RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)
|
|
- Ari Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal ISSN: RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) Resistance Response of Tomato Varieties to Bacterial Wilt Disease (Ralstonia solanacearum) ADRIANI 1), ABDUL RAHMAN 2), GUSNAWATI HS. 2), ANDI KHAERUNI 2*). 1) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, Kendari 2) Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari ABSTRACT The study was aimed to know the resistance response of some tomato varities to bacterial wilt disease (Ralstonia solanacearum). The study was arranged in a completely randomized design (CRD) with six tomato variety treatmens, namely : Permata, Cosmonot, Idola, Gress, Ratna, and a local Muna variety. Each treatment had three replicates of six plants. The resistance response observed were : the latent period, disease incidence, disease severity, and plant height. The response was observed weekly until 7 weeks after inoculation. The results showed that Cosmonot variety was resistant to bacterial wilt disease, without any disease incedence occured and the disease severity was only 6,66%. Whereas the Local Muna variety as well as Permata, Gress, and Idola were susceptible to bacterial wilt disease. On the other hand, Ratna variety showed slight tolerant response. Keywords : bacterial wilt, Ralstonia solanacearum, resistance reaction, tomato variety 1 PENDAHULUAN Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman tomat di Indonesia. Penyakit ini cukup berbahaya, karena pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan kematian tanaman dan kegagalan panen sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Penggunaan varietas tomat yang tahan terhadap penyakit layu bakteri sangat penting artinya untuk menanggulangi penyakit ini, hal ini disebabkan karena pengendalian ini murah dan mudah dilakukan oleh petani selama terdapat persediaan tanaman tahan. Varietas tanaman tertentu memiliki ketahanan yang berbeda terhadap serangan penyakit dengan varietas lain, perbedaan ketahanan tersebut terlihat dengan adanya perbedaan keparahan penyakit yang sangat nyata pada tanaman yang memiliki ketahanan vertikal (gen resistensi vertikal) yang mampu menekan tingkat keparahan penyakit dibandingkan *) Alamat Koresponden: akhaeruni@yahoo.com dengan yang tidak memiliki ketahanan vertikal (Tutupary et al., 2004). Namun informasi tentang varietas tomat tahan penyakit layu bakteri di Sulawesi Tenggara belum banyak dilaporkan, oleh karena itu pengetahuan tentang varietas tahan terhadap R. Solanacearum di Sulawesi Tenggara sangat diperlukan untuk mendukung pengendalian penyakit layu bakteri secara terpadu dalam usaha meningkatkan produksi dan produktivitas tomat di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang respon ketahanan beberapa varietas tomat komersial terhadap penyakit layu bakteri. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo dan percobaan lapangan dilakukan di atas lahan yang dinaungi dengan plastik. Bahan yang digunakan adalah benih tomat berbagai varietas, aquades, alkohol 70%, isolat Ralstonia solanacearum, media CPG
2 64 ANDRIANI ET AL. J. AGROTEKNOS (casaminoamin peptone glukosa) dan media TTC (triphenil tetrazolium chlorid). Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan varietas tanaman tomat sebagai perlakuan yaitu : A. Varietas Permata, B. Varietas Cosmonot, C. Varietas Idola, D. Varietas Lokal, E. Varietas Gress, F. Varietas Ratna, setiap unit percobaan terdiri atas 6 tanaman dengan 3 ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat 108 tanaman. semua varietas tersebut diperoleh dari PT. BISI International Tbk, Kediri tanpa perlakuan bahan kimia. Pelaksanaan Penelitian. Persiapan Tanah dan Tanaman. Tanah yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang steril dengan perbandingan 2:1 (v/v). Tanah ini kemudian dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 20 cm (6 kg tanah per polybag). Benih tomat disemai dalam baki semai berisi campuran tanah dan pasir steril dengan perbandingan 2 : 1 (v/v), setelah berumur 30 hari benih tomat dipindahkan ke polybag. Persiapan Inokulum. Isolat bakteri R. solanacearum yang berasal dari stok larutan gliserol dipindahkan ke cawan petri berisi media TTC dan kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam. Koloni yang menunjukkan ciri-ciri khas R. solanacearum virulen yakni berwarna putih kotor dengan pusat merah jambu dipindahkan ke media TTC yang baru untuk pemurnian. Penyiapan sumber inokulum patogen dilakukan dengan menumbuhkan R. solanacearum dalam tabung reaksi yang berisi media CPG dan diinkubasi selama 2 hari, setiap bakteri dipanen dengan 10 ml air akuades steril, suspensi bakteri tersebut diencerkan dengan akuades steril 1:5 (v/v) yang diperkirakan mengandung sel bakteri sekitar 10 7 sel/ml. Inokulasi R. solanacearum pada Tanaman Uji. Inokulasi dilakukan pada saat tanaman pindah tanam yaitu 30 hari setelah semai. Seperempat dari akar tanaman yang dipindahkan dipotong dengan gunting, lalu ditanam, lalu diinokulasi dengan suspensi patogen di sekitar perakaran diinokulasi dilakukan dengan cara : membuat lubanglubang kecil di sekitar pangkal batang kemudian disiram dengan suspensi patogen sebanyak 20 ml/tanaman. Pengamatan. a. Periode Laten. Periode laten diamati setelah dilakukan inokulasi patogen berupa munculnya gejala awal yang ditandai dengan layunya daun-daun muda berupa layu permanen. b. Pertambahan Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman tertinggi yang dilakukan setiap minggu sejak tujuh hari setelah inokulasi patogen sampai berakhirnya waktu pengamatan. Pertambahan tinggi tanaman dihitung dari selisih tinggi tanaman pada minggu pengamatan dengan pengamatan minggu sebelumnya. c. Kejadian Penyakit. Perhitungan tingkat kejadian penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara mengamati gejala eksternal pada tanaman. Perhitungan dilakukan setiap minggu setelah timbulnya gejala awal. Tingkat kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan metode Abbolt (1925) dalam Asniah & Khaeruni (2006) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n KP x100% N Keterangan : KP = tingkat kejadian penyakit (%) n = jumlah tanaman layu yang diamati N = jumlah tanaman yang diamati d. Keparahan Penyakit. Tingkat keparahan penyakit diketahui berdasarkan kerusakan akar tanaman tomat pada akhir penelitian. Pengamatan dilakukan dengan cara membongkar tanaman kemudian perakaran dicuci secara hati-hati dan dinilai derajat infeksinya berdasarkan metode Townsend and Hueberger (1948) dalam Asniah & Khaeruni (2006) dengan rumus sebagai berikut: n nv i i 0 5 I 100% Z N Keterangan: I = tingkat keparahan penyakit (%) ni = jumlah pembuluh yang terserang pada setiap kategori serangan vi = nilai numerik masing-masing kategori serangan Z = nilai numerik kategori serangan tertinggi N = jumlah berkas pembuluh yang diamati Nilai skala diskolorisasi setiap kategori serangan yang digunakan adalah (menurut INIBAP 1994 dalam Asniah & Khaeruni 2006): 0 = tidak ada diskolorisasi pada berkas pembuluh 1 = ada sedikit diskolorisasi 2 = diskolorisasi kurang dari 1/4 berkas pembuluh 3 = diskolorisasi 1/4 2/4
3 Vol. 2 No.2, 2012 Respon Ketahanan Berbagai Varietas Tomat 65 4 = diskolorisasi lebih besar dari 3/4 berkas pembuluh 5 = berkas pembuluh penuh dengan diskolorisasi Penentuan reaksi ketahanan setiap varietas dilakukan berdasarkan nilai kejadian penyakit pada akhir pengamatan, dengan kategori sebagai berikut: Reaksi Ketahanan Sangat Tahan Tahan Medium Tahan Medium Keparahan Penyakit 0% < 10% 10 X 20% 20 X 40% > 40% Analisis Data. Data dianalisis dengan metode Sidik Ragam, untuk perlakuan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berjarak Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. HASIL DAN PEMBAHASAN Periode Laten. Hasil pengamatan terhadap rata-rata periode laten penyakit layu bakteri pada setiap varietas disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas tanaman tomat yang berbeda berpengaruh nyata terhadap periode laten penyakit layu bakteri. Tabel 1 menunjukkan bahwa periode laten tercepat terdapat pada varietas lokal yaitu rata-rata 6,66 hari setelah inokulasi patogen yang berbeda nyata dengan perlakuan varietas lainnya, sedangkan periode laten tidak muncul pada varietas Cosmonot (B) hingga akhir pengamatan dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sementara varietas Permata, Idola, Gress dan Ratna menunjukkan periode laten yang tidak berbeda nyata satu dengan lainnya. Tabel 1. Rata-rata periode laten penyakit layu bakteri pada enam varietas tomat Perlakuan Rata-rata periode laten (hari varietas setelah inokulasi) 15,60 b 0,00 a 17,80 b D. Lokal 6,66 c 14,70 b 11,66 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05% Pertambahan Tinggi Tanaman. Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada setiap perlakuan ditampilkan pada Tabel 2. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan masingmasing varietas berbeda nyata. Pertambahan tinggi tanaman pada Tabel 2, menunjukkan varietas Cosmonot selalu memiliki pertambahan tinggi tanaman terbaik, kecuali pada 2 minggu sebelum pengamatan berakhir, sebaliknya pertambahan tinggi tanaman terendah didapatkan pada varietas lokal kecuali pada pengamatan minggu I-II, tinggi tanaman pada varietas lokal pada empat minggu terakhir sudah tidak terjadi lagi karena sebagian besar tanaman sudah mengalami gejala layu yang akhirnya menyebabkan kematian tanaman. Tabel 2. Pertambahan tinggi tanaman ( ) (cm) pada 6 varietas tomat Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) pada minggu Varietas 1-II II-III III-IV IV-V V-VI VI-VII D. lokal 5,967 bc 9,473 a 3,583 c 7,203 ab 7,287 ab 8,203 ab 6,253 b 16,760 a 5,603 cb 1,557 c 6,617 b 5,380 cb 7,820 ab 15,050 a 5,103 b 1,333 c 6,017 b 6,213 b 6,890 b 12,770 a 3,800 bc 0,000 c 8,700 ab 7,160 ab 8,890 a 11,047 a 11,100 a 0,000 b 15,377 a 6,883 a 7,833 a 11,570 a 21,833 a 0,000 b 13,557 a 9,593 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,01%. Kejadian Penyakit. Hasil pengamatan terhadap kejadian penyakit pada setiap varietas disajikan Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap kejadian penyakit layu bakteri pada tanaman tomat pada setiap waktu pengamatan.
4 66 ANDRIANI ET AL. J. AGROTEKNOS Tabel 3. Rata-rata kejadian penyakit pada enam varietas tomat setiap waktu pengamatan Perlakuan Kejadian penyakit (%) pada pengamatan minggu ke Varietas D. Lokal 0,00 b 0,00 b 0,00 b 90,45 a 23,80 b 14,25 b 42,84 b 0,00 d 38,08 bc 95,23 a 33,32 bc 19,03 c 47,60 b 0,00 c 47,63 b 95,23 a 47,60 b 23,80 b 66,66 bc 0,00 e 80,95 b 52,36 cd 28,55 d 66,66 bc 0,00 e 80,95 b 57,13 cd 28,55 d 71,42 bc 0,00 e 80,95 b 57,13 cd 28,55 d 71,42 a 0,00 c 80,95 a 57,13 ab 28,25 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05% dicapai pada pengamatan minggu keempat. Tabel 3 menunjukkan bahwa kejadian Selain varietas lokal kejadian penyakit yang penyakit meningkat seiring dengan tinggi juga ditemukan pada varietas Permata, pertambahan umur tanaman pada semua varietas kecuali varietas Cosmonot yang tidak Gress dan Idola, sedangkan varietas Permata cenderung memperlihatkan reaksi agak tahan. meninjukkan gejala layu bakteri hingga Keparahan Penyakit. Hasil pengamatan pengamatan minggu ketujuh. Dari enam terhadap keparahan penyakit pada setiap varietas yang diuji memperlihatkan bahwa perlakuan disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik varietas Lokal selalu menunjukkan kejadian ragam menunjukkan bahwa perlakuan penyakit layu bakteri yang tinggi dan berbeda varietas tanaman tomat berpengaruh sangat nyata dengan varietas lainnya pada setiap nyata terhadap keparahan penyakit layu waktu pengamatan, bahkan pada minggu bakteri. pertama kejadian penyakit sudah mencapai 90,45% dan kejadian penyakit 100% sudah Tabel 4. Rata-rata keparahan penyakit dan reaksi ketahanan pada setiap perlakuan. Perlakuan Rata-rata Keparahan Penyakit (%) Reaksi Ketahanan D. lokal 91,43 a 6,66 c 89,52 a 83,81 ab 57,14 b Tahan Toleran Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05% Tabel 4 menunjukkan bahwa keparahan penyakit tertinggi terdapat pada varietas Lokal yaitu 100% dan berbeda sangat nyata varietas Cosmonot yaitu 6,66% dan varietas Ratna yaitu 57,14%, sedangkan dengan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Berdasarkan penetapan reaksi ketahanan terhadap penyakit layu bakteri yang dinilai dari keparahan penyakit pada Tabel 4, menunjukkan bahwa dari 6 varietas yang diuji hanya varietas Cosmonot yang bereaksi tahan terhadap penyakit layu bakteri, sementara lima varietas lainnya tergolong rentan, meskipun varietas Ratna cenderung menunjukan reaksi yang toleran. Pembahasan. Hasil pengamatan terhadap tiga peubah yang diamati yaitu periode laten, kejadian penyakit dan keparahan penyakit menunjukkan bahwa varietas-varietas Permata, Idola, Lokal, Gress dan Ratna yang diinokulasi bakteri Ralstonia solanacearum menunjukkan gejala penyakit layu bakteri yang tinggi, sementara varietas Cosmonot hanya menunjukan gejala pada pengamatan keparahan penyakit berupa gejala nekrotik pada berkas pembuluh batang sebesar 6,66%. Berdasarkan pada peubah periode laten, diketahui bahwa varietas Cosmonot memiliki reaksi ketahanan yang tinggi, sehingga gejala penyakit layu bakteri secara visual tidak muncul hingga akhir pengamatan, sementara pada lima varietas lainnya, periode laten bervariasi dari 6,66 hingga 17,80 hari setelah inokulasi, dengan periode laten tercepat
5 Vol. 2 No.2, 2012 Respon Ketahanan Berbagai Varietas Tomat 67 terdapat pada varietas Lokal. Periode laten adalah waktu awal munculnya gejala penyakit sejak dilakukan inokulasi patogen. Gejala layu bakteri pada tanaman tomat ditandai dengan adanya gejala layu eksternal berupa perubahan warna daun, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai daun dan kelayuan menyeluruh pada tanaman yang bersifat permanen. Cahyono (1990) menambahkan tanaman yang terserang penyakit layu bakteri menunjukkan gejala, tangkai-tangkai daun akan tampak merunduk kemudian layu dan akhirnya tanaman akan mati. Bakteri Ralstonia solanacearum menginfeksi melalui luka-luka yang terjadi pada akan yang kemudian berkembang di berkas pembuluh. Gejala pada akar dapat dilihat dengan adanya perubahan pada warna kecoklatan pada berkas pembuluh pengangkutannya bila dibelah (Wang & Lin 2005). Sastrahidayat (1990) mengemukakan adanya perbedaan periode laten pada setiap varietas tersebut diduga erat kaitannya dengan ketahanan gen, kemudian diperkuat oleh Agrios (1997) yang melaporkan bahwa ketahanan varietas tanaman terhadap patogen tertentu sangat bervariasi. Banyaknya variasi dalam ketahanan terhadap patogen antara varietas tanaman mungkin karena perbedaan jumlah gen untuk ketahanan bervariasi mulai dari yang sangat kecil sampai besar tergantung pada fungsi yang dikendalikan Apabila periode laten dikaitkan dengan kejadian penyakit, maka tampak bahwa varietas Lokal yang memiliki periode laten tercepat juga memiliki kejadian penyakit yang tertinggi, sebaliknya varietas Cosmonot kejadian penyakit tidak teramati hingga akhir pengamatan. Namun fenomena lain ditemukan pada varietas Ratna yang memperlihatkan periode laten tercepat kedua setelah varietas Lokal, namun kejadian penyakit tidak lebih tinggi jika dibanding empat varietas lainnya, dimana kejadian penyakit pada setiap pengamatan selalu lebih rendah dari varietas Permata, Gress, Idola dan Lokal, hal ini mengindikasikan bahwa varietas Ratna cenderung bersifat toleran dan memiliki kemampuan untuk menghambat kejadian penyakit layu bakteri, hal ini ditandai dengan perkembangan penyakit pada setiap pengamatan yang relatif rendah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3, walaupun keparahan penyakit mencapai 50,14% Persentase keparahan penyakit dan dihubungkan dengan peubah periode laten dan kejadian penyakit merupakan dasar dari penetapan reaksi ketahanan tanaman (Tutupary et al. 2004). Pada Tabel 4 diketahui bahwa keparahan penyakit terendah diperlihatkan oleh varietas Cosmonot yaitu sebesar 6,66%, dan jika dihubungan dengan periode laten dan kejadian penyakit tidak muncul hingga akhir pengamatan maka dapat dikatakan bahwa varietas Cosmonot tahan terhadap penyakit layu bakteri. Sebaliknya varietas lainnya memperlihatkan reaksi rentan, walaupun ada kecenderungan varietas Ratna memiliki reaksi yang toleran, hal ini ditandai perkembangan kejadian penyakit yang rendah dan tanaman tetap tumbuh dengan baik dengan pertambahan tanaman yang terus berlangsung hingga akhir pengamatan. Semangun (1996) mengemukakan bahwa pada tanaman dikenal beberapa jenis ketahanan terhadap penyakit yaitu ketahanan mekanis dan kimiawi yang merupakan jenis ketahanan yang dimiliki oleh tanaman karena memiliki struktur morfologi dan zat-zat kimiawi (antibiosis). Adanya tingkat infeksi yang berbeda dari keenam varietas yang diujikan diduga karena adanya perbedaan genetik. Diketahui bahwa varietas-varietas yang diuji selain varietas Lokal adalah varietas-varietas Hibrida F1 komersil, sehingga diduga bahwa varietas Cosmonot yang tahan membawa gen ketahanan terhadap layu bakteri, sementara varietas lainnya tidak membawa gen ketahanan layu bakteri. SIMPULAN Varietas cosmonot bereaksi tahan terhadap penyakit layu bakteri yang ditandai dengan tidak munculnya gejala penyakit dan keparahan penyakit hanya berkisar 6,66%, sedangkan varietas Lokal, Permata, Gress, Idola memiliki reaksi rentan. Khususnya varietas ratna memperlihatkan sifat toleran. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G.N., Plant Phatology. 3rd Academic Press. New York. Ed.
6 68 ANDRIANI ET AL. J. AGROTEKNOS Asniah, Khaeruni A., Pengaruh Waktu Aplikasi VA Mikoriza dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Tomat. Agriplus. Vol : Balai Pustaka Statistik, Produksi Tanaman Padi, Palawija, Sayuran dan Buah-Buahan di Sulawesi Tenggara. Kendari. Cahyono B., Tomat (Budidaya dan Analisa Usaha Tani). Kanisius. Yogyakarta. Sastrahidayat, I.R., Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Semangun H., Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tutupary JM, Wattimena G, Sinaga MS, Aswidinnoor H Resistensi plasma nutfah kentang terhadap 3 isolat patogen hawar daun (Phytophthora infestans). Hayati 11(2): Wang J.F., and Lin CH, Integrated Management of Tomato Bacterial Wilt. Shanhua, Taiwan. AVRDC The World Vegetable Center. ml. Diakses 29 Oktober 2007.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciPERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT
ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universtitas Lampung dari Desember
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru yang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari
Lebih terperinciDAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT
INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PERCOBAAN
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI FUNGISIDA RIZOLEX 50 WP (metil tolklofos 50%) (385/PPI/8/2008) TERHADAP PENYAKIT BUSUK DAUN Phytophthora infestans PADA TANAMAN KENTANG Pelaksana : H.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun
17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas
17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan
13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari
Lebih terperinciBAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4
14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian serta di Rumah Kaca University Farm, Institut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai
Lebih terperinciPengaruh Waktu Inokulasi dan Jumlah Inokulum Terhadap Patogenisitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau
Buletin N. Tanaman Hidayah Tembakau, dan T. Yulianti: Serat Waktu & Minyak inokulasi, Industri jumlah 2(2), Oktober inokulum, 2010:75 80 patogenisitas Phytophthora nicotianae, bibit tembakau ISSN: 2085-6717
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO
KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.
I. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan sekitar laboratorium Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)
III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung
Lebih terperinciSTUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH
Lebih terperinciPengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA
Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA Oleh: Nurhayati (Dosen J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Lebih terperinciFusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK
INDUKSI KETAHANAN KULTUR JARINGAN PISANG TERHADAP LAYU FUSARIUM MENGGUNAKAN Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK Arif Wibowo, Aisyah Irmiyatiningsih, Suryanti, dan J. Widada Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma
19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian mengenai pengendalian penyakit hawar daun pada kentang melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum telah
Lebih terperinciKETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA
8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE A.
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari hingga September 2014 di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA untuk identifikasi senyawa ekstrak, Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK
PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Perbanyakan P. citrophthora dan B. theobromae dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way
31 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way Jepara, Lampung Timur dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan di Desa Dukuwaluh, Kecamatan Kembaran pada ketinggian tempat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari rizosfer tanaman Cabai merah (Capsicum
Lebih terperinciUJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.
UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var. Domba) Onesia Honta Prasasti (1509100036) Dosen Pembimbing : Kristanti Indah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang baik pada berbagai kondisi lingkungan. Luas lahan pertanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Lebih terperinciKETAHANAN KLON KENTANG LIAR (Solanum chacoense) TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) SECARA IN VITRO DAN DI LAPANGAN AI ELY YULIATI
KETAHANAN KLON KENTANG LIAR (Solanum chacoense) TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) SECARA IN VITRO DAN DI LAPANGAN AI ELY YULIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,
Lebih terperinciPEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN
PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciPEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN
PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciSINERGI ANTARA NEMATODA
SINERGI ANTARA NEMATODA Radopholus similis DENGAN JAMUR Fusarium oxysporum f.sp. cubense TERHADAP LAJU SERANGAN LAYU FUSARIUM PADA BEBERAPA KULTIVAR PISANG (Musa sp ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : M. ALAM
Lebih terperinciRESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK
864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai PGPR sebagai rizobakteria memberikan pengaruh tertentu terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang diujikan di rumah
Lebih terperinciPengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit
J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBABHI BAHAN DAN METODE
BABHI BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian
11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian
Lebih terperinciOleh: Norma Rahmawati Dosen Pembimbing: Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si.
Uji Multilokasi Pengaruh Bakteri Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat, dan Mikoriza Asal Desa Condro, Kecamatan Pasirian, Lumajang terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica rapa var. Parachinensis
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei
Lebih terperinciREAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA
Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 132-138 ISSN: 2089-9858 PS AGRONOMI PPs UNHALU REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PEMBERIAN MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR PERTUMBUHAN TOMAT
J. Agrivigor 9(3): 280-284, Mei Agustus 2010; ISSN 1412-2286 PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR PERTUMBUHAN TOMAT Effects of inoculation time of mycorrhiza vesicular arbuscular on fusarium
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PLANT GROWTH AND PRODUCTION MUSTARD (Brassica juncea L) WITH GRANT OF MICROORGANISMS
Lebih terperinciINTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih
BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan
Lebih terperinciBAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di
III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Perkebunan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciPENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.
PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 6 bulan pada bulan Februari Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah
18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang
Lebih terperinciPenyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4
Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tahap Laboratorium 1. Uji Kemampuan Isolat a. Tempat dan Waktu Penelitian Uji kemampuan 40 isolat bakteri dilaksanakan di laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Fakultas
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE
II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar spiritus, pipet, jarum ose, erlenmeyer,
Lebih terperinciPENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG
PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balitkabi yang terletak di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus sampai
Lebih terperinciEFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK
EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. Nurhayati, Abu Umayah dan Heynce Berdnand * * Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciPENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.
PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan
Lebih terperinciPEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit
45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan
Lebih terperinciGambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great
9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan PT. Nusantara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar
25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar Cahaya Negeri, Abung Barat, Lampung Utara dan Laboratorium Penyakit
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi
20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.
Lebih terperinci