PRINSIP DEBT FORGIVENESS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

KEPAILITAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM GRUP

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Oleh Gede Irwan Mahardika Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

JURNAL. Penulis : Richardo Purba Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebagaimana telah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM MENJALANKAN TUGAS PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT

DAFTAR REFERENSI. Asikin, Zainal. Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001.

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT OLEH MAHKAMAH AGUNG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PAILIT PT. DIRGANTARA INDONESIA

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

KEWENANGAN KREDITOR SEPARATIS TERHADAP EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITOR PAILIT Anton Ismoyo Aji, R.Suharto, Siti Malikhatun Badriyah Abstrak

PERALIHAN DAN HAPUSNYA HAK DAN TANGGUNGAN ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEREK YANG TELAH TERDAFTAR OLEH PEMEGANG MEREK MENURUT UNDANG UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ABSTRACT

KEPAILITAN PT ASURANSI JIWA BUANA PUTRA YANG IZIN USAHANYA TELAH DICABUT : STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229 K/PDT

KEPAILITAN DEBITUR YANG TERIKAT PERKAWINAN YANG SAH DAN TIDAK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN ABSTRACT

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

Annisa Chaula Rahayu,Herman Susetyo*, Paramita Prananingtyas. Hukum Perdata Dagang ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

Oleh: Arga Jongguran Tio Debora Sitinjak. Ngakan Ketut Dunia Marwanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PAKSA BADAN TERHADAP PENANGGUNG PAJAK DALAM PROSES PENAGIHAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, baik orang perorangan (natural person) maupun

Tinjauan Yuridis Insolvensi Sebagai Syarat Kepailitan (Studi Kasus Kepailitan PT. Telekomunikasi Selular dan PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA KEPAILITAN YANG MEMUAT KLAUSULA ARBITRASE SKRIPSI

ANALISA MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO.22/PAILIT/2003/PN

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

Indikator Insolvensi Sebagai Syarat Kepailitan Menurut Hukum Kepailitan Indonesia. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari

PENGARUH KEPAILITAN TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEPAILITAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrachman, H.M., Hukum Acara Perdata, Jakarta : Universitas Trisakti, 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

TANGGUNG JAWAB SEKUTU TERHADAP COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP ( CV ) YANG MENGALAMI PAILIT

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Rosia Luckyani Sidauruk Ngakan Ketut Dunia Dewa Gde Rudy Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

JURNAL. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: Siti Heiranisya Cita Agca NIM.

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

Akibat Hukum Putusan Penolakan Pkpu Terhadap Debitor (Kajian Hukum Atas Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor: 28/Pkpu/2011/Pn.Niaga.Jkt.Pst.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

PRAKTIK JUAL RUGI (PREDATORY PRICING) PELAKU USAHA DALAM PERSPEKTIF PERSAINGAN USAHA

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

EKSEKUSI TERHADAP SAHAM YANG DIGADAIKAN BERKAITAN DENGAN BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI DALAM SCRIPLESS TRADING SYSTEM

Transkripsi:

PRINSIP DEBT FORGIVENESS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) Oleh Ni Komang Widhi W.S. Ngakan Ketut Dunia A.A. Gde Agung Darma Kusuma Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Forgiveness of debt principle is a principle of law that can be used to lighten the burden to be borne by the debtor as a result of financial difficulties by providing the forgiveness of debts to be clear so that the debtor can resume its business without the burden of old debts (fresh starting) as a breakthrough besides PKPU bankruptcy should be able to protect and create a balance against the debtor and creditors. Therefore, this article will explain whether the principle of starting with a fresh debt forgiveness can be enacted in PKPU. Key Words: Debt Forgiveness Principle, Fresh Starting, Suspension Of Payment. ABSTRAK Prinsip debt forgiveness merupakan prinsip hukum yang dapat digunakan untuk memperingan beban yang harus ditanggung oleh debitur sebagai akibat kesulitan keuangan dengan memberikan pengampunan atas utang-utang menjadi hapus sehingga debitur dapat memulai lagi usahanya tanpa dibebani utang-utang lama (fresh starting), PKPU sebagai terobosan selain pailit diharapkan mampu untuk melindungi dan menciptakan keseimbangan terhadap debitur dengan kreditur-krediturnya. Oleh karena itu, tulisan ini akan menjelaskan apakah prinsip debt forgiveness dengan fresh starting dapat di berlakukan dalam PKPU. Kata Kunci: Prinsip Debt Forgiveness, Fresh Starting, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prinsip debt forgiveness, merupakan prinsip hukum yang merupakan alat yang dapat digunakan untuk memperingan beban yang harus ditanggung oleh debitur sebagai akibat kesulitan keuangan sehingga tidak mampu lagi melakukan pembayaran terhadap utang-utangnya sesuai agreement dan bahkan sampai pada pengampunan atas utangutangnya sehingga utang-utangnya menjadi hapus sama sekali (fresh starting) 1, di Negara Amerika dan Belanda prinsip tersebut sudah di singgung dalam pengaturannya. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini, untuk mengetahui apakah prinsip debt forgiveness dengan fresh starting juga dapat diberlakukan dalam PKPU. II. ISI MAKALAH 2.1. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan kepada bahan hukum primer yang digunakan terutama pendapat para ahli hukum. Jenis pendekatan yang digunakan adalah dalam penelitian ini digunakan jenis pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach). Analisis terhadap bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif, analisis, dan argumentatif. 2 1 M. Hadi Shuban, 2009, Hukum Kepailitan : Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Cet II, Kencana, Jakarta, hal. 43. 2 Amirudin, dan H. Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 131. 2

2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Prinsip Hukum Debt Forgiveness Dengan Fresh Starting Prinsip hukum debt forgiveness dengan fresh starting, ketika harta kekayaan debitur tidak mencukupi, maka adalah adil beban risiko ditanggung bersama antara debitur dan kreditur, debitur menanggung risiko tersebut dengan segenap harta kekayaannya sampai harta kekayaannya itu habis dan kreditur menanggung risiko tersebut dengan tidak terbayarkannya sisa utang yang tidak tercukupi dari harta debitur tersebut, inilah merupakan prinsip hukum debt forgiveness dengan fresh starting, sebagai bentuk penyeimbang risiko yang lahir dari prinsip hukum debt forgiveness tersebut. 3 2.2.2. Prinsip Hukum Debt Forgiveness Dengan Fresh Starting Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Prinsip hukum debt forgiveness atau debt forgiveness principle merupakan prinsip yang dapat memperingan beban debitur, dimana berdasarkan prinsip ini memberikan pengampunan atas utang-utangnya sehingga utang-utangnya tersebut menjadi hapus sama sekali (fresh starting), prinsip hukum debt forgiveness memberikan status fresh starting bagi debitur sehingga memungkinkan debitur untuk mulai melakukan usaha baru tanpa di bebani utang-utang lama. 4 Dengan adanya prinsip hukum debt forgiveness dengan fresh starting ini, lebih memberikan kepastian hukum bagi kedudukan debitur yang membayar utang terhadap para kreditur dengan itikad baik, sehingga debitur yang suatu hari tidak mampu lagi membayar utang-utangnya terhadap para kreditur, dapat diberikan pengampunan atas utang-utangnya menjadi hapus sama sekali, sehingga debitur dapat memulai usaha baru tanpa harus dibebani oleh utang-utang sebelumnya. 3 M. Hadi Shuban, op.cit, hal. 46. 4 M. Hadi Shuban, op.cit, hal. 43. 3

Akan tetapi dalam undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), ternyata tidak mengenal adanya prinsip fresh starting yang merupakan manifestasi dari prinsip debt forgiveness. 5 Seharusnya prinsip fresh starting yang merupakan manifestasi dari prinsip debt forgiveness dapat diberlakukan dalam penyelesaian utang-piutang melalui PKPU. Mengingat dalam pasal 228 ayat 6 undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) penundaan tersebut berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari setelah putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara diucapkan. 6 Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, seharusnya dapat diberlakukan prinsip fresh starting bagi debitur dengan itikad baik yang sebelumnya telah membayar sebagaian utang-utangnya terhadap para kreditur dengan menghapus utang-utang yang masih ada apabila debitur tersebut sudah tidak sanggup lagi membayar utang-utangnya terhadap para kreditur. Apabila prinsip fresh starting tidak diberlakukan, maka berdasarkan pengakhiran PKPU selama PKPU berlangsung keadaan harta debitur ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU, pengurus wajib mengajukan permohonan pengakhiran PKPU dan debitur harus dinyatakan pailit dalam putusan yang sama. 7 Berdasarkan ketentuan tersebut, sangat disayangkan bila debitur yang memiliki itikad baik, telah membayar sebagaian utang-utangnya terhadap para kreditur, harus dipailitkan demi hukum karena harta debitur tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU, sehingga akibatnya debitur yang dinyatakan pailit tidak mampu lagi menjalankan usahanya. Seharusnya prinsip fresh starting yang merupakan manifestasi dari prinsip debt forgiveness yang merupakan pengampunan atas utang-utang, sehingga utang-utangnya tersebut menjadi hapus sama sekali dapat diberlakukan terhadap debitur dengan itikad baik dalam PKPU. Oleh karena itu, menurut Sutan Remy Sjahdeni suatu undang-undang yang baik dalam hal ini undang-undang kepailitan dan penundaan 5 M. Hadi Shuban, op.cit, hal. 156. 6 R. Anton Suyatno, 2012, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kencana, Jakarta, hal. 208. 7 Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, Benny Ponto, 2001, Penyelesaian Utang-piutang, Alumni, Bandung, hal. 266. 4

kewajiban pembayaran utang haruslah dilandaskan pada asas untuk memberikan perlindungan yang seimbang bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, yaitu debitur dan kreditur. 8 III. KESIMPULAN 1. Prinsip hukum debt forgiveness dapat dilakukan dengan memberikan fresh starting, yaitu ketika harta kekayaan debitur tidak mencukupi, maka adalah adil beban risiko ditanggung bersama antara debitur dan kreditur-krediturnya. Prinsip hukum debt forgiveness dengan memberikan fresh starting merupakan bentuk penyeimbang risiko yang lahir dari prinsip hukum debt forgiveness tersebut. 2. Dalam undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), ternyata tidak mengenal adanya prinsip fresh starting yang merupakan manifestasi dari prinsip debt forgiveness, seharusnya prinsip fresh starting yang merupakan manifestasi dari prinsip debt forgiveness dapat diberlakukan terhadap debitur dengan itikad baik dalam PKPU, sehingga mampu menciptakan kedudukan dan perlindungan yang seimbang antara debitur dan kreditur-krediturnya. DAFTAR PUSTAKA Amirudin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lontoh, A. Rudhy, 2001, Penyelesaian Utang-Piutang, Alumni, Bandung. Shuban, M. Hadi, 2009, Hukum Kepailitan : Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Kencana, Jakarta. Suyatno, R. Anton, 2012, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kencana, Jakarta. Undang - Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). 8 M. Hadi Shuban, op.cit, hal. 44. 5