BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela dan mendorong kontribusi penerimaan Negara dari sektor UMKM, pemerintah telah menerbitkan PP No. 46 tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Tarif yang dianutnya lebih kecil dari tarif yang sebelumnya yakni 1% dari omset. Peraturan ini berlaku bagi Wajib Pajak Orang pribadi dan / atau Wajib Pajak Badan yang penghasilannya kurang dari 4,8 M, memang peraturan ini ditanggapi secara beragam oleh rakyat Indonesia ada yang pro ada pula yang kontra. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang bersentuhan langsung dengan rakyat. Dibandingkan dengan Usaha Besar (UB) UMKM merupakan usaha yang memiliki efisiensi tinggi yang membuat UMKM mampu bertahan dalam kondisi krisis. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM jumlah UMKM yang ada di Indonesia per akhir 2012 yakni sebesar 56,53 juta unit dan produk domestik bruto memiliki kontribusi yang sangat besar yakni sebesar 59,08 persen. Keberadaan UMKM di Indonesia dengan tingginya sumbangan PDB yang diberikan, bukan berarti tidak memiliki permasalahan. Masalah finansial, sumber daya manusia, dan akses pemasaran merupakan permasalah utama yang dihadapi oleh UMKM saat ini. 1
2 Peraturan Pemerintah mengenai pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan penetapan besaran tarif pajak terhadap penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Pengenaan pajak penghasilan yang bersifat final tersebut ditetapkan dengan berdasarkan pada pertimbangan perlunya kesadaran dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktoral Jenderal Pajak serta memperhatikan perkembangan ekonomi moneter. Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam setoran bulanan PPh Pasal 4 ayat (2) bukan PPh Pasal 25. Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi NTPN, Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi NTPN. Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final (Djalil, 2013). Dalam meningkatkan penerimaan kas negara pemerintah telah melakukan usaha terbaiknya. Dengan mengoptimalkan penerapan PP. No 46 Tahun 2013 Direktoral Jenderal Pajak menggunakan aplikasi E-Billing dimana wajib pajak dapat membayar pajak, melalui teller bank, kantor pos atau melalui Anjungan Tunai Mandiri menggunakan kode billing. Proses yang mudah serta biaya yang rendah diharapkan akan mampu mendorong Wajib Pajak UMKM yang sudah ber
3 NPWP maupun yang belum ber NPWP untuk segera melaksanakan kewajiban perpajakannya (Suryana, 2013). Persepsi biasanya dimengerti sebagai bagaimana informasi yang berasal dari organ yang terstimulasi diproses, termasuk bagaimana informasi tersebut di seleksi, di tata dan di tafsirkan. Pendek kata, persepsi mengacu pada proses dimana informasi di terjemahkan menjadi sesuatu yang bermakna (Matsumoto, 2008). Bashori dan Sari (2014) menunjukan bahwa persepsi atas PP Nomor 46 Tahun 2013 berpengaruh positif terhadap kepatuhan sukarela wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu di KPP Pratama Surabaya Rungkut. Susmiatun dan Kusmuriyanto (2014) menunjukan secara parsial variabel pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan ketegasan sanksi dan keadilan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Secara simultan variabel pengetahuan, ketegasan sanksi dan keadilan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Norsain dan Yasid (2014) menunjukan bahwa perubahan tariff (X1), berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak, kemudahan membayar pajak (X2), berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak, dan sosialisasi PP No 46 tahun 2013 (X3) berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak Penelitian lain yang dilakukan oleh Diatmika (2013) menyatakan bahwa PP No. 46 tahun 2013 lebih memihak pengusaha yang mempunyai peredaran usaha dibawah 4,8 milyar per tahun untuk menerapkan tariff 1 % bersifat final dari pada penerapan tarif umum yang berlaku sebesar 25%.
4 Populasi dalam penelitian ini ialah wajib pajak UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, sedangkan sampel ialah UMKM yang memiliki NPWP, memiliki omset diatas 20.000.000 juta serta UMKM yang termasuk dalam usaha manufaktur. Jumlah UMKM yang cukup banyak, yaitu sekitar 749 yang terdaftar dalam Dinas Koperasi selain itu, penulis ingin mengetahui reaksi dari pada pelaku UMKM yang ada di Kota Malang atas diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 ini. Penelitian ini difokuskan pada persepsi Wajib Pajak UMKM terhadap perubahan tarif dan dasar perhitungan dan kemudahan dikeluarkannya PP No 46 tahun 2013. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Persepsi Wajib Pajak UMKM atas diberlakukannya PP No.46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: Bagaimana persepsi Wajib Pajak UMKM atas diberlakukannya PP No.46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak? 1.3 Tujuan Penelitian ialah: Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini
5 Untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak UMKM atas diberlakukannya PP No.46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak. 1.4 Manfaat penelitian a. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tentang persepsi Wajib Pajak UMKM atas diberlakukannya PP No.46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu b. Bagi Wajib Pajak UMKM Sebagai bahan informasi diberlakukannya PP No.46 Tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.