seperti sarana akomodasi, sarana komunikasi, sarana hiburan dan rekreasi, dan sarana lainnya yang mampu memberikan hiburan dan mengurangi ketegangan dari kesibukan akivitas yang ada di bandara Juanda Surabaya. Akomodasi dalam pengertian dasar adalah, suatu ruangan/kamar atau tempat dimana pengunjung dapat tidur/menginap. Dalam perkembangan selanjutnya, karena setiap orang yang menginap itu juga memerlukan fasilitas lain seperti makan dan minum, walaupun sekedarnya lambat laun istilah akomodasi dikenal orang bukan hanya sekedar tempat menginap, namun telah berkembang dalam arti luas yaitu sebagai tempat dimana seseorang dapat beristirahat atau menginap untuk sementara waktu, serta mendapatkan makan dan minum, tetapi

juga terpenuhi kebutuhan lainnya. Salah satu penyediaan sarana akomodasi untuk pelayanan pengguna transportasi udara di bandara yaitu Airport Hotel. Menurut The Architect s Journal (1974:9) prinsip pendirian hotel selalu didasarkan atas adanya kebutuhan yang terjadi akibat pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, perkembangan sarana transportasi, perkembangan pelayanan perjalanan atau perkembangan dunia usaha. Berdasarkan pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, serta sarana transportasi udara tersebut, maka bandara Juanda Surabaya sebagai salah satu bandara Internasional Indonesia memerlukan adanya kelengkapan sarana akomodasi, dalam hal ini Airport Hotel, yang mampu menunjang aktifitas dan keberadaan bandara bandara Juanda serta pemenuhan kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit penerbangan (wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, dan pengusaha serta awak pesawat). Perencanaan Airport Hotel ini diharapkan mampu mengantisipasi tuntutan akan sarana akomodasi di dalam kawasan bandara Juanda. Kawasan bandara Juanda menurut para investor juga berpotensi untuk menciptakan komunitas ekonomi. Menurut Chin (1996), penumpang pesawat tersebut memilih airort hotel karena memiliki lokasi yang menguntungkan dari bandara. Para penumpang ini memanfaatkan hotel ini untuk dapat beristirahat dan memastikan ketepatan waktu penerbangannya. Airport hotel juga dimanfaatkan oleh penumpang pesawat yang jadwal penerbangannya transit sampai keesokan harinya. Bahkan apabila dari pihak perusahaan penerbangan terjadi overbooked flight, dimana jumlah penumpang yang reservasi melebihi jumlah tempat duduk dalam sebuah penerbangan, yang menyebabkan para calon penumpang ini harus tertolak untuk melakukan penerbangan, maka perusahaan penerbangan wajib menyediakan ganti kerugian berupa penginapan dan makanan kepada tamu (dalam Li, 1996, p.2). Dinyatakan pula oleh Lin (1996) dalam mem pertahankan tarif rata-rata occupancy, airport hotel menawarkan tarif diskon spesial kepada repea guests. Bagi walk-in huests, tamu yang datang ke hotel tanpa melakukan reservasi telebih dahulu harus membayar tarif normal (dalm Li, 1996, p.2). Bandara Juanda merupakan bandara undara yang berada sekitar 20 kilometer selatan Surabaya menuju kota Sidoarjo. Bandara Juanda merupakan satu-satunya bandara internasional dan domestik yang berada di Provinsi Jawa Timur. Bila

seseorang ingin bepergian atau berkunjung ke Jawa Timur dengan menggunakan peswat terbang, harus melalui bandara ini. Dikutip dati http://kompascetak/jendela/htm, dengan 300 pergerakan pesawat perhari, Juanda menempatkan dirinya pada urutan nomoer kedua setelah gerbang utama Indonesia, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Bandara Juanda Surabaya merupakan pintu gerbang utama menuju provinsi Jawa Timur melalui udara, baik dengan menggunakan penerbangan internasional maupun domestik. Berikut adalah data menunjukkan arus lalu lintas penumpang domestik dan internasional di bandara Juanda : Tabel 1.1. Data Statistik Jumlah penumpang di Bandara Juanda Tahun Jumlah Penumpang Datang Berangkat Jumlah Pertumbuhan (%) 2009 4.869.689 4.629.556 9.499.245 2010 3.733.156 3.526.481 7.259.637-59,99 2011 6.693.222 6.299.016 12.992.238 85,65 2012 8.150.014 7.479.228 15.629.242 32,36 2013 8.827.267 8.036.800 16.864.067 13,99 Sumber : www.hubud.dephub.go.id (Oktober,2014) Selain itu terdapat data statistik yang menyatakana Bandara Juanda sebagai Bandar udara dengan Jumlah penumpang transit terbesar setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Berikut adalah data statistik jumlah penumpang transit dibandara Juanda : Tabel 1.2. Data Statistik Jumlah penumpang transit di Bandara Juanda Tahun Penumpang Transit Pertumbuhan (%) 2009 582.389 2010 357.234-63,03 2011 786.049 54,55 2012 818.670 3,98 2013 819.787 0,14 Sumber : www.hubud.dephub.go.id (Oktober,2014)

Berdasarakan data tersebut maka dapat dilihat tingkat aktifitas bandara yang tinggi dari tahun ke tahun. Sleain itu, dikutip dari Surabaya Post, Senin 22/1/1996 indepth news, Asikin SH, Direktur Inn Group Hotelsekaligus pemilik Hotel Utami, menyatakan bahwa: Penumpang dari Jakarta yang menuju Irian, Ambon, Kupang, Nusa Tenggara Barat, Bali, atau wilayah timur lainnya sebagian besar transit di Juanda. Sebgai bandara transit di mata pengusaha hotel tentunya ada gambaran peluang-peluang yang bisa dimanfaatkannya. Caranya dengan memanfaatkan waktu tranit untuk mengajak penumpang pesawat jalan-jalan menuju layanan umum. Untuk menciptakan layanan umum yang lengkap dan seuai selera penumpang, caranya dengan meningkatkan layanan umum itu sendiri. Dinyatakan juga oleh Asikin SH bahwa hotel yang berada disekitar bandara Juanda masih relatif kurang memadai, karena belum dilengkapi tampat hiburan, supermarket, pasar souvenir, hotel bintang, hotel dengan fasilits meeting room, rumah makan khas Jatim, Cina, Singapura, Hongkong, dan lainnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2007, saat ini bandara Juanda terdapat 5 hotel dan beberapa losmen, penginapan kecil lainnya yang menyediakan layanan jasa dan akomododasi bagi penumpang pesawat terbang. Berikut adalah daftar 5 hotel yang berada disekitar bandara Juanda: Tabel 1.3. Hotel disekitar Bandara Juanda Nama Hotel Jumlah Kamar Ibis Airport Hotel 144 Halogen Hotel 91 Hotel Sinar 1 150 Hotel Utami 137 The Square 120 Rata Rata 128,4 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Adanya peningkatan jumlah penumpnag pesawat di bandara Juanda dari tahun ke tahun yang semakin meningat, meruoakan sebuah peluang bagi pelaku bisnis, seperti yang dinyatakan oleh Smith (2004). Dinyatakan bahwa kondisi hotel disekitar bandara Juanda yang tidak menawarkan fasilitas menginap yang dihitung dengan jam, tidak adanya jaminan kelengkapan dalam kamar hotel, jaraknya dari fasilitas umum, tidak adanya free pick-up service dari atau menuju bandara yang

sebenarnya hal ini berlawanan dengan kebutuhan penumpang pesawat terhadap airport hotel yang telah dinyatakan oleh Smith (2004). 1.2. Perumusan Masalah 1. Mampu mengintegrasikan antar fungsi bangunan bandara dengan fungsi Airport Hotel dan persyaratan yang diperlukan pada bangunan bandara integrsi tersebut. 2. Jumlah penumpang pesawat yang transit di Bandara Udara Juanda yang semakin meningkat sehingga kebutuhan akan akomodasi tambahan pada Bandara Udara berupa Airport Hotel. 3. Meningkatnya kebutuhan akan hotel sebagai tempat berlibur dan rekreasi dari kebisingan bandara, perkotaan dan tekanan pekerjaan. 4. Mampu menghadirkan perancangan Airport Hotel yang menarik dan dapat memfasilitasi kabutuhan pengunjung. 5. Menerapkan konsep arsitektur Regionalisme terhadap bangunan Airport Hotel yang terintegrasi dengan bandara. 1.3. Tujuan Dan Sasaran Tujuan umum yang ingin dicapai pada penulisan adalah mendapatkan landasan konseptual dalam merancang fasilitas akomodasi untuk memenuhi kebutuhan di Bandar Udara Juanda berupa Airport Hotel dengan menggunakan Analisis teori Arsitektur Regionalisme. Tujuan khusus penulisan adalah untuk mengembangkan dan memanfaatkan bangunan bandara yang telah ada dengan menggabungkan bangunan yang memiliki fungsi tambah seperti Airport Hotel, serta mengintregasikannya dengan lingkungan sekitar. Sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain: 1. Memahami kebutuhan ruang dari hotel yang mengambil konsep Airport Hotel. 2. Memahami teori arsitektur Regionalisme sebagai bentuk integrasi dengan Memahami proses perancangan dengan menggabungkan bangunan bandara dengan bangunan berfungsi tambahan seperti Airport Hotel. 1.4. Metodologi Pembahasan. Pada proses penulisan ini metedologi pembahasan yang dilakukan antara lain: 1. Studi Literatur. Studi literatur ini dilakukan untuk mengetahui teori arsitektur modern, kebutuhan-kebutuhan ruang hotel transit, serta prinsip-prinsip perancangan Airport Hotel.

2. Observasi. Proses observasi ini dilakukan dalam melihat potensi Bandar udara Juanda sebagai kawasan strategis yang ingin dikembangkan. Pencarian data-data tentang bangunan Bandar Udara Juanda dengan lebih mendetail dan menyeluruh. 3. Studi kasus. Mempelajari contoh bangunan-bangunan yang menerapkan teori arsitektur modern pada proses perancangannya. Serta mempelajari contoh- contoh hotel transit yang sudah ada baik dari segi arsitektural, pemenuhan prinsipprinsip Airport Hotel serta intregrasi perancangan dengan lingkungan sekitar. 1.5. Lingkup Pembahasan Arsitektural Mempelajari elemen-elemen arsitektural sebagai konfigurasi massa bangunan, image bangunan, sistem peruangan, sirkulasi dan elemn arsitektural lain yang berpengaruh dalam perancangan banugnan bandara integrasi dengan Airport Hotel. Non-arsitektural Mempelajari aspek sosial, budaya, lingkungan yang berpengaruh dalam perancangan banguan bandara integrasi dengan Airport Hotel. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan laporan studi perancangan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Berisi teori, data, literatur yang berkaitan dan studi kasus bangunan bandara berintegrasi dengan Airport Hotel, tinjauan bandara, dan teori tentang konsep arsitektur Regionalisme. BAB III KONDISI EKSISTING KAWASAN BANDARA UNDARA JUANDA Berisi tinjauan mengenai wilayah Surabaya yang meliputi kondisi geografis wilyaah, keadaan penduduk, rencana pemerintah dalam pengembangan wilayah, potensi yang dimiliki kawasan, serta penetuan area yang akan digunakan sebagai lokasi Airport Hotel. BAB IV ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab ini berisi Analisis konsep perancangan, analisis teori konsep perancangan dikaitkan dengan kondisi eksisting bandara Juanda. Analisis konsep yang dibahas antara lain : Analisis konsep makro, messo dan mikro, lokas, luasan site, orientasi

bangunan. BAB V KONSEP PERANCANGAN Membahas rumusan konsep dasar perencanaan dan perancangan arsitektur Airport Hotel pada kawasan Bandara Juanda sebagai penunjang Airport City. 1.7. Kerangka Pemikiran