ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES UPDATED 25 30 Mei 2009 Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10340, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id
Latar belakang Pemilu adalah mekanisme demokratis untuk menjawab masalahmasalah yang dirasakan paling mendesak oleh pemilih dalam lima tahun ke depan oleh pemenang pemilu lewat serangkaian kebijakan-kebijakan publik yang terkait dengan masalah-masalah tersebut. Karena itu bila calon presiden tidak menyentuh isu-isu mendesak tersebut sebagaimana dirasakan oleh pemilih maka calon tersebut tersesat, dan pemilu tidak berguna. Karena itu mengetahui apa kata pemilih tentang isu-isu paling mendesak untuk diatasi pemerintah dalam 5 tahun ke depan menjadi penting, bukan saja untuk memenuhi kriteria responsiveness elite pada massa, tapi juga untuk menarik massa pemilih itu sendiri. 2
LANJUTAN Karena itu pula positioning isu dan positioning citra capres bagi setiap calon presiden menjadi sangat krusial. Bagaimana pemilih memposisikan citra yang seharusnya atau kriteria yang harus dimiliki oleh masing-masing pasangan caprescawapres? Seberapa dekat positioning isu dan posisitiong citra capres dimiliki atau diangkat oleh masing-masing tim sukses capres? Seberapa kuat positioning citra oleh JK-Win sebagai pasangan Nusantara atau Lebiih Cepat Lebih Baik di mata pemilih? Atau citra terselubung bahwa pasangan JK-Win sebagai pasangan yang lebih mewakili umat Islam? Bagaimana dengan citra lebih berani, lebih tegas untuk kemandirian bangsa. Di mata pemilih pasangan capres mana yang kuat positioning citranya? Kemudian apa kaitan posisitioning citra ini dengan peluang memenangkan pemilu? Untuk sementara siapa yang punya peluang paling kuat untuk menang? 3
KONSEP DAN PENGUKURAN Isu prioritas: Pertanyaan terbuka: Menurut ibu/bapak masalah apa yang paling mendesak pertama yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam lima tahun ke depan? Pertanyaan tertutup dengan disodorkan 16 isu, dan diberikan secara random sekaligus lewat dropped card, dan responden ditanya: dari masalah-masalah yang tertulis di hadapan ibu/bapak ini coba tunjuk satu masalah utama dan pertama yang harus diatasi oleh pemerintah dalam 5 tahun ke depan? 4
16 isu prioritas yang ditawarkan dan diminta menunjukan prioritas pertama, kedua, sampai kelima. Listrik kurang, kalaupun ada kurang terjangkau. Jalan-jalan raya rusak. Transportasi umum sperti kereta dan bus antar kota buruk. Harga-harga kebutuhan pokok (sembako) kurang terjangkau. Pendidikan masih kurang terjangkau, dan kalaupun terjangkau mutunya masih kurang baik. Biaya kesehatan masih mahal, kalau murah pelayanan dan obatnya kurang baik. Sulit mencari kerja. Korupsi di pemerintahan. Perpecahan dan pertentangan yang melemahkan persatuan bangsa. Kamanan dan ketertiban. Pelayanan kantor pemerintah pada umumnya pada kebutuhan masyarakat lambat. Pembangunan antar daerah yang tidak merata. Penduduk terlalu banyak. Perempuan kurang diperlakukan setara dengan laki-laki. Perbedaan kaya-miskin masih besar. Petani, buruh, nelayan, pedagang kaki lima kurang diperhatikan. 5
Lanjutan Dimensi-dimensi kualitas pasangan: kompetensi (mampu memimpin dalam mengatasi masalah-masalah mendesak yang dihadapi bangsa), integrity (jujur, dapat dipercaya, sama antara ucapan dan perbuatan, dan bersih dari korupsi), empaty (perhatian pada rakyat), representasi pembelahan sosial (agama: presiden tokoh Islam, wakil bukan atau sebaliknya; daerah: presiden dari Jawa wakil dari luar jawa atau sebaliknya; purnawirawan-sipil: presiden purnawirawan, wakil bukan purnawirawan atau sebaliknya; politisiteknokrat: berasal dari partai atau orang partai), ketegasan dan kecepatan dalam memutusan (getting done) (cepat dan tegas dalam mengambil keputusan). 6
Lanjutan Integitas: Seberapa bisa dipercaya, jujur, dan bersih dari korupsi pasangan capres-cawapres (skala 1-10) Kompetensi: Seberapa mampu atau seberapa tidak mampu pasangan capres-cawapres untuk memimpin mengatasi masalah-masalah mendesak yang sedang dihadapi bangsa (skala 1-10). Akseptabilitas: Seberapa suka atau seberapa tidak suka dengan pasangan caprs-cawapres (skala 1-10) 7
Lanjutan Kedaerahan: Jawa vs Luar Jawa Agama: Islam vs non-islam; intensitas menjaankan shallat fardu; NU dan Muhammadiyah; santri vs abangan. 8
METODOLOGI Survei opini publik nasional dengan populasi: semua penduduk Indonesia yang punya hak pilih. Sampel: Sampel asal sebanyak 3000 dipilih dengan teknik multistage random sampling. Sampel yang berhasil dan bisa dianalisis 2999. Dengan jumlah sampel ini, dengan asumsi simple random sampling, margin of error sebesar +/-1,8% pada tingkat kepercayaan 95%. Wawancara dilakukan tatap muka. Kontrol kualitas: 50% dimonitor dan diverifikasi lewat telpon; dan 20% dengan spot check. Waktu wawancara lapangan 25-30 Mei 2009. 9
Validasi Sample
PROFILE DEMOGRAFI RESPONDEN KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN LAKI-LAKI 50.0 50.0 <=SD 58.0 60.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 SLTP 16.0 19.0 DESA-KOTA SLTA 19.0 18.0 DESA 59.0 59.0 Universitas 7.0 4.0 KOTA 41.0 41.0 AGAMA PENDAPATAN Islam 87.5 87.0 <400 ribu 38.0 42.0 Kristen 9.6 10.0 400-999 ribu 35.3 38.0 Hindu 1.8 2.0 >=1juta 26.7 20.0 Lainnya 1.1 1 ETNIS Jawa 41.1 41.6 Sunda 16.6 15.4 Melayu 4.6 3.4 Madura 5.0 3.4 Bugis 2.3 2.5 Betawi 1.9 2.5 Minang 2.7 2.7 Lainnya 23.6 28.5 11
DEMOGRAFI NASIONAL KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.8 1.9 BALI 1.4 1.5 SUMUT 5.5 5.3 NTB 1.8 2.0 SUMBAR 2.3 2.1 NTT 1.8 2.0 RIAU 2.3 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.4 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMSEL 3.2 3.2 KALSEL 1.4 1.5 BENGKULU 0.9 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.2 3.4 SULUT 0.9 1.0 BABEL 0.5 0.5 SULTENG 0.9 1.1 KEPRI 0.5 0.6 SULSEL 3.6 3.5 DKI 3.6 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JABAR 17.3 17.4 GORONTALO 0.5 0.4 JATENG 15.0 15.2 SULBAR 0.5 0.5 DIY 1.8 1.6 MALUKU 0.5 0.6 JATIM 16.8 16.7 MALUKU UTARA 0.5 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 0.9 0.9 IRJABAR 0.3 0.3 12
TEMUAN
ISU-ISU PALING MENDESAK
Jawaban spontan: Masalah-masalah mendesak yang harus menjadi prioritas pertama pemerintah dalam lima tahun ke depan (%) 1 6 11 16 21 26 31 36 41 Krisis ekonomi Sembako Pengangguran Korupsi/KKN Pendidikan Kemiskinan petani,buruh Jalan-jalan rusak kesehatan keamanan listrik 6.3 6.1 5.4 4.8 4.6 2.2 1.9 1 10.2 9.8 34.5 15
Lima masalah utama yang harus mendapat perhatian pemerintah lima tahun ke depan (%) 30 25 24 20 15 10 17 15 13 12 12 12 12 11 10 10 10 9 8 7 9 12 11 9 9 9 8 8 7 8 Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima 5 0 Sembako lapangan kerja Petani, buruh, nelayan, kaki lima Pendidikan Korupsi 16
TEMUAN Isu-isu yang paling krusial berkaitan dengan ekonomi dan kesejahteraan sosial, dan korupsi. Dan kemudian bagaimana strategi atau know how untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Ini berkaitan dengan kompetensi dan integrity pasangan. Siapa yang dianggap kompeten dan punya integritas untuk memberantas korupsi. Fokus harus ke pemerintahan yang bersih untuk kesejahteraan rakyat. Bukan isu-isu lain seperti kedaerahan atau agama, atau masalah politik selain tata pemerintahan yang bersih. Untuk itu perlu juga melihat kriteria utama menurut pemilih yang harus dimiliki oleh pasangan calon. 17
POSITIONING CITRA CALON
Kriteria pertama dan kedua yang harus dimiliki pasangan capres-cawapres (%) 0 10 20 30 40 50 Integritas 40 Empati Kompeten 20 22 Cepat 7 Mewakili variasi agama kombinasi latar belakang sipil-militer Mewakili variasi daerah Dari partai 3 3 2 2 19
LANJUTAN Untuk memecahkan masalah-masalah mendesak tersebut, di mata pemilih pasangan harus punya integritas, punya empati, dan punya kompetensi. Kriteria lebih cepat lebih baik, atau pasangan nusantara yang mencerminkan variasi Jawa-Luar Jawa, atau mencerminkan keterwakilan partai, dan keterwakilan variasi kegamaan, di mata pemilih tidak atau kurang penting. Kriteria-kriteria ini di luar harapan pemilih. Di antara pasangan capres-cawapres, pasangan mana yang paling mendekati kriteria integritas, empati, dan kompetensi tersebut? 20
Pasangan yang paling mendekati kriteria paling penting tersebut (semua kriterai) (%) 80 70 71 60 50 40 30 20 10 16 8 5 0 SBY-Boediono Mega-Prabowo JK-Wiranto Tidak tahu 21
Pasangan yang paling mendekati kriteria (%) 80 75737574 70 60 50 40 30 Integritas Empati Kompeten Tegas dan cepat 20 10 18 14 1514 6 6 6 9 4 3 4 3 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Tidak tahu 22
TEMUAN Kriteria utama yang harus dimiliki pasangan calon di mata pemilih adalah integritas pasangan: bisa dipercaya, jujur, sama antara ucapan dan tindakan, atau bersih dari korupsi. Setelah itu adalah empati: perhatian pada apa yang dirasakan atau dialami oleh rakyat. Kemudian, kompetensi: mampu memimpin untuk mengatasi masalah-masalah mendesak yang sedang dihadapi bangsa. Total dari yang memilih tiga kriteria ini 80%. Sementara yang menyebut lebih cepat relatif kecil, 7%. Lebih keci lagi adalah kriteria representasi keragaman agama dan keberagamaan (3%), keragaman kedaerahan (2%), keragaman sipil-sipil purnawirawan (3%), dan orang partai (1%). 23
LANJUTAN Positioning citra pasangan yang terbaik harus berkaitan dengan integritas seperti bisa dipercaya, amanah, atau bersih dari korupsi. Setelah itu empati: peduli atau perhatian pada rakyat. Kemudian, kompeten: mampu memimpin untuk mengatasi masalah. Kalaupun harus lebih cepat tidak boleh bertabrakan dengan tiga kriteria tersebut. Representasi agama, kedaerahan, dan partai, tidak dilihat sebagai kriteria penting dan utama oleh pemilih pada umumnya. Positioning citra pasangan nusantara, atau lebih cepat lebih baik kurang bersarang di hati pemilih. Pasangan harus mencerminkan keragaman keagamaan, yang sempat menjadi polemik, tidak punya basis di tingkat massa pemilih. 24
LANJUTAN Sebanyak 71% calon pemilih menyebut pasangan SBY-Boediono yang paling mendekati kriteria-kriteria tersebut. Sementara Mega- Prabowo disebut oleh 16%, dan JK-Wiranto 6%. Selebihnya menyatakan tidak tahu. Ketika dianalisis secara lebih rinci pada empat kriteria utama yang harus dimiliki oleh capres-cawapres, pemilih menyebut menyebut SBY-Boediono yang paling punya integritas sebesar 75%, paling punya empati 73%, paling punya kompetensi 75%, dan paling cepat dalam mengambil keputusan 74%. Sementara Mega-Prabowo di angka rata-rata sekitar 14%, dan JK- Wiranto 6% untuk rata-rata empat kategori tersebut. Yang menarik meskipun JK-Wiranto punya slogan lebih cepat lebih baik ternyata label itu di mata pemilih milik SBY-Boediono. Apa kemudian efek dari persepsi atas citra tersebut bagi pilihan atas capres-cawapres? 25
Pilihan terhadap Capres-Cawapres
Jika pemilihan presiden diadakan sekarang ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut sebagai presiden? (%) 71 16.4 6 6.6 SBY Mega JK Belum tahu 27
Trend sikap elektoral pada SBY, Mega, dan JK (%) 81 71 75 73 71 61 59 60 60 51 41 31 SBY Mega JK 21 11 1 21 22 19 19 16 16 8 5 6 6 3 4 15 mar'09 1 aprl' 09 9' aprl 09 27 aprl'09 3'mei 09 30'mei 09 Selebihnya menyatakan belum tahu 28
Pilihan pada pasangan calon (%) 91 81 71 61 51 41 31 21 11 1 70 70 21 18 3 7 6 5 3 mei' 09 30' mei 09 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu Dalam survei 3 Mei 09, pasangan JK adalah Endiartono Sutarto. JK-Win lebih mengganggu Mega-Pro. 29
TEMUAN Konsisten dengan proporsi pasangan calon yang memenuhi kriteria-kriteria di atas SBY atau pasangan SBY-Boediono paling banyak dipilih bila pemilu dilakukan waktu survei ini dilakukan. SBY dipilih oleh 70%, Mega 17% dan JK 6%. Keunggulan SBY di atas 50% ini terjadi sejak Maret 2009, dan menguat sejak hasil pemilu legislatif diketahui secara luas. Ada band-wagon effect pada SBY akibat dari keunggulan Demokrat dalam pemilu legislatif 9 April 2009. Effect itu masih bertahan. Bila hilang, dukungan pada SBY kemungkinan akan kembali ke posisi sebeleum pemilu legislatif (60%), kecuali ada effect pengganti, misalnya keunggulan dalam mobilisasi pemilih. Keunggulan SBY atas Mega dan JK tidak berbeda secara berarti ketika ketiganya berpasangan: SBY-Boediono 70%, Mega-Prabowo 18%, dan JK-Wiranto 7%. Calon wakil tidak mengurangi ataupun menambah suara secara berarti. JK-Win mengalami kenaikan dari 3% ke 7% dalam sebulan terakhir, dan yang terganggu oleh kenaikan ini untuk sementara adalah Mega-Pro, bukan SBY- Boediono. 30
PENGARUH AGAMA DAN KEDAERAHAN
ASUMSI-ASUMSI Muncul opini bahwa pasangan SBY-Boediono kurang mewakili variasi Santri-Abangan, Jawa-non-Jawa, Pulau- Jawa-pulau selainnya. Apakah cara berpikir pemilih demikian? Agama: Islam vs non-islam Keberagamaan Islam: intensitas melaksanakan ritual wajib (salat, puasa) dan pengakuan diri Santri atau Abangan. 32
Agama: Distribusi pemilih menurut agama pada pilihan pasangan calon presiden (%) 25-30 Mei 09 80 70 7071 60 50 40 30 20 10 47 1816 37 7 7 6 6 3 13 Semua sampel Muslim non-muslim 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu 33
Agama: Distribusi Muslim yang teratur menjalankan shalat lima waktu pada pilihan capres-cawapres (%) 25-30 Mei 09 80 70 60 70 72 50 40 30 20 10 18 15 7 8 6 5 Semua sampel shalat 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu 34
Agama: Distribusi Muslim yang teratur menjalankan puasa ramadan pada pilihan capres-cawapres (%) 25-30 Mei 09 80 70 60 70 70 50 40 30 20 10 18 16 7 9 6 5 Semua sampel puasa 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu 35
Tipologi Muslim: Distribusi Santri dan Abangan pada pilihan capres-cawapres (%) 25-30 Mei 09 80 70 70 7371 60 50 40 30 20 10 18 19 15 7 7 6 6 5 4 Semua sampel Santri Abangan 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu 36
Tipologi Muslim: Distribusi Santri dan Abangan pada pilihan capres-cawapres di etnik Jawa (%) 25-30 Mei 09 80 70 60 50 40 30 20 10 67 70 62 27 2018 5 8 6 7 4 7 Semua sampel etnik Jawa Santri Abangan 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK- Wiranto Belum tahu 37
TEMUAN Perbedaan agama tidak punya pengaruh besar pada pilihan atas pasangan calon presiden. SBY-Boediono didukung oleh mayoritas Muslim secara proporsional, tapi underrepresnatif dari pemilih non-muslim (d bawah 70%, bahkan di bawah 50%). Sebaliknya non-muslim overrepresentatif untuk Mega-Pro (di atas 18%). Pemilih Muslim sedikit yang memberikan suara mereka pada pasangan JK-Wiranto walapun sekelompok elite menganggap pasangan ini lebih mewakili kepentingan umat. 38
TEMUAN Dilihat dari semua kategori relijiositas Muslim, pemilih dari kategori Muslim yang taat atau santri sedikit overrepresentatif pada SBY- Boediono. Tidak ada persoalan keberagamaan pada SBY-Boediono di mata pemilih, sebab pemilih yang taat terhadap perintah agama sama, dan bahkan lebih banyak dari proporsi pemilih SBY-Boed secara keseluruhan (70% berbanding 72%). Bahkan di kelompok Etnik Jawa yang mengaku Abangan kurang banyak yang memilih SBY-Boediono, atau kurang representatif (67% berbanding 62%). Sebaliknya pemilih Mega-Pro proporsi santrinya kurang, dan abangannya kebanyakan. 39
Suku bangsa: Distribusi pemilih menurut suku bangsa pada pilihan pasangan calon presiden (%) 25-30 Mei 09 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 70 67 81 69 SBY- Boediono 1820 17 13 Mega- Prabowo 11 7 9 5 4 6 2 4 JK-Wiranto Belum tahu Semua sampel Jawa Sunda Lainnya 40
Wilayah: Distribusi pemilih menurut wilayah pada pilihan pasangan calon presiden-wakil presiden (%) 25-30 Mei 09 80 70 706971 60 50 40 30 20 10 1819 15 11 7 4 5 7 4 Semua sampel Pulau Jawa-Bali Selainnya 0 SBY- Boediono Mega- Prabowo JK-Wiranto Belum tahu 41
TEMUAN Suku-bangsa dan kedaerahan tidak punya pengaruh berarti terhadap perilaku memilih calon presiden-wakil presiden. SBY-Yudhoyono dominan di kelompok suku-bangsa Jawa, Sunda, dan lainnya. Juga di wilayah Jawa-Bali maupun wilayah lainnya. Slogan Jawa-luar Jawa pasangan Nusantara lebih terlihat pada SBY-Boediono dibanding JK-Wiranto. 42
KESIMPULAN Dalam demokrasi, dan terutama menjelang pemilu, menyerap isu-isu yang dirasakan oleh pemilih merupakan tuntutan strategis untuk mampu menarik pemilih dan untuk membuat program-program dan langkah-langkah untuk mencapai program itu. Kalau digali dari pemilih, masalah utama yang harus mendapat perhatian adalah ekonomi. Pemilih masih melihat krisis ekonomi yang terjadi sejak 1998 belum berlalu, dan sekarang ditimpa lagi oleh krisis keuangan global. Capres harus berfokus ke situ. Terkait dengan itu adalah isu bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat untuk kebutuhan pokok (Sembako), lapangan kerja, kondisi ekonomi petani dan buruh, pendidikan yang terjangkau, dan pemerintahan yang bersih. Tidak ada isu sara seperti agama dan kedaerahan. Slogan pasangan nusantara merupakan positioning citra yang tidak pas. 43
Lanjutan Dalam banyak hal ketiga pasangan punya perhatian kepada masalahmasalah yang dirasakan masyarakat. Masalahnya siapa yang dinilai lebih kompeten, lebih punya integritas, lebih punya empati? Untuk sementara pasangan SBY-Boediono dinilai pemilih paling mendekati dengan kriteria-kriteria utama tersebut. Lebih cepat lebih baik tidak menjadi kriteria utama yang dipikirkan oleh umumnya pemilih, jauh di bawah slogan bersih dari korupsi, empati, dan kompetensi. Bagi sebagian masyarakat lebih cepat lebih baik bisa dimaknai tidak tertib, grasa-grusu, kurang sabar, dan loncat pagar. Perasaan politik massa alon alon asal kelakon mungkin lebih kuat dari pada cepat-cepat. Ini budaya yang bisa menghambat kemajuan, tapi kampanye dan pemilu yang hanya beberapa hari tidak mungkin dapat merubah budaya. Positioning citra yang tepat adalah mendengarkan apa perasaan pemilih pada umumnya, bukan mengubah perasaan mereka. 44