BAB I PENDAHULUAN. ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang. sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi di SMP Aisyiah Muhammadiyah 3 Malang diketahui dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

Wakijo Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Sudjana (2008: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN. (Di SMP Muhammadiyah 14 Boyolali) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak terlepas dari peranan tenaga pendidik, peserta

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

I. PENDAHULUAN. pendidikan sangatlah penting untuk memajukan kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang menjadi tujuan utama Pendidikan di Sekolah Dasar yaitu membaca,

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYIMAK KELAS X DI SMA NEGERI 1 BESUK KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. mencapai tujuan tersebut, tidak selalu cocok pada semua siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

Oleh : MEI FRANCISKA RRA1A109057

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang spesifik. Proses pendidikan itulah yang nanti dinilai sebagai salah satu. titik tolak keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa.

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional (Fathurrohman, 2010:8). Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sementara siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru. Namun, dari perpaduan kedua unsur manusiawi ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang dikehendaki oleh pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) siswa sebagai sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14). Mengacu pada pendapat di atas, keberhasilan dalam pendidikan adalah bagaimana seorang guru dituntut menjadi seorang yang profesional dalam mengajar untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Belajar yang aktif adalah belajar yang membuat siswa beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif dalam pembelajaran. Dalam melakukan proses mengajar, seorang guru tentunya menggunakan metode dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada para siswanya.

2 Namun, penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Fathurrohman, 2010: 59). Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengajar, suatu metode diperlukan oleh setiap guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, dapat juga mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 13). Sutikno (dalam Fathurrohman 2010: 5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara menurut Hakim (dalam Fathurrohman 2010: 6) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lainlain kemampuannya. Belajar merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan seseorang, khususnya bagi para siswa yang beraktivitas di sekolah. Setiap hari para siswa menjalani aktivitas belajar. Belajar merupakan sebuah tuntutan bagi mereka yang diharapkan pada akhirnya akan membawa mereka pada sebuah pengetahuan yang mereka sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Namun, dalam belajar tentunya ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar tersebut yang nantinya

3 akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi : (a) faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor jasmaniah terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar; (b) faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir; (c) faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani tampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahasilkan sesuatu akan hilang. Faktor yang ada di luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang meliputi: (a) faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (b) faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung dan tugas rumah. (c) faktor masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar.

4 Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Besuk yang dilakukan di kelas XC diketahui bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang mudah dan membosankan. Hal tersebut terlihat pada saat pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung, siswa hanya duduk, mendengar, dan sebagian mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Bahkan beberapa siswa yang duduk di bangku belakang terlihat berbicara sendiri dan beberapa siswa juga terlihat mengantuk. Dalam pembelajaran tersebut siswa masih terlihat pasif, interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa kurang maksimal. Menurut guru Bahasa Indonesia kelas XC pada saat menerangkan materi pelajaran, guru masih mengikuti kebiasaan dengan urutan sebagai berikut: (1) guru menerangkan materi kepada siswa (2) guru memberikan contoh yang sudah ada di LKS (3) guru memberikan latihan-latihan soal. Hal ini yang menjadikan materi pelajaran membosankan sehingga menjadikan para siswa malas untuk belajar yang berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh. Guru juga mengaku pernah menggunakan metode kooperatif dalam proses pembelajaran, namun hasilnya kurang memuaskan sebab siswa yang memiliki kemampuan tinggi masih cenderung belajar sendiri dan sulit untuk berbaur dengan anggota kelompoknya. Menurut siswa kelas XC SMA Negeri 1 Besuk, aktivitas pembalajaran yang dimulai dari jam 12.00 siang sudah mambuat mereka tidak bersemangat untuk melaksanakan proses pembelajaran karena sebagian besar kegiatan para siswa selama di luar sekolah adalah bekerja membantu orang tuanya. Sebagian besar para orang tua murid adalah petani. Akibatnya, ketika siswa sudah sampai di

5 sekolah dan akan mengikuti pelajaran, tenaga siswa untuk belajar sudah terkuras untuk membantu orang tuanya selama di luar sekolah. Ditambah lagi dengan metode yang diberikan guru pengajar selama proses pembelajaran juga kurang menarik siswa untuk belajar. Guru hanya menerapkan metode belajar yang monoton, tanpa adanya variasi pembelajaran. Berdasarkan data rata-rata nilai yang diperoleh terdahulu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, nilai yang diperoleh dalam kompetensi menyimak kurang maksimal. Dalam kompetensi ini guru hanya menerangkan materi dan penugasan tanpa adanya proses menyimak secara langsung atau dengan media untuk latihan. Metode yang digunakan guru dalam memberikan materi juga kurang menarik siswa untuk belajar, sehingga antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berkurang dan hal tersebut sangat menpengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Melihat kenyataan yang ada seperti yang terungkap di atas, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Division) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran kooperatif model STAD dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, berinteraksi dengan kelompok (Sakdiyah, 2010: 4). Setiap anggota kelompok akan saling mengajari teman yang dinilai kurang mampu agar ketika dilakukan tes secara individu, anggota kelompok tersebut dapat memperoleh skor yang tinggi dan menyumbangkan skor tersebut kepada kelompoknya.

6 Dengan model pembelajaran permainan yang dikompetisikan, para siswa tidak akan lagi merasa malas dan bosan dalam menerima pelajaran. Semangat mereka akan tumbuh dengan sendirinya sebab mereka akan berusaha semaksimal mungkin berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Semua anggota kelompok harus bekerja sama untuk menjadi yang terbaik dan mendapatkan penghargaan. Dengan model pembelajaran STAD ini diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Metode STAD ini sebelumnya pernah digunakan oleh Sakdiyah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2004 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis puisi Kelas X SMA ZAHA 1 Genggong Probolinggo. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang yaitu, peneliti mencoba metode STAD tersebut dalam meningkatkan hasil belajar pelajaran Bahasa Indonesia pada pembelajaran kompetensi menyimak. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana penggunaan metode kooperatif model STAD (Student Teams Achivement Dision) dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menyimak siswa kelas XC SMA Negeri 1 Besuk Kabupaten Probolinggo?

7 1.3 Tujuan Penelitian Mendeskripsikan penggunaan metode kooperatif model STAD (Student Teams Achivement Dision) dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menyimak siswa kelas XC SMA Negeri 1 Besuk Kabupaten Probolinggo? 1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang model pembelajaran STAD dan penerapannya. b. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat diambil dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif model STAD ini pertama diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi menyimak dan menumbuhkembangkan sikap dan perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif. Kedua memberikan pengalaman dan referensi kepada guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan memberikan solusi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah SMA Negeri 1 Besuk Kabupaten Probolinggo.