MODUL PRAKTIKUM KOMPUTERISASI PERPAJAKAN 2 & PRAKT

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II LANDASAN TEORI

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Soal UAS Lab PPN & PPnBM

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

AKUNTANSI PPN & PPnBM

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penerimaan negara, dan mendorong produk ekspor.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

FAKTUR PAJAK STANDAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007

Objek Pajak. Objek PPN: Pasal 4 ayat 1. Objek PPN Pasal 16 C: Kegiatan Membangun Sendiri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

1 dari 4 11/07/ :43

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

MODUL PERKULIAHAN PERPAJAKAN 2

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Transkripsi:

MODUL PRAKTIKUM KOMPUTERISASI PERPAJAKAN 2 & PRAKT Versi 3.1 Tahun Penyusunan 2012 Tim Penyusun 1. Silvia Avira, SE. MM 2. Irmawati Wijaya, SE. MMSI 3. Muhammad Arifin 4. Restiyanti Laboratorium Akutansi Lanjut B (Perpajakan) Jurusan Akutansi Fakultas Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

Pertemuan 1 PPN dan PPnBM

P1.1 Teori PPN dan PPnBM A. Undang-Undang PPN UU No.8 Tahun 1983 telah diubah oleh UU No. 18 Tahun 2000, sebagai dasar hukum PPN adalah tetap UU No.8 Tahun 1983 yang dalam Pasal 20-nya ditentukan bahwa UU ini dapat disebut Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan saat ini telah diubah menjadi UU No. 42 Tahun 2009. B. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai 1. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai yang bersifat umum: Adapun mekanisme ini diatur dalam Pasal 9 dan 13 UU PPN 1984, sebagai berikut: a) Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) diwajibkan membuat Faktur Pajak (FP) untuk memungut Pajak yang terutang. Pajak yang dipungut dinamakan Pajak Keluaran / PK (Output Tax). Hal ini sesuai dengan basis akrual (Accrual Bassis) yang digunakan oleh UU PPN 1984. b) Pada saat Penguasaha Kena Pajak tersebut diatas membeli Barang Kena Pajak atau menerima Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak lain, juga membayar paj ak yang terutang, yang dinamakan Paj ak Masukan / PM (Input Tax). c) Pada akhir masa Pajak, Pajak Masukan (PM) tersebut dikreditkan dengan Pajak Keluaran (PK) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada jumlah Pajak Masukan, maka kekuranganya dibayar ke kas negara melalui bank yang ditunjuk oleh DJP selambat lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. (PK > PM = Kurang Bayar). d) Bila Jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka kelebihan pembayaran pajak masukan ini dapat dikompensasikan dengan hutang pajak dalam masa paj ak berikutnya atau dapat diminta kembali (Restitusi). (PM > PK = Lebih Bayar). e) Pada akhir masa pajak, setiap Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan pemungutan dan pembayaran Pajak yang terutang kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat, selambat lambatnya tanggal 20 setelah akhir masa Pajak. 2. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai yang bersifat khusus : Mekanisme ini diatur dalam Pasal 16A UU PPN Tahun 1984, sebagai Berikut:

a) Instansi pemerintah, badan atau orang yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN. b) Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pemungut PPN, wajib membuat Faktur Pajak. c) Pada saat pemungut pajak tersebut melakukan pembayaran Harga Jual atau penggantian, memungut pajak yang terutang, kemudiaan menyetorkan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama Pengusaha Kena Pajak tersebut pada butir (b) dan melaporkan kepada K PP setem pat. d) SSP tersebut pada butir (c) kemudiaan diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. C. Pengertiaan Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) - ayat 1 Pasal 1 angka 4, Pasal 1A a) Penyerahan hak atas BKP karena suatu perj anjian. b) Pengalihan BKP oleh karena suatu perj anj ian sewa beli dan perj anj ian leasing. c) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang. d) Pemakaian sendiri atau pemberiaan cuma cuma. e) Persediaan BKP dan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan. f) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya, dan penyerahan BKP antar cabang. g) Penyerahan B KP secara konsinyasi. h) Penyerahan BKP antar divisi atau unit dalam suatu perusahaan terpadu sepanjang divisi / unit tersebut terletak di wilayah KPP berbeda. D. Tidak Termasuk Penyerahan BKP - Pasal 1A ayat 2 a) Penyerahan BKP kepada Makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD. b) Penyerahan BKP untuk jaminan hutang. c) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar cabang bagi PKP yang memperoleh izin melakukan pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak. d) Penyerahan BKP dalam rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas BKP.

E. Yang Bukan Merupakan Barang Kena Pajak - Pasal 4A ayat 2 a) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, seperti : minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir, kerikil, biji timah, biji emas. b) Barang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti : beras, sagu, gandum, kedelai, garam baik yang beryodium atau tidak. c) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau cattering. d) Uang, emas batangan, dan surat surat berharga. F. Yang Tidak Termasuk Jasa Kena Pajak - a) Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik. b) Jasa dibidang pelayanan social. c) Jasa dibidang pengiriman surat dan perangko. Pasal 4A ayat 3 d) Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi. e) Jasa dibidang keagamaan. f) Jasa dibidang pendidikan. g) Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan. h) Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan. i) Jasa dibidang angkutan umum di darat dan air. j) Jasa dibidang tenaga kerja. k) Jasa dibidang perhotelan. l) Jasa yang disediakan oleh pemeri ntah dalam rangka menj alankan pemerintahan secara umum. G. Kewajiban PKP - Pasal 3A ayat (1) dan (2) a) Memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak / PKP (Pasal 2 ayat (2) UU KUP). b) Memungut Pajak Terutang Membuat Faktur Pajak / FP (Pasal 13 UU PPN 1984).

c) Menyetor Pajak Terutang Wajib mencatat sejumlah perolehan dan penyerahan BKP / JKP dalam pembukuaan dan pengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan (Pasal 6 dan 9 UU KUP). d) Melaporkan Pajak terutang Mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN (Pasal 3 UU KUP). H. Saat Pembuatan Faktur Pajak - PMK No. 38/PMK.03/2010 1) Selambat lambatnya akhir bulan berikutnya jika penyerahan mendahului pembayaran, kecuali sebelum akhir bulan tersebut telah diterima pembayaran. 2) Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal pembayaran dilakukan mendahului penyerahan. 3) Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerj aan. 4) Pada saat penagihan, untuk penyerahan BKP dan JKP kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai pemungut PPN. 5) Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP I. Syarat Pajak Masukan Dapat di Kreditkan 1) Pengusaha yang melakukan pengkreditan telah berstatus PK P (sudah dikukuhkan). 2) Adanya bukti Pajak Masukan dalam bentuk Faktur Pajak Standar / Khusus yang sah, benar dan lengkap. 3) Dilakukan dalam masa pajak yang sama, namun masih memungkinkan pada masa pajak berikutnya, sepanjang tidak melampaui bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku dan belum dibebankan sebagai biaya serta belum dilakukan pemeriksaan. 4) Pajak Masukan yang dikreditkan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yaitu pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran dan manajemen dengan syarat ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang PPN dan sifatnya tidak untuk tujuan konsumtif direksi, dewan komisaris, karyawan, dan pemegang saham. J. Pajak Masukan Yang Tidak Dapat di Kreditkan - Pasal 16 B 1) Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP untuk pemanfaatan BKP / JKP dari luar daerah pabean, sebelum pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2) Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha. 3) Yang dibayar untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon, kecuali jika barang tersebut adalah untuk persediaan barang dagangan atau untuk digunakan langsung sesuai dengan bidang usahannya, Misalnya usaha persewaan kendaraan bermotor. 4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP. 5) Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 atau ayat 9 UU PPN atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP. 6) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean yang Faktur Paj aknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6 UU PPN. 7) Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak. 8) Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannnya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan. 9) Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKp berproduksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 2A UU PPN. 10) Perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN. K. Tarif Pajak dan Cara Menghitung Pajak - Pasal 7, Pasal 1 angka 26 dan Pasal 8A 1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (Sepuluh Persen). 2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (Nol Persen).

3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagai mana dimaksud dapat diubah menjadi serendah rendahnya 5% (Lima Persen) dan setinggi tingginya 15% (Lima Belas Persen). L. Objek Pajak - Pasal 4 ayat 1huruf A, B, C,D, E dan F 1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. 2) Impor Barang Kena Pajak. 3) Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. 4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah Pabean. 5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah Pabean. 6) Ekspor Barang Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak. M. Pajak Penjualan atas Barang Mewah Dapat Dikenakan Pada - Pasal 5 1) Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah tersebut didalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2) Impor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah. 3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor. N. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah - Pasal 8 1) Tarif Pajak atas Penjualan Barang Mewah adalah paling rendah 10% (Sepuluh Persen) dan paling tinggi 75% (Tujuh Puluh Lima Persen). 2) Atas Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dikenakan Pajak dengan Tarif 0% (Nol Persen). 3) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan Tarif sebagai mana dimaksud diatas.

4) Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).

P1.2 Contoh Kasus Contoh Kasus 1 Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang Tekstil, PT. UNTUNG. Berikut ini adalah data - data penjualan PT. UNTUNG yaitu menjual 80 buah kemeja pada Toko RUGI dengan harga @ Rp 120.000, pemakaian sendiri 15 buah kemeja, dimana DPP adalah harga jual tanpa menghitung laba kotor yaitu @ Rp 90.000. Maka atas transakai yang terj adi diatas, PPN yang terutang sebesar : Atas penjualan 90 pasang kemeja:10% x (80 x Rp. 120.000)= Rp. 960.000 Untuk pemakaian sendiri :10% x (12 x Rp. 90.000)= Rp. 108.000 + Jumlah PPN terutang Rp.1.068.000 Contoh Kasus 2 Perusahaan M EYKHA adalah perusahaan yang memproduksi Kulkas. Barang tersebut dikategorikan sebagai Barang Mewah dan dikenakan PPnBM dengan tarif sebesar 20%. Dalam bulan Desember 2011 perusahaan MEYKHA menjual 20 buah Kulkas pada Toko SMITH dengan harga jual @Rp 4.600.000. Maka PPN dan PPnBM yang terutang oleh perusahaan MEYKHA sebesar : PPN yang terutang : 10% x (20 x Rp. 4.600.000) = Rp. 9.200.000 PPnBM yang terutang: 20% x (20 x Rp. 4.600.000) = Rp.18.400.000+ Jumlah PPN dan PPnBM yang terutang Rp.27.600.000 Jika Toko SMITH menjual kembali kulkas tersebut diatas sebanyak 20 buah dengan harga @ Rp.5.000.000 maka PPN yang terutang oleh Toko SMITH adalah sebesar : PPN yang terutang : 10% x (20 x Rp. 5.000.000) = Rp.1 0.000.000 Catatan: Dalam hal ini Toko SMITH tidak boleh memungut PPnBM, karena PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu pada saat barang tersebut dijual oleh produsen/pabrikan.

P1.3 Latihan 1. Berikut ini adalah data data pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh I-'T. Alanscie selama tahun 2011 : Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan Pembelian Penjualan Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000 Rp.15.000.000 Rp. 8.000.000 Rp.1 0.000.000 Rp.1 2.000.000 Rp. 9.000.000 Rp. 5.000.000 Berapakah besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran, Lebih Bayar dan Kurang Bayar setiap bulannya! 2. Selama tahun 2011 P'T. Budiman melakukan transaksi pembelian dan penjualan. Berikut ini adalah data datanya : Bulan Pembelian Penjualan Januari Rp.12.300.000 Rp. 8.400.000 Februari Rp.1 0.800.000 Rp. 11.000.000 Maret Rp. 8.900.000 Rp. 6.800.000 April Rp. 9.000.000 Rp. 7.500.000 Mei Rp.16.900.000 Rp. 10.800.000 Juni Rp. 4.000.000 Rp 7.500.000 Berapakah besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran, Lebih Bayar dan Kurang Bayar setiap bulannya! 3. P'T. Susis selama 6 bulan pertama tahun 2011 melakukan kegiatan operasionalnya sebagai berikut : Bulan Pembelian Penjualan Januari Februari Maret April Mei Juni Rp. 6.500.000 Rp. 8.200.000 Rp. 5.000.000 Rp.15.200.000 Rp. 8.000.000 Rp.10.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 8.000.000 Rp.1 1.500.000 Rp. 2.000.000 Rp. 9.800.000 Berapakah besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran, Lebih Bayar dan Kurang Bayar setiap bulannya!

4. PT. Waldix adalah perusahaan yang bergerak dalam industri sepatu. Selama bulan Juni 2011, PT. Waldi menjalankan kegiatan usahanya sebagai berikut : 1 Juni 2011 : Membeli kulit sintetis untuk bahan baku pembuatan sepatu pada PT. Homeypad sebesar Rp.20.000.000. 3 Juni 2011 : Menjual 500 pasang sepatu dengan harga Rp.75.000.000 kepada Toko Sepatu Gembul. 4 Juni 2011 : Mengekspor 2000 pasang sepatu wanita dengan nilai ekspor U$ 1800 (Nilai Konversi yang berlaku per 4 Juni 2011 USD 1 = Rp.9.500). 6 Juni 2011 : Menjual 150 pasang sepatu anak anak kepada Toko Warna - Warni seharga Rp.6.500.000. 10 Juni 2011 : Membayar uang langganan telepon di Bank Daerah untuk bulan Maret 2011 sebesar Rp.7.600.000 (harga sudah termasuk PPN). 14 Juni 2011 : Membeli bahan perekat sepatu dari PT. Tomkins Women seharga Rp.2.500.000 (harga sudah termasuk PPN). 20 Juni 2011 : Disumbangkan sejumlah sepatu untuk anak - anak korban gempa yang menurut harga pasar wajar sebesar Rp.8.500.000, termasuk laba 30%. 28 Juni 2011 : Diterima kembali dari PT. WAS SING SAE dengan Nota Retur tanggal 22 Juni 2011 sebagian dari sepatu yang dibeli seharga Rp.3.000.000. 29 Juni 2011 : Membayar ongkos renovasi ruang kantor direksi kepada perusahaan kontraktor SAE sebesar Rp.25.000.000. 30 Juni 2011 : Menjual langsung barang barang dari pabrik dalam rangka cuci gudang kepada konsumen dengan harga Rp.70.000.000. Hitunglah berapa besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran dan apakah terjadi Lebih Bayar atau Kurang Bayar jika pada bulan Mei tahun 2011 terjadi Lebih Bayar Rp.1.500.000 5. PT. Restiku adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri Garment. Dalam bulan Oktober 2011, transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 1 Oktober 2011 : Menyerahkan sejumlah seragam yang telah dipesan oleh TNI dan POLRI untuk upacara peringatan hari ABRI seharga Rp.75.000.000.

3 Oktober 2011 : Menjual sejumlah kain tipe Santung kepada Toko Laku seharga Rp.25.000.000. 4 Oktober 2011 : Membayar uang langganan telepon sebesar Rp.2.500.000 (Harga Termasuk PPN). 10 Oktober 2011 : Menyumbang sejumlah pakaian seragam bagi anak-anak panti asuhan My Heart dengan harga pasar Rp.15.000.000 termasuk laba 25%. 13 Oktober 2011 : Dalam rangka ulang tahun perusahaan, PT. Jayaku mengadakan bazar murah dengan menjual langsung berbagai macam kain di halaman pabrik kepada konsumen dengan harga Rp.35.000.000. 14 Oktober 2011 : Mengirim kembali dengan nota retur tertanggal 12 Oktober 2011 sebagian dari benang sutera yang dibeli dari PT Kujaya. karena salah pengepakan seharga Rp.12.000.000. 18 Oktober 2011 : Membayar kepada PT. Sinaga atas pembelian accu untuk armada mobil box sebagai alat pengangkutan seharga Rp.51.000.000 (Termasuk PPN). 20 Oktober 2011 : Membayar kekurangan atas pembelian kapas pada PT. Bachdim seharga Rp.8.500.000. 25 Oktober 2011 : Membayar ongkos perbaikan mesin tenun kepada PT. Berkah sebesar Rp. 4.000.000. 30 Oktober 2011 : Diterima pembayaran dari KPKN Rp. 15.000.000 atas penyerahan sejumlah pakaian seragam yang telah dipesan pada bulan Agustus 2011. Hitunglah berapa besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran dan apakah terjadi Lebih Bayar / Kurang Bayar jika diketahui pada bulan September 2011 terjadi Lebih Bayar sebesar Rp.3.500.000! 6. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi selama bulan Juni 2011 pada PT. Pertamax gan, sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri furniture : 2 Juni 2011 : Diekspor sejumlah furniture dari rotan ke Libanon dengan nilai ekspor U$ 25.000 (Kurs yang berlaku adalah USA 1 = Rp 9.500). 4 Juni 2011 : Dijual kepada PT. Reborn seperangkat furniture untuk interior kantor sebesar Rp. 151.000.000.

10 Juni 2011 : Membayar uang langganan telepon untuk bulan Mei 2011 sebesar Rp. 2.800.000 (Harga sudah termasuk PPN). 12 Juni 2011 : Membayar sejumlah kayu jati yang dipesan dari PT. Hamtaro sebesar Rp. 68.000.000. 15 Juni 2011 : Diterima pembayaran dari Bapak Bombom atas pembelian 2 set perlengkapan ruang tidur seharga Rp. 60.000.000. 20 Juni 2011 : Dalam ra ngka menyambut Hari Pa hlawan, PT. Ucul menyumbangkan sejumlah meja dan kursi ke Sekolah Dasar di daerah terpencil yang nilai pasarnya diketahui sebesar Rp.55.000.000 (termasuk laba 3 0%). 21 Juni 2011 : Diterima kembali dari PT. Mardiasmo sebagian dari furniture yang dipesan karena salah pengecatan, dengan harga Rp. 18.000.000. 23 Juni 2011 :Memesan makanan untuk jamuan tamu berupa 20 box nasi di RM. Manyoss (bukan PKP) seharga Rp.250.000. 26 Juni 2011 : Diterima pembayaran dari PT. Tom sejumlah furniture yang dipesan pada bulan Mei 2011 seharga Rp. 48.000.000. 30 Juni 2011 : Membeli cat kayu dan dempul dari PT. Jerry seharga Rp.17.500.000. Hitunglah berapa besarnya Pajak Masukan, Pajak Keluaran dan apakah terjadi Lebih Bayar / Kurang Bayar jika diketahui pada bulan Mei 2011 terjadi Lebih bayar sebesar Rp.2.500.000!

P1.4 Daftar Pustaka Mardiasmo. 2005. Perpajakan. Yogyakarta: Andi. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. http://www.pajak.go.i