Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

JURNAL PENELITIAN. Oleh: ELVIRA YUSUF NIM

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

FAKULTAS EKONOMI UNNES

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. 1. Dengan menerapkan kolaborasi metode ceramah dengan model. pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TPS PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE KELAS XI DI SMA N 2 OKU

ARTIKEL OLEH DIRMALA NIM JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Edudikara, Vol 1 (2); 34-41,

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

I. PENDAHULUAN. cara-cara berkomunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan sebagai. kemampuan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted. siklus II naik menjadi 76,92%.

Ilmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret Surakarta

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

Transkripsi:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi Hilman Talihan Jurusan/Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan variabel input yakni siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mananggu, guru mata pelajaran Ekonomi serta sarana yang mendukung pembelajaran. Variabel prosesnya adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, yang diukur dari daya atau kemampuan guru membimbing siswa dalam mengelola pembelajaran di luar kelas. Sementara itu, variabel output-nya adalah hasil belajar Ekonomi yang diukur dari peningkatan kualitas pembelajaran. Adapun langkah-langkah/prosedur penelitian yang dilakukan peneliti, secara berurutan, dimulai dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi. Data yang dikumpulkan selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif dengan mencari ketuntasan perorangan, ketuntasan klasikal, dan nilai rata-rata. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Mananggu dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Hal ini dibuktikan dengan kualitas pengelolaan pembelajaran mengalamai peningkatan. Kualitas aktivitas guru pada siklus I sebesar 52,63%. Angka ini mengalami peningkatan pada siklus II, yakni menjadi 73,68%, dan kualitas belajar siswa pada siklus I hanya memperoleh 55,56%, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,77%. Nilai ketuntasan siswa pada siklus I sejumlah 20 orang atau sebesar 74,07%, dan pada siklus II meningkat menjadi 23 orang atau sebesar 85,19%. Sementara itu, untuk daya serap siswa, pada siklus I mencapai 74,81%, dan pada siklus II meningkat menjadi 78,52%. Kata- Kata Kunci: Hasil Belajar, Kooperatif, Think Pair Share

I. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar di sekolah akan berhasil dengan baik terletak pada kemampuan sebagai tenaga pengajar, intstruktur maupun sebagai fasilitator belajar dalam mengelola pembelajaran. Dengan demikian tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercepai. Guru dalam kedudukannya sebagai inovator atapun mediator memegang peranan penting dalam mengarahkan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Meskipun demikian, bukan berarti keberhasilan pembelajaran dalam kelas mengesampingkan peran peserta didik. Tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, bila guru dalam implementasi pengajarannya menggunakan metode pengajar yang tepat. Guru hendaknya dapat memandang peserta didik sebagai mitra dalam pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar di kelas. Disisi lain, perlunya penggunaan prinsip-prinsip saling menghargai serta demokratis. Peserta didik akan termotifasi, jika dalam kegiatan pembelajaran diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan tanggapan,saran ataupun ide-ide terhadap materi yang dibawakan guru. Artinya, terdapat hubungan secara timbal balik yang berkesinambungan antara peserta didik dan guru selama proses belajar berlangsung. Namun, hal ini dapat terlaksana bila guru dalam kedudukannya sebagai pemimpin (Leader) dalam kelas mampu memilih metode pengajaran yang dapat memberdayakan serta meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan karateristik anak didik. Berdasarkan observasi awal dan keterangan dari guru Ekonomi SMA Negeri 1 Mananggu menunjukan bahwa ketuntasan siswa hanya mencapai 66,67% sedangkan sesuai tuntutan kurikulum 75 % siswa harus tuntas belajar atau angka ketuntasan untuk masing-masisng siswa minimal 75 keatas. Pada siswa kelas XI IPS di SMA 1 Mananggu jumlah siswa yang mencapai nilai 75 keatas sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 18 orang siswa (66,67 %) dari jumlah keseluruhan yaitu 27 siswa sedangkan 9 orang siswa (33.33 %) dikatakan tidak tuntas. Hal ini terjadi karena dalam penyajian materi-materi pembelajaran Ekonomi guru hanya terpaku pada penggunaan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa lebih cenderung pasif dalam pembelajaran. Perhatian siswa pada materi ajar hanya terjadi pada awal pembelajaran saja. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada sulitnya siswa menguasai materi.

maka solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalah guru perlu menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share atau sering dikenal dengan singkatan TPS dalam pembelajaran Ekonomi. Melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ini, aktivitas siswa akan lebih berperan dalam pembelajaran yang pada akhirnya suasana pembelajaran di kelas akan terjalin secara kondusif dan interaktif. Disarankan demikian, karena Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share akan mengajak guru untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran serta mengharuskan siswa untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran Ekonomi. Oleh karena itu, penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share menuntut guru untuk keratif dan inovatif sehingga gaya mengajarnya mampu menyesuaikan dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Belajar pada hakekatnya merupakan proses alami dan komplek karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang tanpa bisa terlihat secara lahiriah. Hasil dari sebuah proses belajar hanya dapat diketahui dengan adanya perubahan yang dialami oleh siswa. Perubahan-perubahan tersebut ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan dan pemahaman, perubahan tingkah laku, sikap dan perkembangan pola berpikir dari yang bersangkutan. Setiap kegiatan pembelajaran diarahkan pada upaya pencapaian belajar secara maksimal. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat memiliki perubahan tingkah laku dan prestasi secara baik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Purwanto (1990:86) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan. Sejalan dengan hal ini, Dimyati dan Mudjiono (1994:26) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan (prestasi yang dicapai memiliki sejumlah keterampilan ditandai dengan standarisasi nilai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan). Prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan ditandai dengan standarisasi penilaian. Menurut Sudjana (2006: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajajrnya. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku seseorang siswa setelah memperoleh pelajaran hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau huruf. Dalam hal ini Hamalik (1983:56) mengemukakan bahwa hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur hasil belajar menunjukkan kepada idividu sebagai pelakunya, hasil belajar dapat dievaluasi dengan

menggunakan standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pula hasil kegiatan yan dilakukan secara sengaja dan sadar. Menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) hasil belajar adalah kapasitas yang memungkinkan beragam penampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yakni timbulnya pengertian-pengertian baru dari tidak tahu menjadi tahu, terjadinya perubahan sikap, keterampilan baru, dan perkembangan sifat-sifat sosial. Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diinginkan adalah hasil belajar yang maksimal, sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk mencapai hasil belajar tersebut sangat diperlukan kesiapan alat dan bahan mengajar serta mental siswa yang selalu termotivasi dalam menerima materi yang akan dibelajarkan. Hasil belajar akan maksimal jika dimotivasi oleh rasa ingin tahu terhadap materi yang dibelajarkan. Gagne dalam Sudjana (2006: 22) menyebutkan ada 5 kategori hasil belajar, yaitu: a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan motoris. Menurut Bloom dalam Sudjanan (2006: 22-32) taksonomi hasil belajar dibagi dalam tiga kawasan, yaitu: (1) kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi; (2) afektif: penerimaan, pemberian respon, penilaian, penorganisasian, pengkarakterisasian; dan (3) psikomotorik: peniruan, manipulasi, ketepatan, artikulasi, pengalamian. Kalau dihubungkan dengan fokus penelitian ini, tentu yang diharapkan kepada siswa adalah hasil belajar mereka khususnya pada mata pelajaran Ekonomi meningkat atau memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan yang digariskan tujan pendidikan. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan melalui perubahan peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan konsep-konsep dalam menyelesaikan masalah. Menurut Anita Lie (dalam Isjoni, 2009) Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan aktivitas belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student

oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang minder dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, antara lain: (Sanjaya, 2008) 1. Prinsip ketergantungan positif (Positive interdependence) Perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. 2. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountabillity) Setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. 3. Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka, saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda. 4. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (Suprijono, 2009) 1. Penjelasan materi. Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama pada tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (Tim) pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa. 2. Belajar dalam kelompok. Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif learning bersifat heterogen. Heterogen dikelompokan dalam bebrapa bagian antara lain Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. 3. Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan

memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Pengakuan tim. Pengakuan tim (tim recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka Model pembelajaran Think Pair Share ini terdiri atas tahapan-tahapan yaitu tahap berpikir individu, tahap berpasangan, dan tahap berbagi. Setiap tahapan dalam model menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak cenderung pasif. Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kelompok. Dalam model ini guru meminta siswa lainnya mendiskusikan kemudian berbagi dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Paire-Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut: Tahap 1. Thinking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap 2. Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan. Tahap 3. Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan

hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. II. METODE PENULISAN Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mananggu dan siswa yang dikenakan tindakan adalah kelas XI IPS dengan jumlah 27 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Keseluruhan siswa yang dikenakan tindakan merupakan kelas dengan prestasi sedang pada mata pelajaran Ekonomi. Adapun yang menjadi variabel input berupa siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mananggu yang menjadi objek penelitian, guru mata pelajaran Ekonomi, sarana yang mendukung proses pembelajaran, serta kondisi lingkungan sekitar sekolah. Variabel proses dalam penelitian ini adalah menyangkut penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) yang diukur dari daya atau kemampuan guru membimbing siswa dalam mengelola pembelajaran di kelas. Variabel output yang diharapkan adalah hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mananggu, khususnya mata pelajaran Ekonomi khususnya pada materi pasar modal yang diukur dari peningkatan kualitas pembelajaran III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pelaksanaan observasi awal, dapat dilihat kemampuan siswa pada pelajaran ini, sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Data Hasil Belajar (Observasi Awal) Nilai Jumlah Siswa Total Prosentase 6 9 54 33.33 7 7 49 25.93 8 7 56 25.93 9 4 36 14.81 Jumlah 27 195 100

Nilai 75 Keatas 66.67 Daya Serap 72.22 Untuk pengamatan kegiatan guru pada pembelajaran TPS, pada siklus I akumulasi kriteria sangat baik dan baik hanya memperoleh 52,63%. Nilai ini mengalami peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus II menjadi 73,68%. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Pengamatan Aktivitas Guru No. Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%) Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 1 Sangat baik 0 4 0 21.05 2 Baik 10 10 52.63 52.63 3 Cukup 6 5 31.58 26.32 4 Kurang 3 0 15.79 0.00 Jumlah 19 19 100 100 Demikian halnya dengan aktivitas belajar siswa, juga mengalami peningkatan kualitas. Dimana pada pelaksanaan tindakan siklus I bahwa akumulasi kriteria sangat baik dan baik hanya memperoleh 55,56%. Angka ini mengalami peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus II, yakni menjadi 77,77%. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Pengamatan Aktivitas Siswa No Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%) Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 1 Sangat baik 0 3 0 33.33 2 Baik 5 4 55.56 44.44 3 Cukup 3 2 33.33 22.22 4 Kurang 1 0 11.22 0.00 Jumlah 9 9 100 100 Sementara untuk pencapaian hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Ekonomi menggunakan pembelajaran TPS diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Kualitas Pembelajaran Nilai 75 Keatas (%) Daya Serap (%) Siklus I 74.07 74.81 Siklus II 85.19 78.52 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar Ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Mananggu dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini dibuktikan dengan penelitian sebagaimana penjelasan berikut. 1) Kualitas aktivitas guru pada siklus I sebesar 52,63%. Angka ini mengalami peningkatan pada siklus II, yakni menjadi 73,68%. 2) Kualitas belajar siswa pada siklus I hanya memperoleh 55,56%, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,77%. 3) Nilai ketuntasan siswa pada siklus I berjumlah 20 orang (74,07%) dan pada siklus II meningkat menjadi 23 orang (85,19%). Sementara itu, untuk daya serap siswa, pada siklus I mencapai 74,81%, dan pada siklus II meningkat menjadi 78,52%. Kaitannya dengan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengekukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, kiranya pengajaran dengan menggunakan pembelajaran TPS tidak hanya dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi, namun dapat diterapkan ke semua mata pelajaran karena hakekat dari metode ini adalah menghadirkan pengalaman keseharian siswa sebagai materi pembelajaran di kelas. 2. Pemahaman mengenai pengajaran menggunakan TPS diharapkan tidak hanya terbatas pada kerangka teoritisnya, tetapi yang dipelukan adalah bagaimana mengimplementasikan metode tersebut dalam proses pembelajaran secara optimal.

3. Guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekomomi, maka yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah adalah menyediakan fasilitas yang memadai sehubungan dengan sarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran Ekonomi. Guna meningkatkan peran dan fungsi pengajaran Ekonomi, maka diharapkan kepada Dinas Pendidikan Nasional (Provinsi/Kab. Boalemo) serta sekolah-sekolah yang menjadi pilot projet untuk melakukan kegiatan sosialisasi yang utuh dan menyeluruh sehubungan dengan peningkatan kompetensi guru.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktek). Rineka Cipta: Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Gagne, Robert M. 1972. Principles of Instructional Design. Holt Rinehart and Winston: New York. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Press Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita.2004.Cooperative Learning:Mempraktikan Coorperative Learning di Ruang Ruang Kelas.Jakarta : Grasindo Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yunus, Hamjah. 2003. Pedoman Penelitian Skripsi dan Makalah serta Prosedur Pelaksanaannya. Wawasan: Gorontalo