BAB II KAJIAN PUSTAKA. informal yang lain. Menurut Agus S Suryobroto (2005: 2), guru adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

PERTEMUAN KE 14 s/d 18 GAYA DADA (BREASTSTROKE ) GERAKAN TUNGKAI GAYA DADA

BAB I PENDAHULUAN BAB II A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk

PENGARUH SARANA PRASARANA PENJAS DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS III - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga peran guru. Siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNAGRAHITA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

RENANG GAYA DADA. Oleh: Agus Supriyanto.

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tema/Topik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjaskes) adalah bagian

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

I PENDAHULUAN. renang, seorang guru harus mencari sistem pengajaran atau metode yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. A. Standar Kompetensi B. Kompetensi dasar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x 2 x 40 Menit (dua kali pertemuan)

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Agus Supriyanto

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. gerakan jalan, lari, lompat dan lain-lain. Berdasarkan sejarah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era teknologi yang maju seperti sekarang ini, olahraga semakin

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan di setiap lembaga formal maupun non formal.

KOMPETENSI DASAR PENJASORKES SEKOLAH DASAR KELAS I - VI. Kompetensi Dasar Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006

Kegiatan Belajar 2: Aktivitas Olahraga Akuatik. 1: Pengertian dan Tujuan Aktivitas Olahraga Akuatik (Renang)

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

III. METODE PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tema/Topik

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

SKRIPSI. Oleh: Akbar Ali Pratama

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

I. PENDAHULUAN. fisik, teknik dan psikis. Fisik merupakan unsur utama seseorang bisa

PERTEMUAN 1 s/d 3 MENGINJAK AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta usaha yang dilakukan secara sadar melalui pendidikan.

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Guru Pendidikan Jasmani Seperti yang kita tahu bahwa guru adalah seseorang yang memberikan ilmu di sekolah dan lembaga-lembaga formal maupun informal yang lain. Menurut Agus S Suryobroto (2005: 2), guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensinya baik ranah afektif, kognitif, maupun fisik dan psikomotorik. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 Jabatan guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa guru adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai pembelajaran. Terlepas dari itu kita sering menganggap bahwa seorang guru bertugas sebagai pengajar dan pendidik. Seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah (1997: 223), guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Jadi itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria 8

sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukan betapa besar pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan. Guru pendidikan jasmani merupakan faktor yang dominan atau mendominasi dalam pelaksanaan pendidikan jasmani, karena bagi siswa guru pendidikan jasmani sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identitas diri. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus menguasai dan menerapkan pengetahuan pendidikan jasmani dengan baik. Disamping itu guru pendidikan jasmani sebaiknya mempunyai perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengambangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya guru pendidikan jasmani harus menguasai berbagai hal sebagai kompetisi yang dimiliki. Menurut Agus S Suryobroto (2001: 71), mengatakan bahwa guru penjas yang baik dalam proses pembelajaran penjas harus: a. Menyiapkan diri dalam hal fisik dan mental b. Menyiapkan materi pelajaran sesuai dengan GBPP dan membuat satuan pelajaran c. Menyiapkan alat, perkakas dan fasilitas agar terhindar dari bahaya atau kecelakaan d. Mengatur formasi siswa sesuai dengan tujuan materi, sarana dan prasarana, metode dan jumlah siswa e. Mengkoreksi siswa secara individual dan klasikal f. Mengevaluasi secara formatif Menurut Muhibbin Syah (1997: 250), menjelaskan fungsi guru dalam proses belajar mengajar yaitu guru sebagai perancang pengajaran, 9

guru sebagai pengelola pengajaran dan guru sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Jadi fungsi guru sangatlah kompleks karena tugas guru dari merancang pengajaran sampai pada taraf penilaian hasil belajar siswa. Fungsi guru pendidikan jasmani sendiri adalah membantu dan mengembangkan kemampuan siswa secara utuh di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Seorang guru mempunyai tanggung jawab yang kompleks terhadap pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Agus S Suryobroto (2005:1-2), guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Jadi tidak hanya aspek fisik yang diberikan oleh guru penjas melainkan semua ranah harus tersampaikan, diantaranya yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Profesi guru pendidikan jasmani secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan yang prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi, dalam rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak dinyatakan beberapa praktisi bahwa guru pendidikan jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru 10

mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa suruh latihan sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius. Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kerja guru penjas merupakan salah satu potensi untuk melakukan sesuatu hal dalam pekerjaan atau dengan kata lain adalah karakteristik individu seperti intelegensi, manual skill, kekuatan potensial seseorang untuk membuat yang lebih stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesi atau keahlian seorang guru pendidikan jasmani memegang peran yang cukup penting dalam pembentukan tumbuh kembang anak. 2. Kurikulum Penjas Kurikulum memiliki beberapa pengertian, hal ini menyangkut pandangan para ahli terhadap kurikulum itu sendiri. Undang-undang No. 2 tahun 1989 pasal 1 ayat 9 berbunyi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dari suatu bahan pelajaran. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2009: 3), mengatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Menurut S. Nasution (2008: 8), kurikulum adalah suatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari berbagai pendapat di atas tentang pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana yang 11

digunakan oleh seorang pendidik sebagai pegangan atau pedoman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keberhasilan perubahan kurikulum di sekolah sangat bergantung kepada guru dan kepala sekolah, karena kedua figur tersebut merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran disamping dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kemampuan kepala sekolah untuk memenejemen dan pengambilan keputusan yang baik untuk meningkatkan mutu sekolah sangat diperlukan demi tercapainya pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Selain kepala sekolah peran guru juga sangat berpengaruh terhadap implementasi kurikulum. Guru memiliki tanggung jawab yang diberikan kepadanya demi proses pembelajaran dan materi yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik. Interaksi yang baik antara kepala sekolah, guru kurikulum dan peserta didik diharapkan dapat digunakan sebagai acuan terhadapat peningkatan kualitas kurikulum sesuai dengan tuntutan yang ada di dalam masyarakat. Dalam kenyataanya kurikulum tersebut kurang berjalan secara maksimal. Hal ini terkait dengan beberapa hal diaantaranya sarpras untuk menunjang berjalannya kurikulum di sekolah. Seperti yang diungkapkan di atas kurikulum adalah seperangkat rencana yang digunakan oleh seorang pendidik sebagai pegangan atau pedoman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Padahal kurikulum merupakan aspek terpenting demi berjalanya proses pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran khusunya 12

renang harus tercapai. Tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila pembelajaran renang hampir tidak berjalan disetiap sekolah hal ini dikarenakan sarpras yang kurang memadai atau mungkin tidak adanya sarpras yang digunakan untuk proses pembelajaran. Maka kurikulum yang ada tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3. Sarana dan Prasarana Penjas Dalam pelaksanaan pembelajaran banyak hal yang membantu tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana mencakup alat dan fasilitas serta lingkungan sebagai pendukung proses pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran pendidikan jasmani. Sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam aktivitas jasmani, serta mudah dipindahkan atau dibawa. Sarana sangat penting dalam memberikan motivasi bagi siswa untuk bergerak aktif, sehingga siswa sanggup melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Prasarana atau fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam aktivitas jasmani, bersifat permanent atau tidak dapat dipindah (Agus S Suryobroto, 2004: 4). Kebutuhan sarana dan prasarana olahraga dalam pembelajaran sangat penting, karena dalam pembelajaran harus menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. 13

1) Tujuan Sarana dan Prasarana Sarpras merupakan bagian penting yang dibutuhkan dalam suatu pembelajaran. Tanpa adanya sarana prasarana yang baik, pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini diperkuat Agus S Suryobroto (2004: 3) menjelaskan tujuan saran dan prasarana olahraga adalah untuk: a. Memperlancar jalannya pembelajaran. b. Memudahkan gerakan. c. Memacu siswa dalam bergerak. d. Kelangsungan aktivitas. e. Menjadaikan siswa tidak takut melakukan gerakan/aktivitas. 2) Manfaat Sarana dan Prasarana Dengan adanya sarpras yang baik akan diperroleh manfaat yang begitu besar demi keberlangsungan proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Agus S Suryobroto (2004: 5-6), manfaat sarana prasarana dalam pembelajaran adalah agar: a. Dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan siswa. b. Gerakan dapat lebih mudah atau lebih sulit. c. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan. d. Menarik perhatian siswa. 3) Persyaratan Sarana dan Prasarana Agar perbelajaran dapan berjalan dengan aman, maka dari itu sarana dan prasarana yang ada harus memenuhi syarat keamanan. Menurut Agus S Suryobroto (2004: 16-18), saran dan prasarana yang dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 14

a. Aman b. Mudah dan murah c. Menarik d. Memacu untuk bergerak e. Sesuai dengan kebutuhan f. Sesuai dengan tujuan g. Tidak mudah rusak h. Sesuai dengan lingkungan Sarana prasarana merupakan salah satu unsur pokok dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama cabang akuatik. Apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang lengkap dan berkualitas baik, tentunya akan sangat memperlancar dalam proses pembelajran. Begitupun sebaliknya jika sekolah tidak mempunyai sarana dan prasaran yang baik justru akan menghambat dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. Hal yang seperti ini yang memaksa seorang guru harus lebih kreatif dengan keterbatasan sarana demi tercapainya pembelajaran yang efektif. 4. Pembelajaran Penjas Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Dalam belajar efektif baru akan terwujud bila anak-anak itu sendiri turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan masalah. Jadi peserta didik juga menjadi penentu dalam aktivitas belajar. Menurut Oemar Hamalik (2008: 57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran menurut E. Mulyasa (2002: 100), adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, 15

sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Kegiatan pembelajaran diarahkan guna memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai semua kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran penjas dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Agus S Suryobroto (2001: 32), sistematika yang biasa dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran penjas adalah sebagai berikut: a. Latihan Pendahuluan (latihan A) 1. Membariskan, menghitung, memimpin doa dan memberi salam. 2. Memberikan apersepsi (supaya tidak ada perbedaan persepsi) 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 4. Memimpin pemanasan 16

b. Latihan Inti (latihan B) Latihan ini harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Pembentukan 2. Kelentukan 3. Kecepatan 4. Kelincahan c. Latihan Penutup (latihan C) 1. Memberikan pendinginan 2. Mengumpulkan, membariskan dan menghitung jumlah siswa 3. Memberikan kesan dan pesan serta evaluasi 4. Memberikan tugas 5. Memimpin doa dan membubarkan barisan Dalam hal ini guru merupakan pengendali dalam proses pembelajaran, sehingga proses tersebut dapat berjalan dengan lancar. 5. Materi Renang Peserta didik mungkin tidak mengenal apa itu akuatik. Akuatik atau lebih dikenal dengan istilah renang merupakan salah satu materi dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang tercantum di dalam kurikulum pembelajaran. Akuatik atau lebih umum disebut renang adalah pertama kali ditemukan di Mesir sekitar 3500 SM. Orang-orang pada zaman itu sudah menggunakan gaya renang yang mirip sekali dengan gaya crawl. Sedangkan di Indonesia sendiri olahraga renang hanya dilakukan oleh bangsa kulit putih saja. Meskipun orang biasa boleh berenang tetapi biaya yang diperuntukan untuk masuk kolam renang sangatlah mahal. Kemudian masuk kepada zaman pendudukan Jepang kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk bisa berenang semakin besar, hal ini disebabkan pemerintah pendudukan Jepang membuka seluruh kolam renang di tanah air untuk masyarakat umum (Muhammad Murni : 1-5). 17

Dewasa ini olahraga renang sudah semakin menjamur di masyarakat umum. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya pembangunan kolam renang diberbagai daerah. Dengan semakin pesatnya perkembangan renang di Indonesia, pemerintahpun memasukan olahraga renang dalam kurikulum pendidikan. Sehingga renang merupakan salah satu oahraga yang harus diajarkan oleh guru di dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berenang, perlu diutamakan timbulnya kesenangan dan diperolehnya keterampilan gerak di air. Peserta didik akan melakukan olahraga atau sesuatu hal itu didasarkan pada kesenangan. Maka dari itu dibutuhkan kreativitas atau keahlian guru untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika pembelajaran renang berlangsung. Tidak semua peseta didik menyukai olahraga renang, maka kreativitas yang tinggi dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjas sangat diperlukan. Menurut Muhammad Murni (2000: 13-52), pada umumnya dalam pembelajaran renang perlu diperhatikan beberapa hal antara lain: a. Prinsip mekanika dalam olahraga renang, b. Prinsip psikologis, c. Pengenalan air, d. Renang gaya bebas, e. Renang gaya dada. Pembahasan dari hal-hal tersebut adalah sebgai berikut : a. Prinsip mekanika dalam olahraga renang Secara prinsip olahraga renang seperti gerak maju kapal di air dan pesawat di udara adalah untuk memperbesar daya angkat, memperkecil tenaga penghambat, dan memperbesar tenaga penggerak. Jadi di dalam 18

olahraga berenang diperlukan daya angkat yang besar dan sebisa mungkin untuk memperkecil tenaga penghambat yang terjadi ketika melakukan renang. b. Prinsip psikologis Dalam pembelajaran renang sangatlah terkait dengan prinsipprinsip psikologis karena situasi dan kondisi pemebelajaran renang sangat jauh berbeda dengan cabang-cabang olahraga lain. Prinsip psikologis adalah hal-hal yang erat kaitannya dengan faktor-faktor kejiwaan, diantaranya yaitu: 1) Memupuk rasa senang terhadap olahraga renang 2) Memupuk keberanian 3) Meningkatkan rasa percaya diri 4) Meningkatkan ketekunan Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa olahraga renang berbeda dengan olahraga lainnya maka dari itu dibutuhkan ketekunan anak dalam mengikuti pembelajaran renang. c. Pengenalan air Pengenalan air sangat dibutuhkan oleh para siswa yang belum pernah sama sekali belajar renang. Karena kemungkinan peserta didik ada yang masih takut masuk ke dalam kolam. Untuk itu guru hendaknya memahami benar bentuk-bentuk pengenalan air, karena hal ini sangat penting untuk dapat membawa anak, terutama untuk anak yang kurang berani masuk dalam kolam. 19

d. Renang gaya bebas Teknik-teknik yang harus diperhatikan dalam renang gaya bebas 1) Posisi tubuh a) Hidrodinamis/streamline, yaitu hampir sejajar dengan permukaan air b) Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya c) Hindarkan kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tangan atau kaki yang berakibat tubuh menjadi naik turun atau meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan. 2) Gerakan kaki a) Gerakan naik turuh mengarah lurus b) Naik turun dengan 6 pukulan kaki, kedalaman kaki di bawah permukaan air ketika naik turun dari atas permukaan air berkisar 25-30 cm c) Naik turun dengan 4 pukulan kaki d) Naik turun dengan 2 pukulan kaki e) Naik turun dengan 2 pukulan kaki menyilang 3) Pernafasan a) Lakukan dahulu di darat dengan malatih gerakan seperti yang akan dikerjakan di air b) Dilakukan di dalam kolam dangkal menghadap ke dinding, salah satu lengan lurus ke depan sejajar dengan permukaan air. 20

Bila tangan kiri yang di depan maka mengambil nafasnya dengan memutar kepala pada sumbunya ke arah kanan. 4) Koordinasi kaki-nafas a) Pada dasarnya koordinasi kaki-nafas adalah satu rangkaian latihan yang harus diberikan supaya motoriknya dapat terlatih dengan baik. b) Rotasi tangan Ada beberapa fase dalam gerakan rotasi tangan pada renang gaya bebas, yaitu: (1) Fase masuk permukaan air, (2) Fase menangkap, (3) Fase menarik, (4) Fase mendorong, (5) Fase istirahat e. Renang gaya dada 1) Posisi tubuh Ada dua macam posisi tubuh renang gaya dada pada saat meluncur atau saat kedua lengan lurus ke depan, yaitu: menurut versi Amerika Utara dan versi Eropa Timur. Menurut versi Amerika Utara pada saat kedua lengan lurus ke depan sebagian besar kepala berada di bawah permukaan air, bahu dan pinggul sedikit berada di atas permukaan air. Sedangkan pada versi Eropa Timur pada saat kedua lengan lurus ke depan seluruh kepala, bahu, berada di atas permukaan air. 21

2) Gerakan kaki Gerakan kaki gaya dada pada saat ini cenderung membentuk gerakan kaki dolpin, dimana pada saat istirahat, yaitu fase ketika kedua tungkai kaki bagian bawah ditarik serentak mendekati pinggul dan kemudian setelah fase ini dikerjakan pergelangan kedua kaki diputar mengarah ke luar hingga membentuk sudut kurang lebih 50 derajat. Kemudian dari posisi ini kedua kaki melakukan gerakan menginjak dan diakhiri dengan menendang sehingga kedua kaki bertemu lurus di belakang. 3) Pernafasan Berdiri kangkang di kolam dangkal, bungkukan badan ke depan sehingga badan rata-rata air dan mulut berada di atas permukaan air. Hirup udara pernafasan, tekukan kepala ke bawah sehingga kepala masuk ke dalam air, keluarkan sisa pembakaran dan angkat kembali kepala ke atas sampai mulut berada kembali di atas permukaan air. Kerjakan latihan ini secara berulang-ulang. 4) Koordinasi kaki-nafas Pada koordinasi ini dikerjakan dengan kepala sebagai kendali, dimana saat kepala diangkat kedua kaki mengikuti dengan menarik kearah pinggul dan kepala kembali masuk ke permukaan air, kedua pergelangan kaki mengarah ke luar mengerjakan injakan dan tendangan hingga berakhir lurus ke belakang. 22

5) Rotasi tangan Dapat diawali dengan berdiri di kolam dangkal, bungkukan tubuh ke depan sampai rata-rata air dengan permukaan air, kedua lengan lurus kedepan di samping kepala. Kedua telapak tangan melakukan sapuan ke luar dan sambil membuat setengah lingkaran dengan sapuan ke dalam sampai kedua tangan bertemu di bawah dagu. Luncurkan kedua tangan ke depan sampai kedua lengan lurus dan rapat. 6. Hambatan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Akuatik Di dalam proses pembelajaran, tentunya akan banyak ditemui berbagai kendala. Hal-hal yang seperti itu akan menghambat terlaksananya proses pembelajaran yang efektif. Dalam penelitian ini penulis membagi hambatan guru penjas dalam mengajar akuatik terdiri dari dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Muhibbin Syah (2005:173) faktor kesulitan belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam penelitian ini yang dibahas adalah hambatan guru dalam proses pembelajaran renang. Maka dari itu peneliti menyimpulkan faktor internal berasal dari guru itu sendiri, sedangkan faktor ekstern yaitu berasal dari siswa, sarpras dan materi yang akan di ajarkan. Faktor intern terdiri atas faktor guru, yaitu tentang bagaimana guru melakukan kegiatan pengajaran kepada peserta didik, dari segi penampilan, kemampuan mengajar, kondisi kesehatan, kompetensi mengajar guru dan sebagainya. 23

Sedangkan faktor ekstern terdiri atas siswa, sarpras dan materi pembelajaran. Menurut Muhibbin Syah (1997: 173), secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa terdiri dari: kondisi fisik, kondisi kesehatan juga bisa menjadi penghambat dalam pembelajaran akuatik. Sedanglkan faktor ekstern siswa terdiri dari: dukungan dari orangtua/keluarga, kondisi cuaca yang panas pada saat pembelajaran berlangsung, gangguan yang dilakukan oleh teman sekelas, dukungan dan evaluasi yang diberikan oleh guru. Faktor ekstern yang selanjutkan dalam proses pembelajaran adalah kurikulum. Kurikulum sekolah atau materi pembelajaran, dalam faktor ini berkaitan dengan kurikulum-kurikulum yang ada di sekolah yang terkait dengan materi pembelajaran. Untuk sekolah tingkat pertama materi akuatik yaitu berupa renang gaya bebas dan renang gaya dada. Kemudian faktor ekstern dalam proses pembelajran yang selanjutkan adalah sarana dan prasarana. Dari beberapa SMP Negeri yang terdapat di Kabupaten Cilacap bagian Barat tidak memiliki kolam renang yang dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran akuatik. Sarana yang digunakan untuk pembelajaran akuatik tidaklah murah. Supaya pembelajaran akuatik dapat tersampaikan kepada peserta didik, maka diperlukan kemauan dari guru untuk memberikan materi akuatik dengan cara menyewa kolam renang yang ada. 24

B. Penelitian Yang Relevan Sandya Nurmayasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul identifikasi hambatan pelaksanaan permainan tradisional di sekolah dasar Se- Kecamatan Depok Sleman Yogayakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani sekolah dasar Se-Kecamatan Depok Sleman Yogayakarta hasil penelitian menunjukan bahwa hambatan keterlaksanaan pembelajaran tradisional di sekolah dasar Se-Kecamatan Depok Sleman Yogayakarta disebabkan lima faktor yaitu faktor kurikulum, sarana dan prasarana, sumber buku acuan, tenaga pengajar, dan lingkungan. C. Kerangka Berfikir Pembelajaran renang merupakan bagian dari pendidikan jasmani dan keberhasilan dalam pembelajaran akuatik diantaranya tergantung pada siswa, lingkungan belajar, proses belajar mengajar, sarana prasarana, dan guru karena guru memiliki tugas yang kompleks diantaranya mendidik, mengajar, melatih, sebagai korektor yang tidak selalu menuruti setiap keinginan siswa, dan sebagai inspirator yang bisa memberikan semangat kepada siswa supaya bisa berkembang lebih baik. Tugas seorang guru memang sangatlah kompleks dari mulai mendidik ataupun mengajar. Dimana mendidik dan mengajar mempunyai pengertian yang berbeda. Mendidik itu sendiri adalah dimana tugas guru meberikan nilai-nilai moral dalam kehidupan (transfer of value), sedangkan mengajar adalah guru memberikan pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam materi pelajaran (transfer of knowledge). 25

Pembelajaran akan berajalan dengan lancar jika tidak ada yang menghambat atau yang menghalangi. Pembelajaran renang akan tersampaikan jika antara faktor intern (guru) dan faktor ekstern (siswa, sarpras dan materi) dapat berjalan secara bersamaan. Namun dalam kenyataanya ditemui kendala atau hambatan dalam pembelajaran renang. Pembelajaran akan bejalan setidak-tidaknya adanya pengajar atau guru, peserta didik atau siswa, materi dan sarana prasarana. Dalam pembelajaran renang sarpras merupakan faktor yang paling dominan demi berjalannya proses pembelajaran. Hampir semua guru mengalami kendala dalam mengajar renang khususnya untuk sarprasnya atau kolam renang yang akan digunakan. 26