BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

Level Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan seperti trauma, infeksi atau obat-obatan (Van de Kerkhof, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai, memiliki karakteristik kemerahan dan skuama, terjadi di. daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti di wajah, kulit

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan depresi adalah gangguan yang mempengaruhi. fisik, mood, dan pikiran seseorang. Gangguan depresi

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva Karmila Jusuf 2. Profil Penderita Akne Vulgaris

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh sendiri dari unit pilosebaceous yang terlihat pertama kali saat remaja (Wolf dkk., 2008). Walaupun akne dapat sembuh sendiri, gejala sisa yang terjadi dapat terus tampak seumur hidup, baik dengan membentuk lekukan kecil atau luka hipertropi. Akne vulgaris cukup merisaukan karena berhubungan dengan depresi dan ansietas yang mana dapat mempengaruhi kepribadian, emosi, kesan diri dan harga diri, perasaan isolasi sosial serta kemampuan untuk membentuk hubungan (Ahmed S, Ahmed I, 2007). Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh masyarakat. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat mengenai prevalensi akne vulgaris di seluruh penjuru dunia. Inggris, 85% dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris (Ismail, 2012). Afrika, melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja cukup tinggi yaitu sebesar 90,7% (Husein, 2009). Cina, tepatnya

2 distrik Zhou Hai Provinsi Guangdong, mendapati prevalensi sebesar 53,5% remaja (Wu TQ, 2007). Malaysia, prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 67,5% (Hanisah dkk., 2009). Indonesia, akne vulgaris ialah penyakit kulit yang umum terjadi sekitar 85-100% selama hidup seseorang. Akne vulgaris juga sering dijumpai pada wanita yang berusia 14-17 tahun dan pada pria berusia 16-19 tahun (Yuindartanto, 2009). Hingga saat ini penyebab akne masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Walaupun patogenenesis akne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori berkontribusi sebagai etiologi akne. Keempat etiologi tersebut adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes dan inflamasi (Wolf dkk., 2008). Beberapa faktor lainnya yang berperan adalah terbentuknya fraksi asam lemak bebas, terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH, faktor lain: usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis akne (Wasitaatmadja, 2007; Fulton, 2010). Gangguan ini dianggap hal yang biasa semata-mata dihubungkan dengan pubertas namun bukti ilmiah telah menggambarkan bahwa efek dari kondisi ini jauh lebih dari apa yang dilihat di luar kulit saja (Yuindartanto, 2009). Ini termasuk efek pada kesehatan jiwa, psikologis kesejahteraan dan kualitas hidup terutama pada remaja. Bagian wajahlah yang paling sering terkena dan bagi remaja wajah bernilai penting. Seorang anak muda biasa menghabiskan

3 waktu merenungi nasibnya dengan berlama-lama di depan cermin, tidak peduli apakah yang tampak disana hanya beberapa bintik atau ratusan (Graham dkk., 2005). Masa remaja adalah masa yang penting fisik, emosional dan pembangunan sosial yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang individu maupun komplikasi psikososial (Hall, 2003). Terlebih pada remaja Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai mahasiswa menghadapi beban belajar dan tugas yang tinggi, jadwal yang padat dan pola tidur yang tidak teratur menyebabkan mereka mengalami kondisi yang tertekan ataupun stres. Penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran telah dilakukan pada beberapa negara. Di Amerika Utara, penelitian yang dilakukan terhadap 100 mahasiswa menunjukan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38%. Tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukan hasil sebagai berikut: Di Pakistan, dengan 161 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 30,84%. Di Thailand, dengan 686 partisipan, prevalensi stres mahasiwa fakultas kedokteran adalah 61,4%. Di Malaysia, dengan 496 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 41, 9% (Carolin, 2010). Kondisi stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Salah satu teori mengatakan eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat (Wahyuningsih, 2011). Penelitian yang dilakukan Gautama (2013), menunjukkan hasil bahwa sebanyak 35%

4 mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki tingkat stres yang ringan, kemudian 60% mahasiswa memiliki tingkat keparahan akne vulgaris yang ringan, dan 72% mahasiswa Fakultas Kedokteran mengalami stres menderita akne vulgaris. Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningdyah (2013), menunjukkan hasil bahwa stres juga suatu keadaan yang dapat memicu terjadinya akne vulgaris (90%). Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2012), menunjukkan hasil bahwa dari 49,27% angka prevalensi akne, 37,03% dengan waktu tidur < pukul 22.00 dan 57,14% dengan waktu tidur pukul 22.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tidur malam merupakan faktor resiko terjadinya akne vulgaris (p=0,021; RP=0,648; IK 95%=0,437-0,961). Kebiasaan waktu tidur malam dapat menyebabkan peningkatan aktivitas hormon androgen dan ambang stres, penurunan sistem imun serta peningkatan resistensi insulin. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dengan kondisi stres, peluang untuk terjadinya akne vulgaris lebih meningkat. Oleh karena itu untuk membuktikan hal ini, akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat stres dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013.

5 1.2 Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh tingkat stres dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui tentang pengaruh tingkat stres dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013; 2. Mengetahui prevalensi akne vulgaris mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013 berdasar umur dan jenis kelamin.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis serta dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat dalam menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan a. Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dalam lingkungan Universitas Lampung; b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai data rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3. Bagi Subjek Menyajikan gambaran mengenai akne vulgaris dan stres di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 1.5 Kerangka Teori Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, diantaranya yang mempengaruhi adalah hormonal dan stres. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat. Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu

setelah menstruasi. Akne dapat juga kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional (Ayer J dan Burrows N, 2006). 7 Remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini, remaja banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupannya serta dihadapkan pada berbagai tugas perkembangan yang harus dilaksanakan sebaik dan setepat mungkin. Sebagai seorang remaja yang masih rentan terhadap berbagai persoalan hidup, seringkali ketika menghadapi suatu masalah, hal tersebut menjadi sebuah tekanan atau stres. Hal ini disebabkan karena remaja adalah masa pergolakan yang diisi dengan konflik dan mood yang mudah berganti-ganti (Hurlock, 1999). Respon kulit sebagai suatu ciri kelamin sekunder selama masa pubertas, menggambarkan peningkatan kadar androgen dengan bertambahnya ukuran dan sekresi folikel sebasea dan sekresi kelenjar apokrin, manifestasi yang paling sering dijumpai adalah timbulnya jerawat. Adanya akne dapat membuat hidup menjadi tidak menyenangkan dan akne sering sekali terjadi pada orang-orang yang berusia belasan dan dua puluhan tahun, yang merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis akne. Bagian wajahlah yang paling sering terkena akne, dan bagi remaja wajah bernilai penting, yang berkaitan dengan pengembangan citra dirinya. Pada masa-masa ketika akne menyerang, hubungan utama selain dengan keluarganya dan lingkungan teman-teman sesama jenis yang erat

8 menjadi semakin penting. Hendaknya disadari pula jika dampak psikologis dari akne tidak selalu berhubungan dengan derajat keparahan sebagaimana yang dianggap orang-orang. Seorang anak muda bisa menghabiskan waktunya merenungi nasibnya dengan berlama-lama di depan cermin, tidak peduli apakah yang tampak disana hanya beberapa bintik atau ratusan (Graham dkk., 2005). Ketika remaja mulai memberikan perhatian atas penampilannya, jerawat menjadi hal yang penting. Oleh karenanya, pemberian pengobatan walaupun pada anak yang masih sangat muda dapat memperbesar cintra dirinya dan dianggap tepat. Antara psikis dan kondisi kulit, saling mempengaruhi. Kondisi psikis dapat mempengaruhi kulit, sebaliknya keadaan gangguan kulit dapat juga berpengaruh terhadap psikis. Prinsip-prinsip dasar interaksi pikiran dengan tubuh perlu diketahui, karena ada hubungan langsung antara susunan saraf pusat dengan sistem imun. Inervasi bagian-bagian yang disarafi serabutserabut simpatis nor-adrenergic dari organ limfoid primer dan sekunder, neuropeptid dan reseptor neurotransmiter pada sel-sel imun juga produksi sitokin yang diaktivasi sel-sel imun dapat mempengaruhi fungsi otak (Chiu, Chon dan Kimball, 2003). Pikiran negatif dapat mengakibatkan perubahan-perubahan patologis dalam fisik. Pikiran negatif ini dapat berkembang menjadi kepercayaan yang salah yang tidak dapat diubah sehingga emosi menjadi beku dalam keadaan negatif dan tubuh memasuki simpatis kronis yang disebut stres. Sebagai hasilnya,

mekanisme homeostasis normal gagal berlangsung dan timbulah gejala seperti akne vulgaris (Syamsuhadi dan Aliyah, 2002). 9 Hormon androgen Stres Hiperkeratisasi (Proliferasi epitel ) mempengaruhi Hipersekresi (sebum ) Regulasi neuropeptida Propionibacterium acnes (Kolonisasi ) Inflamasi Hiperkeratosis Keparahan akne Gambar 1. Kerangka teori penelitian 1.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukakan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep penelitian dalam ini adalah: Variabel bebas: Stres Ringan Sedang Berat Meningkatkan Variabel terikat: Tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswi FK Unila angkatan 2012-2013 Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

10 1.7 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh antara tingkat stres terhadap tingkat keparahan akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012-2013.