BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh matematika dalam ilmu pengetahuan menyiratkan jika pelajaran matematika merupakan bagian dari kurikulum yang harus diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan pemahaman konsep. Sumarmo (2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep dan ide matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan pengetahuan lainnya. Hal ini harus di dukung dengan pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan aktivitas belajar dari dalam individu seseorang. Dengan kata lain pembelajaran merupakan setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2009). Namun proses pembelajaran selama ini masih tergolong rendah. Depdiknas (dalam Trianto, 2007) menyatakan proses pembelajaran selama ini masih menunjukkan bahwa peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan peserta didik kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Kenyataan yang serupa menunjukkan pula bahwa dalam pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 12 september 2014 dengan guru matematika di SMP Negeri 5 Malang. Guru menjelaskan bahwa pada pelajaran matematika peserta didik kelas VII masih cukup sulit untuk memahami materi himpunan yang meliputi pemahaman konsep, penyajian, himpunan semesta, Diagram Venn, himpunan kosong, kardinalitas dan relasi himpunan. Hal ini dikarenakan sifat dari setiap himpunan perlu ditunjukkan sendiri oleh peserta didik dan himpunan merupakan materi baru yang belum 1
pernah dipelajari selama dibangku sekolah dasar, sehingga peserta didik benarbenar harus memahami tidak hanya sekedar membaca. Sedangkan dalam proses pembelajaran matematika di kelas guru masih menggunakan metode konvensional. Metode konvensional yaitu guru menyampaikan materi, guru memberikan contoh soal, memberikan latihan soal, dan menjelaskan materi berikutnya. Terkadang guru juga menggunakan metode merangkum. Metode merangkum yaitu peserta didik disuruh membuat rangkuman materi yang akan dipelajari beserta contohnya, setelah itu dikumpulkan dengan setiap peserta didik diberikan pertanyaan seputar rangkuman yang dibuat, tetapi metode ini jarang digunakan dalam proses pembelajaran karena jika sering digunakan peserta didik akan ramai sendiri dan sulit memahami materi. Oleh karena itu, guru sering menggunakan metode konvensional, sebab metode tersebut cocok untuk menyampaikan materi dan peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan. Hasil pengamatan di dalam kelas juga, menunjukkan bahwa kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran matematika khususnya kelas VII-4 sesuai dengan yang disampaikan oleh guru. Guru menjelaskan materi, beserta dengan contoh soal, selanjutnya guru meminta peserta didik untuk mengerjakan latihan soal. Namun sebagian peserta didik mulai terlihat jenuh dan mereka mengalihkan perhatian pada hal lain seperti bermain-main alat tulis, bergurau, mengganggu teman yang lain, dan mengantuk. Di akhir pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumah. Dari pembelajaran yang demikian guru kurang bisa mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga menyebabkan peserta didik bosan dan tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas tersebut yang berdampak pada aktivitas peserta didik dan hasil belajar. Berdasarkan Uraian dari observasi dan wawancara di atas dapat di simpulkan proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam pembelajaran matematika kelas VII-4 SMP Negeri 5 Malang sudah cukup baik, hal ini terlihat guru menyampaikan materi dengan jelas, benar dan dapat dipahami oleh peserta didik, selain itu guru juga memberikan contoh soal yang lebih banyak dan latihan 2
soal dari materi yang sudah dipelajari. Namun dalam proses pembelajaran tersebut guru kurang melibatkan peserta didik, sehingga terlihat kurang aktif dan kurang mengeksplorasi kemampuan berfikir peserta didik. Berdasarkan uraian diatas masih perlu adanya menumbuhkan kemmpuan berfikir dan aktivitas peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar nanti. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model Cooperative Learning. Model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berinteraksi satu sama lain adalah model Cooperative Learning. Model Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama sama di antara sesama struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Rusman (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, serta dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Oleh karena itu diharapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil penelitian Zainuri (2011) menyimpulkan bahwa model Cooperative Learning Tipe STAD menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik kelas VII A SMP Muhammadiyah 1 Mlati mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya persentase keaktifan yang cukup signifikan untuk tiap siklus, yaitu untuk siklus I keaktifan peserta didik sebesar 43,71% dengan kategori sedang, untuk siklus II sebesar 65,82% dengan kategori tinggi. Cooperative Learning memiliki beberapa tipe, salah satu tipe model Cooperative yang dapat membangun kepercayaan diri dan mendorong partisipasi peserta didik dalam kelas adalah model Cooperative Learning tipe The Power Of Two. Mafatih (2008) menyatakan bahwa The Power Of Two termasuk bagian dari model kooperatif, yaitu belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri 3
dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. The Power Of Two (kekuatan berdua) merupakan tehnik pembelajaran yang paling sederhana dan mengacu kepada interaksi yang baik antara peserta didik. Menurut Suprijono (2009) bahwa model The Power Of Two adalah guru mengawali dengan mengajukan pertanyaan, diharapkan pertanyaan yang dikembangkan merupakan pertanyaan yang membutuhkan perenungan. Mintalah kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimannya. Setelah semuanya menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan. Model ini juga meningkatkan partisipasi peserta didik dalam berinteraksi satu sama lain, sehingga dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai antara lain dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik di dalam bekerja sama, berpikir, peserta didik aktif dalam melakukan diskusi dan semua peserta didik mempunyai peran dan tanggung jawab serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik Hasil penelitian Astuti ( 2012 ) juga menyimpulkan bahwa model Kooperatif The Power Of Two melalui strategi College Ball dan Student Recap efektif digunakan dalam pembelajaran matematika di SMK Negeri 5 Semarang Kelas X-Teknik menyatakan hasil belajar dan ketuntasan belajar menjadi lebih baik dan dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas, penerapan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two merupakan model pembelajaran, dimana guru menyiapkan materi untuk dipahami peserta didik dan diharapkan mampu mempelajari konsep sendiri pada materi yang diberikan yang didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki peserta didik, dan selanjutnya guru memberikan soal-soal yang bervariasi untuk dikerjakan peserta didik secara individu terlebih dahulu setelah itu berpasangan untuk mendapatkan jawaban baru. Model Cooperative Learning tipe The Power Of Two diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berfikir dan aktivitas, sehingga peserta didik dapat mengeluarkan pendapat, menjawab soal, bekerja sama dalam kelompok untuk memahami materi pelajaran maupun menyelesaikan soal yang dapat mempengaruhi hasil belajar nanti. Oleh karena itu 4
penelitian tentang Penerapan Model Cooperative Learning Tipe The Power Of Two Pada Materi Himpunan di kelas VII-4 SMP Negeri 5 Malang perlu dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat keterlaksanaan penerapan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan? 2. Bagaimana tingkat aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran matematika dengan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan? 3. Bagaimana Hasil Belajar matematika peserta didik dalam memecahkan masalah pada pembelajaran matematika dengan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan? 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian untuk menghindari kesalah pahaman terhadap istilah yang digunakan. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-4 SMP Negeri 5 Malang. 2. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi Himpunan meliputi menemukan konsep himpunan, penyajian himpunan, himpunan semesta dan Diagram Venn, kardinalitas himpunan, menemukan konsep himpunan kosong, himpunan bagian, himpunan kuasa dan kesamaan dua himpunan. 3. Penilaian tingkat keterlaksanaan penerapan model Cooperative Learning Tipe The Power Of Two dilihat dari aktivitas guru. 4. Penilaian tingkat aktivitas belajar pada penelitian ini mengacu pada aspek tingkah laku dalam kegiatan belajar diantaranya visual activities, oral activities, listening activities, dan writing activities. 5. Hasil belajar mencakup keseluruhan dari kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat 5
keputusan dari tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan peneliti ini adalah untuk mendeskripsikan. 1. Tingkat keterlaksanaan penerapan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan. 2. Tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran matematika dengan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan. 3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika dengan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two pada materi Himpunan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta didik a. Menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan guru dan menyelesaikan masalah yang diberikan guru. b. Menumbuhkan kemampuan berfikir peserta didik dalam mengerjakan berbagai model soal baik dalam kelompok maupun individu. c. Menunmbuhkan aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Bagi guru a. Memotivasi guru-guru di SMP Negeri 5 Malang untuk menerapkan modelmodel pembelajaran yang baru dan menarik agar tercapainya tujuan pembelajran yang diinginkan. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan model pembelajaran yang akan diterapkan didalam kelas. 3. Bagi sekolah a. Untuk memperbaiki proses kegiatan pembelajaran, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas mengajar. 6
b. Memberikan masukan yang baik bagi sekolah sebagai bahan perbaikan dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. 4. Bagi peneliti a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan diri pada saat mengajar yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki diri. b. Mengetahui permasalahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan juga memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa hal penting tentang istilah yang terdapat dalam judul yaitu sebagai beriku: 1. Penerapan merupakan suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan seseorang oleh seseorang yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang oleh guru untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dan interaksi yang baik antara peserta didi, guru dan sumber belajar, yang mana aktivitas dan interaksi tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru dan peserta didik. 3. Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikap. 4. The Power Of Two menggabungkan kekuatan dua kepala dengan menbentuk kelompok kecil dan guru mengawali dengan mengajukan pertanyaan, diharapkan pertanyaan yang dikembangkan merupakan pertanyaan yang membutuhkan perenungan. Peserta didik diminta untuk menjawab secara perorangan pertanyaan yang diterimanya, setelah semuanya menyelesaikan jawabannya, peserta didik mencari pasangannya untuk mendapatkan jawaban yang baru. 7
5. Aktivitas peserta didik adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan visual activities, oral activities, listening activities, dan writing activities. 6. Hasil belajar mencakup keseluruhan dari kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan dari tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. 8