BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN PRESTASI KERJA.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial menjadi kebutuhan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana pengaruh OCB terhadap kinerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kinerja, kesuksesan, dan kefektifan organisasi. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting yang menentukan keefektifan suatu organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat dari sudut tujuannya dapat dibagi menjadi dua, yang dikenal dengan nama

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki, dengan demikian karyawan menjadi aset penting bagi perusahaan. Rasa suka rela

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai perusahaan terdiri atas sekumpulan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

2016 PENGARUH KEPUASAN KERJA D AN KOMITMEN ORGANISASI TERHAD AP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sistem-sistem organisasi yang menghasilkan output yang menurutkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ketat, karena perusahaan tidak hanya dihadapkan pada persaingan dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Panjang (RPJP) Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) (STUDI PADA GURU SMP NEGERI 4 RAHA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting utama dalam organisasi. Di era

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan. perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok orang yang dikenal sebagai bawahan ( Siagian; 2009: 15). menjalankan tugas di dalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilki agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan. Setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kompetisi antar perusahaan semakin ketat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dasar suatu organisasi adalah manusia (individu). Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang manufaktur ataupun di bidang jasa, semakin ketat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang media lokal Solo, sebagian besar orang pasti akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan semata. Bahkan reward hampir

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada jaman era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek dalam pencapaian tujuan saja tetapi lebih dari itu, karyawan sekaligus menjadi obyek pelaku. Tanpa karyawan, perusahaan dan organisasi tidak dapat mewujudkan semua rencana yang telah dibuatnya, karena ditangan karyawanlah semua itu akan dapat berkembang. Bila seorang karyawan dalam melakukan segala sesuatu, tidak selalu digerakan oleh hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya, namun dikarenakan karyawan tersebut akan mempunyai perasaan puas jika dapat membantu atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari perannya dan perilaku tersebut bisa merupakan perwujudan rasa saling membutuhkan antar satu sama lain, maka kondisi tersebut disebut sebagai perilaku kewarganegaraan organisasi atau juga disebut organizational citizenship behavior (OCB). OCB merupakan perilaku positif orang-orang yang ada dalam organisasi. Perilaku ini terekspresikan dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja, memberikan kontribusi pada organisasi lebih dari pada apa yang dituntut secara formal oleh organisasi. OCB merupakan ekspresi kecintaan, loyalitas, dan rasa memiliki yang tinggi dari anggota organisasi. Jika dalam sebuah organisasi terdapat orang-orang yang memiliki OCB tinggi, maka dapat diharapkan 1

2 organisasi tersebut akan mampu menghadapi tantangan yang muncul dari perubahan lingkungan, baik internal maupun eksternal (Sofyandi, 2007). Perilaku OCB tersebut bisa berupa perilaku menolong rekan kerja yang sedang kerepotan dalam pekerjaannya, menggantikan rekan kerja yang tidak masuk atau istirahat, membantu rekan sejawat yang pekerjaannya overload, membantu mengerjakan tugas orang lain pada saat tidak masuk, membantu orang lain di luar departemen ketika memiliki permasalahan, membantu pelanggan dan para tamu jika membutuhkan bantuan, tepat waktu setiap hari tidak peduli pada musim ataupun lalu lintas, membantu proses orientasi karyawan baru meskipun tidak diminta, tidak menghabiskan waktu untuk pembicaraan di luar pekerjaan, kemauan untuk bertoleransi tanpa mengeluh, menahan diri dari aktivitas-aktivitas mengeluh dan mengumpat, memberikan perhatian terhadap pertemuan-pertemuan yang dianggap penting, membuat pertimbangan dalam menilai apa yang terbaik untuk organisasi, membaca dan mengikuti pengumuman-pengumuman organisasi, dsb (Aldag & Resckhe dalam Sofyandi, 2007). Menurut Organ (dalam Jayanti, 2009) organizational citizenship behavior merupakan perilaku yang berdasarkan kesukarelaan yang tidak dapat dipaksakan pada batas-batas pekerjaan dan tidak secara resmi menerima penghargaan tetapi mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan produktivitas dan keefektifan organisasi. Lebih lanjut Organ (dalam Jayanti, 2009) menerangkan bahwa organizational citizenship behavior dapat memberikan sumbangan peningkatan sistem sosial dalam ruang lingkup keseluruhan organisasi.

3 Begitu berperannya OCB dalam sebuah perusahaan maka munculnya OCB juga diharapkan oleh perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, termasuk sektor migas. Sebagai perusahaan besar tentunya perusahaan migas ingin mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi, dan hal tersebut dapat tercapai apabila di suatu perusahaan muncul perilaku sukarela membantu orang lain tanpa mengharapkan reward dari perusahaan yang disebut dengan organizational citizenship behavior atau OCB. Seperti dikatakan oleh Organ (dalam Seniati, 2004), bahwa OCB merupakan bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara bersamaan dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Bila dilihat dari perkembangan OCB saat ini bahwa tingkat OCB pada karyawan outsourcing cenderung lebih rendah dibandingkan pada karyawan tetap, namun seberapa besar tingkat OCB tersebut akan berbeda bagi setiap karyawan. Maka langkah perbandinganpun dilakukan untuk lebih jauh melihat tingkat OCB dari sisi status karyawan. Dari hasil penelitian - penelitian mengenai pengaruh OCB terhadap kinerja karyawan, OCB disimpulkan memiliki manfaat untuk meningkatkan produktifitas rekan kerja, meningkatkan atasan, menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasim, OCB membantu menghemat energi sumber daya yang langka untuk memelihara fungsi kelompok, OCB juga dapat menjadi sarana efektif untuk mengkoordinasi kegiatan - kegiatan kelompok kerja, meningkatkan kemampuan organisasi mempertahankan karyawan terbaik, meningkatkan

4 stabilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Podsakoff, 1997) Kenyataan yang terjadi bahwa pada Migas Indonesia ada sebagian karyawan outsourcing yang menunjukan perilaku seperti datang tepat waktu, membantu rekan kerja lain, menjaga fasilitas kantor, dan segera kembali bekerja dalam waktu yang telah ditentukan. Namun tak semua karyawan outsourcing bersedia melakukan tindakan-tindakan tersebut. Hal ini karena persepsi sebagai karyawan outsourcing yang belum memiliki kejelasan status masa kerjanya sehingga akan bertindak sesuai dengan minimnya kesadaran bertanggung jawab sebagai seorang karyawan perusahaan. Disisi lain karyawan tetap akan dengan sukarela melakukan tindakan-tindakan tersebut karena rasa memiliki kepada perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, adanya persaingan dalam dunia bisnis antar perusahaan sekarang ini membuat perusahaan seperti perusahaan migas harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran. Sehingga dalam iklim persaingan usaha yang makin ketat, perusahaan migas berusaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

5 Outsourcing atau disebut dengan Alih Daya diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak (Faiz, 2007). Disebutkan oleh Nugroho (2011) bahwa pihak lain (outside provider) dapat disebut juga sebagai pihak ketiga (third party contract) sehingga karyawan kontrak via pihak ketiga inilah yang disebut dengan karyawan outsourcing. Pengambilan karyawan outsourcing oleh sebuah perusahaan menurut Faiz (2007) biasanya dilakukan karena perusahaan ingin melakukan efisiensi dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Dengan mengambil karyawan dari pihak ketiga perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya dalam bisnis sehingga dapat berkompetisi dalam pasar, dimana hal-hal intern perusahaan yang bersifat penunjang (supporting) dialihkan kepada pihak lain yang lebih profesional. Alasan lain pengambilan karyawan outsourcing yaitu memperoleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan dalam rangka mempertahankan pangsa pasar, menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Outsourcing (Alih Daya) untuk meraih keunggulan kompetitif ini dapat dilihat pada industri-industri mobil besar di dunia seperti Nissan, Toyota dan Honda. Pada awalnya dalam proses produksi mobil, core business nya terdiri dari pembuatan desain, pembuatan suku cadang dan perakitan. Pada akhirnya yang menjadi core business hanyalah pembuatan desain mobil sementara

6 pembuatan suku cadang dan perakitan diserahkan pada perusahaan lain yang lebih kompeten, sehingga perusahaan mobil tersebut bisa meraih keunggulan kompetitif (Faiz, 2007). Pendelegasian pembinaan SDM pada pihak ketiga oleh perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan perminyakan dan gas dilakukan karena banyaknya segmen-segmen pekerjaan yang harus dikerjakan, sementara kalau dikerjakan sendiri oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan kewalahan. Seperti yang dilakukan oleh Migas Indonesia bahwa perusahaan migas ini perlu menge-sub-kan sebagian pekerjaannya pada karyawan outsource, antara lain pekerjaan drilling, mechanic dsb. Sayangnya fenomena tujuan perusahaan untuk efisiensi biaya produksi dengan mengambil karyawan dari pihak ketiga atau karyawan outsourcing tersebut justru bisa jadi tidak mengena, karena extra role atau perilaku diluar peran tidak bisa diharapkan banyak pada karyawan outsourcing, karena karyawan outsourcing sebagai karyawan kontrak menurut penelitian yang dilakukan oleh Dyne & Ang (Rauter & Feather, 2004) OCB-nya lebih rendah dibanding karyawan tetap karena merasa lebih sedikit menerima keuntungan dari organisasi yang mempekerjakan. Pada seorang karyawan tetap karena mendapatkan berbagai fasilitas dari perusahaan maka bisa dikatakan bahwa karyawan tetap akan mempunyai OCB lebih tinggi dibandingkan karyawan outsourcing sebagai karyawan kontrak. Jika OCB karyawan rendah maka hal itu akan mengakibatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan menurun. Sebagai contoh, OCB yang rendah terjadi di

7 sejumlah besar pegawai di wilayah Sragen, yakni sesudah jam istirahat, sholat, dan makan siang kadang pulang kerumah setelah izin menjemput anak dan sebagian lagi tidak kembali ke kantor, disamping itu juga sikap kurang disiplin waktu, etos kerja dan tanggung jawab yang rendah terhadap pekerjaan (http://www.suaramerdeka.com). Hal-hal tersebut menggambarkan bahwa karyawan kurang memenuhi aspek OCB yang berupa Conscientiousness, yakni dengan indikatornya adalah perilaku yang melebihi prasyarat minimum seperti: kehadiran, kepatuhan terhadap aturan, dan sebagainya (Hayati, 2008). Demikian pula fenomena lain rendahnya OCB dari aspek Conscientiousness juga terjadi di PT. Timatex Salatiga, yakni banyak karyawan yang tidak tepat waktu atau kalau datang tepat waktu namun di ruangan kerja mengobrol dengan teman kerja di luar tema pekerjaan atau bahkan juga ada yang hanya bersantai-santai saja (Hapsari, 2007). Oleh karena itu penting sekali OCB dapat terjadi baik pada karyawan tetap maupun karyawan kontrak. Perbedaan status antara karyawan tetap dan karyawan outsourcing sebagai tenaga kontrak merupakan salah satu indikasi dalam pembentukan persepsi karyawan. Persepsi yang muncul (baik itu positif ataupun negatif karyawan terhadap organisasi) akan mempengaruhi dan memotivasi bagaimana perilaku karyawan tersebut dalam bekerja demi perusahaan, dan sehingga akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan (Van Dyne & Ang dalam Feather, 2004). Tinggi rendahnya OCB juga dipengaruhi oleh nilai harapan akan tujuan individual tertentu (Rauter dan Feather, 2004). Pada karyawan tetap tentunya mempunyai harapan untuk

8 mendapat jenjang karir di masa depannya, sedangkan karyawan outsourcing tidak mempunyai gambaran mendapatkan karir yang jelas. Karena kurang adanya motif berprestasi yang mendorong OCB itulah, maka karyawan outsourcing dinilai mempunyai OCB lebih rendah dibandingkan karyawan tetap. Hal ini didukung oleh pendapat Blau (dalam Dabos, 2004) yang menyatakan bahwa perbedaan OCB yang terjadi pada karyawan outsourcing dan tetap karena didasarkan pada teori pertukaran sosial, dimana karyawan tetap lebih berkesempatan untuk menunjukkan performansi kerjanya dibandingkan oleh karyawan outsourcing. Berdasar uraian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa: Apakah ada perbedaan OCB pada karyawan tetap dan karyawan outsourcing?. B. Tujuan Penelitian Berdasar uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan OCB pada karyawan tetap dan karyawan outsourcing. 2. Untuk mengetahui tingkat OCB pada karyawan tetap dan karyawan outsourcing. C. Manfaat penelitian. Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, dapat membantu dalam memberikan informasi tentang pentingnya memperhatikan faktor OCB dalam setiap aktivitas karyawannya baik karyawan tetap maupun karyawan outsourcing demi terciptanya lingkungan kerja

9 yang kondusif yang pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas karyawan dan perkembangan perusahaan. 2. Bagi karyawan, dapat mengetahui manfaat diterapkannya OCB dan diharapkan dapat direalisasikan dalam dunia kerja.