HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PINGGANG MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

HUBUNGAN TEKNIK PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWI FK USU

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN SERAT, INDEKS MASSA TUBUH, DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PEGAWAI DINAS

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Medika Prasetya 1, Fadil Oenzil 2, Yerizal Karani 3

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA POLISI LAKI-LAKI DI PURWOREJO, JAWA TENGAH

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

Hubungan Derajat Obesitas dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat di Kelurahan Batung Taba dan Kelurahan Korong Gadang, Kota Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

Skripsi ini telah diuji pada dan dinilai oleh panitia penguji pada. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tanggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI LEMAK VISERAL. (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Undip) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER KEGEMUKAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUMBER, KABUPATEN CIREBON

HUBUNGAN OLAHRAGA DAN AKTIVITAS HARIAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012 DAN

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH SISWA LATE ADOLESCENES

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PINGGANG MAHASISWA Susiana Candrawati Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT At the moment, chronic disease have become the highest cause for morbidity and mortality in the world. One of the risk factors for chronic disease to develop is low physical activity. Obesity, which is determined by body mass index (BMI) and excessive waist circumference may be risk to cardiovasculear disease, one of chronic disease. The aim of this study was to know the association between physical activity level with BMI and waist circumference in third year medical students at University of Indonesia. The research subjects were between 19 25 years of age and filled out a physical activity questionnarre (RISKESDAS 2007) to define the level of their physical activity. From 36 subjects, 12 in the low physical activity level group, 12 in the moderate physical activity level group, and 12 in the high physical activity level group were randomly selected for measurement of BMI and waist circumference. Physical activity levels were not associated with BMI (p=0,889). Physical activity levels were not associated with waist circumference (p=1,000). Keyword : physical activity, body mass index, waist circumference PENDAHULUAN Kemajuan teknologi modern saat ini berdampak positif dan negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif banyak kegiatan menjadi lebih mudah dan singkat, sedangkan dilihat dari dampak negatif orang menjadi malas bergerak. Sebagai contoh adalah penggunaan lift menyebabkan orang malas naik tangga, penggunaan remote televisi memungkinkan orang mengganti saluran televisi tanpa berpindah dari tempat duduk, dan masih banyak lagi contoh lain yang menggambarkan kemajuan teknologi kurang memberikan kesempatan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu faktor risiko penyakit kronik terutama penyakit kardiovaskuler, penyakit serebrovaskuler dan Diabetes Mellitus tipe 2 (Al - Maskari, 2011). Saat ini penyakit kronik tersebut merupakan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2005 menyebutkan bahwa 61% kematian disebabkan oleh karena penyakit kronik. Diperkirakan pada tahun 2030 jumlahnya dapat meningkat sampai 70% karena gaya hidup yang tidak sehat (Al - Maskari, 2011). Berbagai penelitian membuktikan bahwa penyakit kronik berkaitan erat dengan obesitas. American Heart Association menyatakan bahwa gaya hidup tidak aktif merupakan faktor risiko 112

utama penyakit jantung koroner. Sementara gaya hidup tidak aktif atau tingkat aktivitas yang rendah merupakan salah satu faktor utama terjadinya obesitas, selain faktor asupan kalori yang berlebihan (Levine & Miller, 2007). Singh (1999) juga mengemukakan bahwa prosentase lemak viseral dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator faktor risiko penyakit jantung koroner. Prosentase lemak viseral dapat diprediksi dari lingkar pinggang. Karena itu sebagai upaya prevensi dan promosi terhadap masalah kesehatan, terutama terhadap penyakit jantung koroner, pemantauan ukuran lingkar pinggang dan IMT perlu dilakukan secara berkala. US Health and Human Services merekomendasikan latihan fisik dengan intensitas sedang 150 menit dalam seminggu, dengan rata rata 30 menit sehari selama lima hari per minggu. Rekomendasi tersebut dikeluarkan sebagai upaya prevensi dan promosi kesehatan (US Department of Health & Human Services, 2008). Rekomendasi yang sama juga dikeluarkan oleh American Heart Association dengan tujuan mengurangi risiko terhadap penyakit jantung koroner (AHA Scientifis Position, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 memperlihatkan bahwa 48,2% penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila kegiatan dilakukan terus menerus minimal 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit dalam satu minggu (Depkes RI, 2008). Sepanjang hidupnya, manusia memiliki tingkat aktivitas fisik yang berbeda beda. Departemen kesehatan Republik Indonesia (2008) dalam RISKESDAS 2007 mendapatkan hasil bahwa usia remaja beranjak dewasa memiliki variasi yang besar pada tingkat aktivitas fisik. Periode usia ini berada pada rentang 19 25 tahun, sesuai dengan usia mahasiswa tingkat III Program Pendidikan Dokter Umum (PPDU) Fakultas kedokteran Universitas Indonesia sehingga pada penelitian ini ingin diketahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan lingkar pinggang dan IMT mahasiswa tingkat III PPDU FK UI. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode potong lintang untuk melihat hubungan tingkat aktivitas fisik dengan lingkar pinggang dan IMT. Variabel bebas terdiri dari tingkat aktivitas fisik. Variabel tergantung terdiri dari : lingkar pinggang dan IMT. Data tingkat aktivitas fisik diambil menggunakan kuesioner tingkat aktivitas fisik RISKESDAS 2007. Tingkat aktivitas fisik dikelompokkan menjadi: tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Data lingkar pinggang diambil dengan pengukuran menggunakan pita pengukur pada pertengahan antara tulang rusuk paling bawah dan krista iliaka. Lingkar pinggang dikelompokkan menjadi: berisiko dan tidak berisiko. Data IMT diambil dengan pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) kemudian dihitung menggunakan rumus BB(kg) / TB 2 (m 2 ). IMT dikelompokkan menjadi: underweight, normal, overweight, obesitas I dan obesitas II. Populasi target dan terjangkau penelitian adalah mahasiswa tingkat III PPDU FKUI. Besar sampel untuk tiap kelompok sebesar 10 orang, ditambah 20% maka menjadi 12 113

orang tiap kelompok tingkat aktivitas fisik sehingga keseluruhan menjadi 36 orang. Sampel diambil dengan metode stratified random sampling. Data diolah menggunakan perangkat Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 11,5 dan disajikan dalam bentuk tekstular, tabuler dan grafikal. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan IMT menggunakan uji parametrik Chi-square dengan alternatif uji Fisher bila syarat uji parametrik tidak terpenuhi. Demikian pula dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan lingkar pinggang menggunakan uji parametrik Chi-square dengan alternatif uji Fisher bila syarat uji parametrik tidak terpenuhi. HASIL DAN BAHASAN Karakteristik Subyek Penelitian Populasi mahasiswa tingkat III PPDU FKUI adalah 172 mahasiswa, sedangkan jumlah sampel yang diperlukan dan sudah ikut dalam penelitian adalah 36 orang yang terdiri dari 12 orang kelompok tingkat aktivitas fisik rendah, 12 orang kelompok tingkat aktivitas fisik sedang dan 12 orang kelompok tingkat aktivitas fisik tinggi. Subyek terdiri dari 15 laki laki (41,7%) dan 21 perempuan (58,3%). Analisis statistik menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov menunjukkan distribusi normal untuk variabel IMT (p=0,101) dan lingkar pinggang (p=0,137). Berdasarkan Tabel 1, subyek penelitian mempunyai median umur 20 tahun dengan rentang umur 19 21 tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) rata rata subyek penelitian adalah 21,3 ± 2,1 kg/m 2. Lingkar pinggang rata rata seluruh subyek adalah 71,75 ± 7,9 cm, dengan rata rata untuk laki laki 76,53±6,52cm dan perempuan 68,3 ± 7,15 cm. Tabel 1. Distribusi Subyek menurut Usia, IMT dan Lingkar Pinggang Variabel Mean ± SD Median Minimal - Maksimal Usia 19,75 ± 0,73 20 19 21 IMT 21,3 ± 2,1 21,01 17,11 25,78 Lingkar pinggang - Laki laki - Perempuan 71,75 ± 7,9 76,53 ± 6,52 68,3 ± 7,15 69,5 76 67 58 94 63 85 58-94 Berdasarkan klasifikasi IMT Asia Pasifik (WHO), 75% subyek penelitian termasuk ke dalam IMT normal dan tidak ada subyek yang termasuk ke dalam obesitas 2. Walaupun sebagian besar subyek memiliki IMT normal, tetapi akan sangat mungkin IMT meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini merupakan hal yang harus menjadi perhatian, mengingat mahasiswa sangat beresiko memiliki IMT yang tinggi terkait dengan aktivitas fisik dan pola makan sehari hari. Penelitian serupa di wilayah yang sama, namun pada populasi yang berbeda (rentang usia 25 45 tahun) mendapatkan hanya 43% subyek yang memiliki IMT normal, sedangkan 18% overweight dan 34% memiliki IMT obesitas (Tomarere, 2011). Dari data ini, dapat dilihat adanya kecenderungan penurunan jumlah IMT normal dan peningkatan jumlah IMT 114

overweight serta IMT obesitas seiring adanya pertambahan usia. Berdasarkan klasifikasi lingkar pinggang dari WHO, sebagian besar subyek (97%) tidak berisiko menderita penyakit jantung (kardiovaskuler). WHO menggunakan klasifikasi lingkar pinggang sebagai penentu faktor resiko kardiovaskuler karena lingkar pinggang lebih menggambarkan penumpukan lemak viseral (obesitas abdominal) dibandingkan dengan pengukuran IMT. Disebutkan bahwa seorang laki laki dengan lingkar pinggang 90 cm memiliki resiko kardiovaskuler yang tinggi, sedangkan perempuan dengan lingkar pinggang 80 cm memiliki resiko kardiovaskuler yang tinggi (ACSM, 2006). B erdasarkan klasifikasi lingkar pinggang tersebut, sebagian besar subyek pada penelitian ini tidak beresiko menderita penyakit kardiovaskuler (97%). Hal ini kemungkinan karena usia subyek yang masih berada pada rentang 19 25 tahun sehingga belum banyak terpapar dengan berbagai resiko yang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler. Penelitian serupa di wilayah yang sama, namun pada populasi yang berbeda (usia 25 45 tahun) mendapatkan kecenderungan penurunan prosentase lingkar pinggang tidak beresiko seiring dengan pertambahan usia, yaitu menjadi 68% (Tomarere, 2011). Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 15 subyek yang berjenis kelamin laki laki, sebagian besar (53,3%) mempunyai tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Sedangkan dari 21 subyek yang berjenis kelamin perempuan, sebagian besar (42,9%) mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah. Data ini terlihat kecenderungan bahwa jenis kelamin laki laki mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan, walaupun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,091). Hal ini sesuai dengan hasil temuan RISKESDAS 2007 yang menyatakan bahwa laki-laki cenderung lebih aktif dibandingkan perempuan (Depkes RI, 2008). Tabel 2. Distribusi Subyek menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Aktivitas Fisik Tingkat Aktivitas Fisik Jenis Kelamin Rendah Sedang Tinggi Total Laki laki 3 (20%) 4 (26,7%) 8 (53,3%) 15 (100%) Perempuan 9 (42,9%) 8 (38,1%) 4 (19%) 21 (100%) Jumlah 12 (33,3%) 12 (33,3%) 12 (33,3%) 36 (100%) Pearson Chi-Square ( p = 0,091) Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan IMT Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian (75%) mempunyai IMT normal dengan penyebaran yang hampir merata pada ketiga tingkat aktivitas fisik. Tidak terdapat perbedaan IMT bermakna berdasarkan tingkat aktivitas fisik (p=0,889 ). Hal ini berbeda dengan penelitian Tomarere yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik 115

dengan IMT, dimana subyek obesitas lebih banyak berada pada tingkat aktivitas rendah, demikian juga sebaliknya (Tomarere, 2011). Tabel 3. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan IMT Tingkat Aktivitas Indeks Massa Tubuh Total Fisik Underweight Normal Overweight Obesitas Rendah 1 (8,3%) 8 (66,7%) 1 (8,3%) 2 (16,7%) 12 (100%) Sedang 0 (0%) 9 (75,0%) 2 (16,7%) 1 (8,3%) 12 (100%) Tinggi 1 (8,3%) 10 (83,3%) 1 (8,3%) 0 (0%) 12 (100%) Jumlah 2 (5,6%) 27 (75,0%) 4 (11,1%) 3 (8,3%) 36 (100%) Fisher s Exact Test ( p = 0,889 ) Perbedaan hasil kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan rentang usia subyek penelitian. Penelitian ini mempunyai subyek dengan rentang usia lebih muda daripada penelitian Tomarere sehingga sebagian besar subyek (75%) mempunyai IMT yang normal. Penelitian lain pada subyek yang lebih muda (11 19 tahun), juga mendapatkan hasil tidak ada perbedaan bermakna tingkat aktivitas fisik antara subyek IMT normal dengan IMT berlebih (overweight dan obesitas), karena sebagian besar subyek (80%) juga berada pada IMT normal (Kaluski, 2009). Banyak hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas fisik dan berat badan atau IMT. Penelitian Kavouras (2008) melaporkan bahwa individu yang melakukan aktivitas secara teratur, paling sedikit 30 menit per hari dalam lima hari per minggu memiliki IMT yang lebih rendah, yaitu 25,9 kg/m 2, dibandingkan dengan IMT pada individu yang kurang aktif, yaitu 26,7 kg/m 2. Berdasarkan temuan ini, tampak bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dengan waktu 30 60 menit per hari, paling sedikit dilakukan 5 hari per minggu (150 300 menit/minggu) cukup untuk mempertahankan atau menurunkan berat badan secara bermakna. Aktivitas fisik berperan dalam keseimbangan energi pada penderita obesitas. Komite pedoman aktivitas fisik US Department of Health and Human Services (2008) mengatakan bahwa berat badan berlebih dan obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas penyakit hipertensi, dislipidemia, tipe 2 diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kantung empedu, osteoarthritis dan keganasan. Obesitas juga berkaitan dengan angka mortalitas yang tinggi. Hu G (2004) dan AHA (2009) juga menyatakan bahwa penurunan IMT berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Lingkar Pinggang Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian (97,2%) termasuk ke dalam golongan tidak berisiko penyakit kardiovaskuler berdasarkan lingkar pinggang, dengan penyebaran yang merata pada ketiga tingkat aktivitas fisik. Tidak terdapat perbedaan klasifikasi lingkar pinggang 116

bermakna berdasarkan tingkat aktivitas fisik (p=1,000). Tabel 4. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Lingkar Pinggang Tingkat Aktivitas Lingkar Pinggang Total Fisik Berisiko Tidak berisiko Rendah 0 (0%) 12 (100%) 12 (100%) Sedang 1 (8,3%) 11 (91,7%) 12 (100%) Tinggi 0 (0%) 12 (100%) 12 (100%) Jumlah 1 (2,8%) 35 (97,2%) 36 (100%) Fisher s Exact Test ( p = 1,000 ) Hal ini berbeda dengan penelitian Tomarere yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan lingkar pinggang, dimana subyek dengan lingkar pinggang beresiko lebih banyak berada pada tingkat aktivitas rendah (Tomarere, 2011). Disebutkan pula bahwa tingkat aktivitas sedang dan tinggi berpotensi menurunkan resiko kardiovaskuler berdasarkan lingkar pinggang, namun tidak demikian dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah (Tomarere, 2011). Perbedaan hasil tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan rentang usia subyek penelitian. Penelitian ini mempunyai subyek dengan rentang usia lebih muda daripada penelitian Tomarere sehingga sebagian besar subyek mempunyai lingkar pinggang tidak beresiko. Aktivitas fisik mampu menurunkan ukuran lingkar pinggang karena berkaitan erat dengan penurunan persentase lemak tubuh terutama lemak viseral. Aktivitas fisik selain berperan dalam keseimbangan energi, juga dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida dalam darah. Peneliti terdahulu, Hu G (2004) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh yang berlebih, terutama di bagian pinggang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit tekanan darah tinggi, diabetes mellitus dan juga penyakit jantung koroner. Penelitian oleh IDEA (2007) menyatakan bahwa lingkar pinggang merupakan faktor risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan IMT terhadap penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. SIMPULAN DAN SARAN Jenis kelamin laki laki mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan, walaupun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik. Tidak terdapat perbedaan IMT bermakna berdasarkan tingkat aktivitas fisik. Tidak terdapat perbedaan klasifikasi lingkar pinggang bermakna berdasarkan tingkat aktivitas fisik. Meskipun penelitian ini belum mampu membuktikan hubungan tingkat aktivitas fisik dengan IMT dan lingkar pinggang pada periode usia remaja beranjak dewasa, tetapi penelitian pada usia yang lebih tua membuktikan bahwa tingkat aktivitas fisik berkaitan erat dengan peningkatan IMT dan lingkar pinggang yang merupakan indikator penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu perlu 117

adanya sosialisasi tentang pentingnya aktivitas fisik sebagai upaya prevensi dan promosi terhadap penyakit kardiovaskuler. DAFTAR PUSTAKA ACSM (American College of Sport Medicine). ACSM s guidelines for exercise testing and pescription. Seventh Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins ; 2006 AHA Scientific Position. Risk factors and coronary heart disease. Diunduh dari (24 November 2009) : www.americanheart.org/presenter.jht ml/identifier=4726 Al Maskari, F. Lifestyle disease : an economic burden on the health services. Diunduh dari (2 januari 2011)http://www.un.org/wcm/content /site/chronicle/home/archive/issues2 010/achieving_global_health/econo micburdenonhealthservices?ctnscroll _articlecontainerlist=1_0&ctnlistpag ination_articlecontainerlist=true Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika ; 2009 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ; 2008 Kaluski, DN dkk. Prevalence and determinants of physical activity and lifestyle in relation to obesity among schoolchildren in Israel. Diterbitkan pada Juni 2009. Diunduh dari (Oktober 2011): http://proquest.umi.com/pqdweb?ind ex=32&did=1719862471&srchmode =1&sid=4&Fmt=3&VInst=PROD&VT ype=pqd&rqt=309&vname=pqd &TS=1310619409&clientId=97884 Levine JA, Miller JM. The energy expenditure of using a walk and work desk for office workers with obesity. British Journal of Sports Medicine ; 41 : 558 561. 2007 Singh RB et al. Body fat percent by bioelectrical impedance analysis and risk of coronary artery disease among urban men with low rates of obesity : The Indian Paradox. Journal of the American College of Nutrition. 1999. Vol 18 No 3 : 268 273 Tomarere, EL. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan lingkar pinggang dan indeks massa tubuh karyawan pusat administrasi FKUI usia 25 45 tahun. Jakarta : PS IKO ; 2011 US Department of Heath & Human Services. Physical activity guideline for Americans. 2008 Oct 16. Diunduh dari (19 Maret 2009) : http://www.health.gov/paguidelines/c hapter4.aspx 118