UJI PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PISANG (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) DENGAN ASAM FOSFIT DAN ALUMINIUM-FOSETIL

dokumen-dokumen yang mirip
Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

PENGIMBASAN KETAHANAN PISANG TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN ASAM SALISILAT IN VITRO

Dwi Kiswanti, Suryanti*, dan Christanti Sumardiyono

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

PENGENDALIAN KIMIA DAN KETAHANAN Colletotrichum spp. TERHADAP FUNGISIDA SIMOKSANIL PADA CABAI MERAH

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

The Disease Intensity and Level of Attack of Fusarium oxysporum f.sp. zingiberi on Ginger

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

Efektifitas Solarisasi Tanah Terhadap Penekanan Perkembangan Jamur Fusarium Pada Lahan Tanaman Pisang Yang Terinfeksi

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA Pisang

Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (2): ISSN eissn Online

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LAYU FUSARIUM PISANG (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) DENGAN Trichoderma sp.

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

SINERGI ANTARA NEMATODA

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

III. BAHAN DAN METODE A.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pisang adalah tanaman penghasil buah yang paling banyak dikonsumsi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

IDENTIFIKASI STATUS KETAHANAN TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI SEKITAR POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

Pengaruh Waktu Inokulasi dan Jumlah Inokulum Terhadap Patogenisitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

DETEKSI PENGIMBASAN KETAHANAN PISANG TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN ASAM FUSARAT

VIRULENSI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE ISOLAT BAWANG MERAH PADA BAWANG PUTIH

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

TAHAPAN PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma harzianum DENGAN MEDIA DEDAK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Semangun (1996) cendawan Fusarium diklasifikasikan sebagai berikut:

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Bahan

SKRIPSI. Oleh : IKA NURFITRIANA NPM :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

Pengaruh Kolonisasi Trichoderma spp. pada Akar Bibit Pisang terhadap Perkembangan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Layu Fusarium Pada Pisang

Uji Ketahanan Pisang Ambon Kuning Koleksi dari Jambi Terhadap Beberapa Vegetatif Compatibility Group (VCG) Fusarium oxysporum f. sp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

Transkripsi:

Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 18, No. 2, 2014: 103 110 UJI PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PISANG (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) DENGAN ASAM FOSFIT DAN ALUMINIUM-FOSETIL CONTROL TEST OF FUSARIUM WILT OF BANANA (Fusarium oxysporum f. sp. cubense) WITH PHOSPHITE ACID AND FOSETYL-ALUMINIUM Yuli Kristiawati, Christanti Sumardiyono*, & Arif Wibowo Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Jln. Flora 1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta 55281 *Penulis untuk korespondensi. E-mail: csumardiyono@yahoo.com ABSTRACT The aims of the research is to know the effect of phosphite acid and fosetyl-aluminium fungicides on Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) in vitro and the effect of these fungicides to fusarium wilt of banana. The experiments consist of in vitro and in planta tests. Fungicides concentrations used were 0; 500; 1,000; 2,000; and 4,000 ppm. Isolate tested was A13 isolate Foc on 4 months old Cavendish cultivar banana seedlings. The result showed that phosphite acid was better than fosetylaluminium in reducing mycelium growth in vitro. Its also inhibited disease development in banana seedling. The phosphite acid and fosetyl-aluminium increased the resistance of banana Cavendish cultivar to fusarium wilt. Its because the two fungicides are working systemic fungicides. Key words: Cavendish, fosetyl-aluminium, fungicide, Fusarium oxysporum f.sp. cubense, phosphite acid, phosphonate INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fungisida asam fosfit dan aluminium-fosetil terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) in vitro dan pengaruh fungisida tersebut terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman pisang. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan kepekatan fungisida, yaitu 0 ppm (kontrol), 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm. Isolat jamur yang digunakan yaitu Foc A13. Bahan tanaman adalah bibit pisang kultivar Cavendish asal kultur jaringan 4 bulan setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida asam fosfit (Agrifos) lebih efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur Foc daripada fungisida aluminium-fosetil (Aliette) secara in vitro. Fungisida asam fosfit dan aluminium-fosetil menghambat perkembangan penyakit layu pada bibit pisang. Kedua fungisida tersebut juga meningkatkan ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit layu fusarium. Hal ini disebabkan kedua jenis fungisida tersebut bekerja secara sistemik. Kata kunci: aluminiun-fosetil, asam fosfit, Cavendish, fosfonat, fungisida, Fusarium oxysporum f.sp. cubense, pisang PENGANTAR Layu fusarium merupakan salah satu penyakit pisang yang paling merugikan di daerah tropis. Penyakit ini telah banyak terdapat di kawasan tropis belahan bumi sebelah barat, terutama di Amerika Tengah dan Karibia, yang merusak sebagian besar produksi pisang untuk ekspor pada tahun 1940-an dan 1950-an yaitu jenis pisang Gros Michel. Kemudian Gros Michel diganti dengan kultivar yang lebih tahan, yaitu Cavendish. Pada perkembangannya Fusarium oxysporum f.sp. cubense ras 4 mampu menyerang Cavendish (Pegg & Langdon, 1986). Penyakit layu fusarium pisang sudah tersebar luas di Indonesia. Kerusakan karena penyakit ini selalu meningkat setiap tahun Berdasarkan laporan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun 2000-2003, serangan penyakit layu fusarium pada tahun 2003 mencapai 2.781.059 rumpun (Daryanto, 2004). F. oxysporum f.sp. cubense (Foc) mempunyai tiga tipe spora. Makrokonidium lebih sering dihasilkan dalam sporodokium pada permukaan bagian tanaman yang terinfeksi atau pada medium buatan. Mikrokonidium yang berbentuk oval atau lonjong terdapat pada konidiofor yang pendek pada miselium udara. Makrokonidium dan mikrokonidium keduanya dapat juga terbentuk dalam pembuluh xilem dari tanaman yang terinfeksi, tetapi mikrokonidium biasanya merupakan tipe yang lebih dominan. Klamidospora merupakan spora aseksual yang berdinding tebal dihasilkan pada hifa atau konidium. Pada Foc biasanya terbentuk pada makrokonidium. Klamidospora dapat bertahan lama dalam tanah bekas tanaman inang yang sudah mati meskipun tanpa tanaman inang yang cocok (Nelson, 1993). Klamidospora sebagai sumber inokulum awal perlu dikendalikan untuk mengurangi penyebaran penyakit dan infeksi pada awal penanaman. Salah cara untuk mengurangi populasi klamidospora adalah dengan

104 Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 18 No. 2 perlakuan fungisida. Fungisida sistemik yang diaplikasikan pada tanaman akan meningkatkan ketahanan sehingga didapat bibit sehat. Fosfonat pada konsentrasi 0,1 mm (9,3 ppm) secara signifikan mampu mengurangi pertumbuhan Foc ras 4. Dengan konsentrasi 25 mm (2.325 ppm) fosfonat mampu mengurangi pertumbuhan Foc sampai 50%. Foc ras 1, dan Foc ras 4 menunjukkan kepekaan yang sama terhadap fosfonat, sementara jenis fusarium yang lain, F. avenaceum lebih peka terhadap fosfonat secara in vitro (Davis et al., 1994). Metode yang efisien untuk mengendalikan hama dan penyakit adalah dengan menanam bibit yang tahan (Hidayat, 2002). Fungisida golongan fosfonat diduga mampu meningkatkan ketahanan tanaman untuk mencegah gangguan penyakit terutama layu fusarium. BAHAN DAN METODE Fungisida yang digunakan adalah fungisida asam fosfit bahan aktif 400 g/l dan aluminium-fosetil bahan aktif 100 g/l, Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) isolat A13. Bibit pisang kultivar Cavendish hasil kultur jaringan umur 4 bulan pasca aklimatisasi. Uji Fungisida In vitro Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan kepekatan fungisida (0 ppm, 500 ppm, 1.000 ppm, 2.000 ppm, dan 4.000 ppm), dan 4 ulangan. Medium PDA sebanyak 9 ml dalam tabung reaksi dicairkan dengan penangas air. Medium yang telah cair dicampur dengan 1 ml larutan fungisida pada berbagai kepekatan kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Biakan murni jamur umur 12 hari dicetak dengan bor gabus diameter 0,5 cm sehingga terbentuk cakram biakan jamur. Biakan diletakkan tepat di tengah cawan petri berdiameter 9 cm yang sudah berisi medium dan fungisida. Bagian yang bermiselium diletakkan menyentuh medium. Inkubasi dilakukan selama 12 hari atau sampai koloni yang terbentuk pada perlakuan kontrol memenuhi cawan petri. Pengamatan dilakukan terhadap diameter koloni miselium terpendek dan terpanjang yang kemudian dirata-rata, dan dibuat grafik perkembangan diameter koloni miselium tiap hari sampai pengamatan terakhir. Untuk menentukan LC50 dibuat persamaan regresi hubungan antara kepekatan dengan persentase penghambatan pertumbuhan miselium yang dihitung dengan rumus: diameter koloni kontrol diameter koloni perlakuan 100% diameter koloni kontrol Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova. Apabila F hitung > F tabel maka dilanjutan uji beda nyata antar perlakuan dengan DMRT) pada aras 5%. Uji Pengaruh Fungisida pada Tanaman Inang di Rumah Kaca Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan adalah 5 kepekatan fungisida (0 ppm, 500 ppm, 1.000 ppm, 2.000 ppm, dan 4.000 ppm), tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Jamur Foc sebagai inokulum diperbanyak pada medium beras steril dan diinkubasikan selama 2 minggu. Bibit pisang Cavendish sehat umur 4 bulan disiram dengan larutan fungisida 150 ml/tanaman dan dibiarkan 1 minggu. Akar dilukai untuk mempermudah proses penetrasi kemudian ditaburkan Foc isolat A13 yang telah ditumbuhkan pada medium beras sebanyak 25 gr inokulum beras/kg tanah sekitar perakaran dalam polibag. Leaf Symptom Index (LSI) atau pengamatan gejala layu pada daun dilakukan tiap minggu, delapan kali, dimulai pada satu minggu setelah inokulasi. Rhizome Discoloration Index (RDI) atau pengamatan gejala pembusukan pada rimpang dilakukan pada saat pengamatan terakhir dengan metode Mak et al. (2004). Tabel 1. Leaf Symptom Index (LSI) berdasarkan metode Mak et al. (2004) Skor Keterangan 1 Tidak ada daun yang berwarna kuning. Tanaman tampak sehat 2 Terdapat warna kuning pada daun terbawah 3 3 daun paling bawah menguning 4 Warna kuning mulai meluas atau terdapat pada seluruh daun 5 Tanaman mati Tabel 2. Rhizome Discoloration Index (RDI) berdasarkan metode Mak et al. (2004) Skor Keterangan 1 Tidak ada perubahan warna pada bonggol dan daerah perakaran atau di sekitar jaringan 2 Tidak ada perubahan warna pada bonggol dan daerah perakaran, perubahan warna hanya di persimpangan akar dan daerah perakaran 3 Perubahan warna sampai 5% pada bonggol 4 6 20% perubahan warna pada bonggol 5 21 50% perubahan warna pada bonggol 6 Lebih dari 50% perubahan warna pada bonggol 7 Perubahan warna pada seluruh daerah perakaran 8 Tanaman mati

Kristiawati et al.: Uji Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pisang dengan Asam Fosfit dan Aluminium-Fosetil 105 Kriteria ketahanan ditentukan perdasarkan skala Disease Severity Index (DSI) untuk daun (LSI) dan gejala perubahan warna pada daerah perakaran. DSI untuk setiap perlakuan dihitung dengan rumus sebagai berikut: DSI = Ʃ(skor skor pada bibit tersebut) Ʃ bibit yang diperlakukan Kriteria ketahanan, yaitu tahan, toleran, rentan dan sangat rentan ditentukan berdasarkan skala DSI (Tabel 3). Tabel 3. Kriteria ketahanan berdaasrkan DSI berdasarkan metode Mak et al. (2004) Skala DSI Skala DSI Kriteria Ketahanan untuk LSI untuk RDI 1 1 tahan 1,1 2 1,1 3 toleran 2,1 3 3,1 5 rentan 3,1 4 5,1 8 sangat rentan HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Fungisida In vitro Fungisida asam fosfit dan aluminium-fosetil bersifat fungistatik. Fungisida yang bersifat fungistatik tidak membunuh jamur, tetapi menghambat pertumbuhannya. Fungisida ini mampu menghambat perkembangan vegetatif jamur, yaitu menghambat perkembangan miselium. Tabel 4, Gambar 1 dan 2, menunjukkan makin tinggi kepekatan fungisida, diameter koloni Foc akan semakin kecil. Persentase penghambatan paling besar pada perlakuan asam fosfit 4000 ppm. Perlakuan asam fosfit 2000 ppm dan 4000 ppm tidak ada beda nyata. Perlakuan aluminium-fosetil 500 ppm, 1000 ppm, dan 2000 ppm tidak ada beda nyata (Tabel 4). Hasil ini menunjukkan bahwa asam fosfit 4000 ppm (0,4%) secara nyata dapat menghambat perkembangan koloni F. oxysporum f. sp. cubense, sedangkan kemampuan penghambatan Al-fosetil lebih rendah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai LC50 fungisida asam fosfit adalah 1.514,44 ppm, sedangkan aluminium-fosetil adalah 16.125 ppm (Gambar 3 dan 4). Hal ini menunjukkan juga bahwa daya hambat fungisida asam fosfit lebih tinggi daripada Al-fosetil. Hasil pengujian in vitro menunjukkan bahwa semakin tinggi kepekatan fungisida semakin besar penghambatan pertumbuhan miselium jamur Foc. Fungisida asam fosfit lebih efektif daripada aluminium -fosetil. Daya racun asam fosfit lebih tinggi daripada aluminium-fosetil. Oleh karena itu inokulum awal dapat dikurangi dengan adanya asam fosfit di dalam tanah, yang diharapkan bibit tetap sehat pada awal penanaman. Daya racun yang lebih tinggi diharapkan dapat digunakan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Namun konsentrasi yang lebih rendah akan memicu strain jamur yang tahan fungisida mengingat fungisida ini bersifat sistemik. Uji pada Tanaman Inang Hasil pengamatan pengaruh fungisida pada tanaman inang menunjukkan bahwa asam fosfit pada 500 ppm meningkatkan ketahanan dari toleran menjadi tahan, sedangkan pada Al-fosetil peningkatan ketahanan baru terjadi pada perlakuan 1000 ppm (Tabel 5). Menurut Whiley et al. (1992) fungisida golongan fosfonat terdeteksi pada daun 24 jam setelah batang disuntik dengan larutan fungisida pada kepekatan 60 80 mg/kg. Hal ini menunjukkan bahwa fungisida tersebut bersifat sistemik. Lama waktu satu minggu diharapkan fungisida sudah ditranslokasikan ke seluruh bagian tubuh tanaman. Fungisida di- Tabel 4. Pengaruh fungisida terhadap penghambatan pertumbuhan miselium (%) Jenis Fungisida Kepekatan (ppm) Rerata penghambatan Asam fosfit 0 0,00 a 500 33,06 d 1000 59,03 e 2000 75,97 f 4000 83,19 f Al-fosetil 0 0,00 a 500 3,89 b 1000 6,81 b 2000 8,33 bc 4000 15,14 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak ada beda nyata berdasarkan uji DMRT pada aras 5%.

106 Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 18 No. 2 Gambar 1. Pengaruh fungisida asam fosfit terhadap perkembangan diameter koloni jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense (AG 500 = asam fosfit 500 ppm; AG 1000 = asam fosfit 1000 ppm; AG 2000 = asam fosfit 2000 ppm; AG 4000 = asam fosfit 4000 ppm) Gambar 2. Pengaruh fungisida aluminium-fosetil terhadap perkembangan diameter koloni jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense (AL 500 = aluminum-fosetil 500 ppm; AL 1000 = aluminium-fosetil 1000 ppm; AL 2000 = aluminium-fosetil 2000 ppm; AL 4000 = aluminium-fosetil 4000 ppm) Gambar 3. Kurva persamaan regresi hubungan antara kepekatan fungisida asam fosfit dengan persentase penghambatan pertumbuhan miselium Foc Gambar 4. Kurva persamaan regresi hubungan antara kepekatan fungisida aluminium-fosetil dengan persentase penghambatan pertumbuhan miselium Foc

Kristiawati et al.: Uji Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pisang dengan Asam Fosfit dan Aluminium-Fosetil 107 Tabel 5. Pengaruh fungisida asam fosfit dan aluminium-fosetil terhadap ketahanan tanaman pisang No. Perlakuan DSI untuk LSI DSI untuk RDI Keterangan 1 Kontrol (-) 1,00 1,00-2 Kontrol (+) 1,00 2,00 Toleran 3 Asam fosfit 500 ppm 1,00 1,00 Tahan 4 Asam fosfit 1000 ppm 1,00 1,25 Toleran 5 Asam fosfit 2000 ppm 1,00 1,00 Tahan 6 Asam fosfit 4000 ppm 1,00 1,25 Toleran 7 Al-fosetil 500 ppm 1,00 1,25 Toleran 8 Al-fosetil 1000 ppm 1,00 1,00 Tahan 9 Al-fosetil 2000 ppm 1,00 1,50 Toleran 10 Al-fosetil 4000 ppm 1,00 1,00 Tahan translokasikan secara sistemik ke bawah dan ke atas di dalam jaringan tanaman. Menurut Lovatt (1990) fungisida yang telah disuntikkan pada batang akan ditranslokasikan ke daun melalui xilem kemudian ditranslokasikan ke akar bersama dengan hasil fotosintesis melalui floem. Penyiraman fungisida dilakukan sebelum inokulasi dengan tujuan dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen. Tanaman diinokulasi Foc yang ditumbuhkan pada medium beras dengan kerapatan spora 6,5 10 7 mikrokonidium/gram beras. Perlakuan dengan fungisida asam fosfit pada kepekatan 500 ppm meningkatkan ketahanan dari toleran menjadi tahan. Pada perlakuan dengan aluminium-fosetil peningkatan ketahanan dimulai pada kepekatan 1000 ppm. Hal ini sesuai dengan uji in vitro yang menunjukkan daya racun fungisida asam fosfit lebih tinggi daripada aluminium-fosetil. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil percobaan pada bibit pisang terlihat juga pada Gambar 5, 6, dan 7. Gambar 5 (kontrol) menunjukkan tanaman sehat tanpa gejala layu pada daun. Warna kuning pada daun karena daun sudah berumur tua. Gambar 6 dan 7 menunjukkan gejala pembusukan pada rimpang. Bonggol yang menunjukkan gejala pembusukan pada rimpang diisolasi dan tumbuh Foc. Beberapa tanaman yang tidak menunjukkan gejala layu pada daun menunjukkan gejala pembusukan pada rimpang. Foc merupakan patogen terbawa tanah yang masuk ke dalam jaringan tanaman melalui akar. Setelah masuk ke dalam akar, jamur akan berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan meluas ke jaringan pembuluh. Pembusukan pada akar atau jaringan pengangkutan menyebabkan penyerapan air dan hara dari dalam tanah terganggu sehingga tanaman akhirnya menjadi layu. Tanaman layu mempunyai gejala daun berwarna kuning, kemudian kecoklatan dan akhirnya mati. Menurut Landschoot dan Cook (2007) fungisida lebih efektif apabila diterapkan untuk tindakan pencegahan. Kepekatan asam fosfit yang rendah di perakaran mampu meningkatkan ketahanan tanaman, tetapi apabila kepekatan yang diberikan tinggi, ketahanan tanaman tidak akan berubah dan asam fosfit akan menghambat pertumbuhan jamur sebelum menyebabkan penyakit. Menurut Rekanovic et al. (2008) mekanisme ganda dari aluminium-fosetil adalah meningkatkan ketahanan tanaman secara signifikan terhadap serangan patogen dan ketika diaplikasikan sebagai tindakan pencegahan mempunyai pengaruh langsung terhadap jamur dengan menghambat perkecambahan spora pada permukaan daun dan mencegah masuknya patogen ke tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida asam fosfit 500 ppm dan 2000 ppm serta fungisida aluminium-fosetil 1000 ppm dan 4000 ppm mampu meningkatkan ketahanan tanaman pisang. Berdasarkan hasil ini kedua jenis fungisida tersebut dapat dipakai sebagai pengendali awal penyakit layu fusarium pisang agar pada awal penanaman bibit tetap sehat.

Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 108 A B C D Vol. 18 No. 2 Gambar 5. Pengaruh perlakuan terhadap gejala layu dan gejala nekrosis rimpang pada tanaman pisang Keterangan: A. Kontrol (-), DSI untuk LSI: 1 B. Kontrol (-), DSI untuk RDI: 1 C. Kontrol (+), DSI untuk LSI: 1 D. Kontrol (+), DSI untuk RDI: 2 Kontrol (-): tanpa fungisida, tidak diinokulasi Foc Kontrol (+): tanpa fungisida, diinokulasi Foc A B E F C D G H Gambar 6. Pengaruh fungisida asam fosfit terhadap gejala layu dan gejala nekrosis rimpang pada tanaman pisang Keterangan: A. B. C. D. E. F. G. H. Asam fosfit 500 ppm, DSI untuk LSI: 1 Asam fosfit 500 ppm, DSI untuk RDI: 1 Asam fosfit 1000 ppm, DSI untuk LSI: 1 Asam fosfit 1000 ppm, DSI untuk RDI: 1,25 Asam fosfit 2000 ppm, DSI untuk LSI: 1 Asam fosfit 2000 ppm, DSI untuk RDI: 1 Asam fosfit 4000 ppm, DSI untuk LSI: 1 Asam fosfit 4000 ppm, DSI untuk RDI: 1,25

Kristiawati et al.: Uji Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pisang dengan Asam Fosfit dan Aluminium-Fosetil 109 A B E F C D G H Gambar 7. Pengaruh fungisida aluminium-fosetil terhadap gejala layu dan gejala nekrosis rimpang pada tanaman pisang Keterangan: A. Al-fosetil 500 ppm, DSI untuk LSI: 1 B. Al-fosetil 500 ppm, DSI untuk RDI: 1,25 C. Al-fosetil 1000 ppm, DSI untuk LSI: 1 D. A-fosetil 1000 ppm, DSI untuk RDI: 1 E. Al-fosetil 2000 ppm, DSI untuk LSI: 1 F. Al-fosetil 2000 ppm, DSI untuk RDI: 1,5 G. Al-fosetil 4000 ppm, DSI untuk LSI: 1 H. Al-fosetil 4000, DSI untuk RDI: 1 KESIMPULAN Fungisida asam fosfit lebih efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur Foc daripada fungisida aluminium-fosetil secara in vitro. Fungisida asam fosfit 500 ppm dan aluminium-fosetil 1000 ppm dapat meningkatkan ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit layu fusarium. Oleh kerena itu kedua jenis fungisida tersebut dapat dipakai untuk mendapatkan bibit pisang sehat dan lebih tahan terhadap penyakit layu fusarium. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press. USA. Anonim. 2008. Pestisida Terdaftar (Pertanian dan Kehutanan). Direktorat Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian, Jakarta. Daryanto 2004. Laporan Perkembangan Penyakit Layu Pisang. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Agustus 2004. Davis, A.J., M. Say, A.J. Snow, & B.R. Grant. 1994. Sensitivity of Fusarium oxysporum f.sp. cubense to Phosphonate. Plant Pathology 43: 200 205. Abstract. http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/119268517/pdfstart, diakses 25/6/09. Hidayat. 2002. Respon Subkultur Pisang Cavendish terhadap Napthalene Acetic Acid dan Benzyl Amino Purin. Buletin Pertanian dan Peternakan 3: 1 10. Kosmiatin, M., I. Mariska., I. Roostika., & E. Gati. 2006. Pembentukan Pisang Ambon Toleran terhadap Penyakit Layu Fusarium melalui Variasi Somaklonal. Zuriat 17: 16 24. Landschoot, P. & Y. Cook. 2007. Understanding the Phosphonate Products. Department of Crop and Soil Sciences-Cooperative Extension. The Pennsylvania State University. http://turfgrassmanagement.psu.edu/ sorting_through_the_phosphonate_product s.cfm, diakses 29/5/09. Lovatt, C.J. 1990. A Definitive Test to Determine whether Phosphite Fertilization Can Replace Phosphate Fertilization to Supply P in the Metabolism of Hass on Duke 7. California Avocado Society Yearbook 74: 61 64. http://www.avocadosource.com/arac/ SUM_1990/SUM_1990_PG_12-13.pdf, diakses 23/12/09. Mak, C., A.A. Mohamed, K.W. Liew, Y.W. Ho. 2004. Early Screening Technique for Fusarium Wilt Resistance in Banana Micropropagated Plants. Banana Improvement. http://www.fao.org/docrep/007/ae216e/ae216e00. HTM, diakses 25/5/09. Nelson, P.E. 1993. Taxonomy of Fungi in the Genus Fusarium with Emphasis on Fusarium oxysporum. Fusarium Wilt of Banana. APS Press. The American Phytopathological Society, St. Paul, Minnesota. Ochse, J.J., M.J. Soule, Jr., M.J. Dijkman, & C. Wehlburg. 1966. Tropical and Subtropical Agriculture. Volume 1. The Macmillan Company, New York. Pegg, K.G. & Langdon, P.W. 1986. Fusarium Wilt (Panama Disease): a Review. Banana and Plantain Breeding Strategies. Aciar Proceedings No. 21, Australia.

110 Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 18 No. 2 Ploetz, R.C. 1993. Population Biology of Fusarium oxysporum f.sp. cubense. Fusarium Wilt of Banana. APS Press. The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. Rekanovic, E. I. Potocnik, M. Stepanovic, S. Milijaservic, & B. Todorovic, B. 2008. Field Efficacy of Fluopicolide and Fosetyl-Al Fungicide Combination (Profiler) for Control of Plasmopara viticola (Berk. & Curt.) Berl. & Toni. in Grapevine. Pestic. Phytomed 23: 183 187, http://www.doiserbia.nb.rs/img/doi/1820-3949/2008/1820-39490803183r.pdf, diakses 23/12/09. Sanjeev, K.K. & A. Eswaran. 2008. Efficacy of Micro Nutrients on Banana fusarium Wilt. (Fusarium oxysporum f. sp. cubense) and it s Synergistic Action with Trichoderma viride. Academic Pres. Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj 36: 52 54. Abstract, http://www. revisteusamv.objectis.net/notulae/current-volume/ not-bot-hort-agrobot-cluj-2008-volume-36-issue- 1/efficacy-of-micro-nutrients-on- banana-fusariumwilt-fusarium-oxysporum-f-sp-cubense-and-it2019s - synergistic-action-with-trichoderma-viride/, diakses 11/6/09. Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Siallagan, B. 2008. Uji Virulensi Beberapa Isolat Fusarium oxysporum f.sp. cubense. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Skripsi (tidak diterbitkan). Simmonds, N.W. 1960. Bananas. Longmans, Green and Co Ltd., London. Suhardiman, P. 1997. Budi Daya Pisang Cavendish. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Valmayor, R.V. 1986. Banana Improvement Imperatives - the Case for Asia. Banana and Plantain Breeding Strategies. Aciar Proceedings No. 21. Australia. Whiley, A.W., Saranah, J.B., Langdon, P.W., Hargreaves, P.A. Pegg, K.G. & Ruddle, L.J. 1992. Timing of Phosphonate Trunk Injections for Phytophthora Root Rot Control in Avocado Tress, p. 75 78. In Proc. of Second World Avocado Congress. Abstract, http://www.soilzone.com/library/crops/avocado/ Disease%20management/Timing%20of%20phosphonate%20injections%20for%20P.%20c.%20root %20rot%20control.pdf, diakses 23/12/09. Widiastuti, A. 2002. Eksplorasi Fusarium Nonpatogenik dan Avirulen untuk Pengimbasan Ketahanan Bibit Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Tesis (tidak diterbitkan).