Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KANDUNGAN UNSUR HARA RENDAH MENGGANGU PERTUMBUHAN TANAMAN PADA SAAT PROSES PEMBUSUKAN MENIMBULKAN BAU YANG SANGAT MENYENGAT

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

Click for the next show

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Pupuk Organik Cair AGRITECH

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

INTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB III STUDI LITERATUR

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

Pemanfaatan Sampah Sayuran Hijau Dan Limbah Cair Urea Sebagai Pupuk Cair

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Transkripsi:

Nasionalisasi Pengolahan Sampah (Zero Waste Concept) dalam Rangka Menyukseskan Indonesia Mandiri Pangan sekaligus Membudayakan Barter Bahan Pangan agar Terjalin Hubungan Rukun Antar Tetangga Wulan Fatimah Rohman 1, Satriya Baskara Putra 2, Adrian Kemal Prastito 3 1 Progam Studi Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1) wulan.fatimah.r@mail.ugm.ac.id, 2) satriya.baskara.p@mail.ugm.ac.id, 3) adrian.kemal.p@mail.ugm.ac.id ABSTRAK Indonesia merupakan negara kepulauan dengan total penduduk 254,9 juta jiwa. Banyaknya jumlah penduduk akan berkorelasi dengan sampah yang dihasilkan tiap harinya. Rata-rata per-orang menghasilkan 1 kg sampah perhari dengan 70% dan 14% dari total sampah berupa sampah organik dan plastik. Namun, sampah yang termanfaatkan hanya 10,28% dari total sampah, sedangkan sisanya dibakar, dipindahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan sebagian berakhir di lautan. Potensi ini apabila dimanfaatkan dengan baik sudah pasti dapat meningkatkan perekonomian daerah, mengurangi volume sampah di TPA, dan menghemat pengeluaran belanja dapur dengan mengolah sampah organik menjadi starter, pupuk, serta biopestisida yang diproses dan disimpan dalam botol bekas. Sehingga kebutuhan perawatan untuk tanaman tidak perlu membeli lagi, pun tanaman yang dihasilkan berkualitas organik. Pengolahannya yang mudah ditunjang dengan mengkampanyekan kembali budaya barter hortikultura, diharapkan dapat mempererat kembali kerukunan warga dan terjalin komunikasi intensif antar tetangga. Secara tidak langsung akan menjadikan Indonesia mandiri pangan karena kebutuhan makanan tiap keluarga sudah tercukupi dan petani tidak konsumtif terhadap pupuk dan pestisida sintetis. Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri 1. PENDAHULUAN Penduduk yang mendiami wilayah perkotaan makin bertambah seiring berjalannya waktu. Pada tahun 2015, total jumlah penduduk di Indonesia adalah 254,9 juta jiwa. Implikasi dari jumlah penduduk yang banyak adalah banyaknya sampah yang dihasilkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), perindividu di Indonesia menghasilkan rata-rata 1 kg sampah perhari dengan 70% dan 14% dari total sampah berupa sampah organik dan plastik. Namun, sampah yang termanfaatkan hanya 10,28% dari total sampah, sedangkan sisanya dibakar, Padahal sampah tersendiri merupakan potensi yang prospektif ke depannya untuk dikembangkan, apalagi untuk menunjang kegiatan pertanian. Posisi geografis Indonesia yang dilalui khatulistiwa sangat ideal untuk melangsungkan kegiatan pertanian. Namun sekarang ini, pergantian musim tidak menentu sehingga menyebabkan hasil panen menurun. Hasilnya berdampak pada kenaikkan harga komoditi di pasaran. Terlebih lagi, penggunaan pupuk dan pestisida kimia (sintetis) menyebabkan buruknya kualitas tanah dan berkurangnya hasil panen. Di sinilah seharusnya masyarakat sadar akan urgensi menanam di 1

lahannya sendiri guna mencukupi kebutuhan dapur sehari-hari dengan makanan yang sehat dari hasil panennya sendiri. Permasalahan tidak hanya sebatas masalah lingkungan dan ketahanan pangan saja tetapi menyentuh ranah sosial juga. Keseharian masyarakat yang cenderung soliter terutama pada sebagian besar masyarakat perkotaan. Hari liburpun menjadi ajang berburu kebutuhan tersier. Dari sinilah tercetus ide untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memadukan pertanian organik rumahan berwawasan lingkungan dan membudayakan kembali sistem barter hortikultura agar terjalin komunikasi intensif antar tetangga sehingga secara tidak langsung akan menjaga stabilitas ketahanan pang nasional. 2. INTEGRATED FARMING WITH ZERO WASTE CONCEPT Gambar 1. Permasalahan Limbah dan Penanganannya dengan Konsep Zero Waste Untuk Program Integrated Farming Yang Berkelanjutan 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Selama perawatan tanaman hortikultura, digunakan pupuk organik dan biopestisida yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik. Sampah atau limbah organik tersebut bisa diproduksi dari limbah dapur, dedaunan dan kotoran hewan melalui proses fermentasi menggunakan EM4 dan tetes tebu. Lama proses fermentasi sekitar 1-2 minggu. EM4 yang biasanya tersedia di toko pertanian dapat diproduksi sendiri oleh masyarakat dengan bahan dasar sampah organik busuk atau lebih dikenal dengan MOL (Mikroorganisme Lokal). Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergilus nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik (Suhastyo, 2011). Cara pembuatannya dapat dicermati pada Gambar 2. 2

Gambar 2. Cara Pembuatan MOL (Dok. Pribadi) 2.2 Pupuk Organik Pupuk organik merupakan pupuk yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Seperti juga humus, pupuk organik berperan untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman. Setidaknya ada empat manfaat, yakni sebagai sumber nutrisi, memperbaiki struktur fisik tanah, memperbaiki kimia tanah, meningkatkan daya simpan air dan meningkatkan aktivitas biologi tanah (Simanungkalit dkk., 2006). Gambar 3. Cara Pembuatan POC Rasa-Rasa (Dok. Pribadi) 3

Dilihat dari kandungannya, pupuk organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap baik makro maupun mikro. Namun takarannya sedikit dan komposisinya tidak pasti. Setiap pupuk organik mempunyai kandungan nutrisi dengan komposisi yang berbeda-beda. Sedangkan pupuk kimia sintetis hanya memiliki beberapa kandungan nutrisi saja, namun jumlahnya banyak dan komposisinya pasti. Misalnya, urea banyak mengandung unsur nitrogen (N) dalam jumlah yang banyak tapi tidak memiliki zat nutrisi lainnya. Berikut ini merupakan gambaran langkah pembuatan pupuk organik cair (POC) rasa-rasa karena dibuat dari bahan kulit buah yang mempunyai ciri khas pada warnaannya. 2.3 Biopestisida Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan. Sama halnya dengan pupuk organik, biopestisida juga berbahan dasar tumbuhan, tetapi spesifik pada tumbuhan yang memiliki rasa dan aroma yang khas. Jenis tanaman yang bisa digunakan antara lain, cabe, jahe, kunir, gadung, daun pepaya, daun srikaya, lengkuas, dan lain-lain. Karena terbuat dari bahan alami maka biopestisida ini bersifat mudah terurai di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu pestisida. Keunggulan biopestisida inilah yang menyebabkan tanaman aman jika dikonsumsi. Biopestisida dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu (Kardinan, 2002): a) Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa b) Menghambat pergantian kulit c) Menghambat reproduksi serangga betina d) Mengurangi nafsu makan e) Memblokir kemampuan makan serangga f) Mengusir serangga (Repellent) g) Menghambat perkembangan patogen penyakit Dari sisi lingkungan dan ekosistem, pupuk organik dan biopestisida dapat memicu perkembangan organisme tanah. Tanah yang kaya akan organisme sanggup memberikan nutrisi secara berkelanjutan. Karena aktivitas organisme tanah akan menguraikan sejumlah nutrisi penting bagi tanaman. Sedangkan pestisida dan pupuk kimia sintetis malah membunuh organisme tanah. Sehingga untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman selalu diperlukan penambahan pupuk dalam jumlah yang terus meningkat. 2.4 Vertikultur Vertikultur adalah pola bercocok tanam secara vertikal. Tujuan utama vertikultur adalah memberikan solusi pemanfaatan pekarangan rumah seoptimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Sistem tanam vertikultur sangat cocok diterapkan khususnya bagi masyarakat yang memiliki lahan sempit. Vertikultur juga dapat diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat atau bahkan pada pemungkiman di daerah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dalam sistem vertikultur botol plastik bekas, botol dirangkai sampai 3 tingkat botol dengan 3-6 bibit setiap botol. Sehingga untuk 10 rangkaian dapat memuat 30 botol dengan jumlah bibit mencapai 90-180 buah. Vertikultur ini cocok untuk pola menanam bertingkat pada sayuran petik seperti: 4

selada, bayam, kangkung, sawi, dan lain-lain. Media botol plastik cocok untuk sayuran petik karena tumbuhan sayuran petik tidak memerlukan nutrisi dan air yang banyak, ditambah lagi masa panen yang rata -rata maksimum hanya 1 bulan. 2.5 Aktif Pasif Hidroponik Hidroponik adalah cara budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai pengganti tanah dan menekankan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Bahan yang digunakan adalah botol plastik bekas dan pompa. Hidroponik yang digunakan memiliki dua sistem, yaitu aktif dan pasif. Listrik tidak harus dinyalakan selama 24 jam sehingga dapat menghemat pemakaian listrik. Tanaman yang ditanam pada sistem hidroponik adalah jenis sayur petik seperti halnya vertikultur botol plastik. Keuntungan dari bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik adalah tidak memerlukan tanah sebagai media tanam, memberikan nilai seni dan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat. Gambar 4. Cara Pembuatan Pasif Aktif Hidroponik (Dok. Pribadi) 5

Gambar 5. Cara Pembuatan Vertikultur Botol Plastik Bekas (Dok. Pribadi) 6

3. PENETRASI PROGRAM Gambar 6. Target dan Gambaran Realisasi Program 7

4. ANALISIS SWOT Gambar 7. Analisis SWOT Program 8

5. KESIMPULAN Zero waste concept merupakan solusi efektif pengolahan sampah secara mandiri untuk kegiatan penanaman tanaman organik di pekarangan rumah. Adanya jenis bahan pangan yang berbeda antar tetangga akan mendorong barter saat panen, sehingga turut membantu mempererat kerukunan. Tidak hanya itu, jika terealisasi maka akan memperkuat ketahanan pangan Indonesia karena sebagian kebutuhan makanan tiap keluarga sudah tercukupi dan petani tidak ketergantungan lagi pada kebutuhan pupuk dan pestisida sintetis. 6. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Perlakuan Memilah Sampah Mudah Membusuk dan Tidak Mudah Membusuk 2013. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_su byek=152&notab=8 (diakses tanggal 15 Agustus 2016) Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati. Balai Pustaka. Jakarta. Simanungkalit, R. D. M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer And Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 9