Bab III Metode Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2015 dan berakhir pada bulan agustus 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

No. Urut TESIS. Oleh

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

III. METODOLOGI PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA


III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

I. Tujuan. Dasar Teori

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Pengolahan Deterjen Menggunakan Teknologi Elektrokoagulasi dengan Elektroda Aluminium

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

: Kirana patrolina sihombing

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

PENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

: Kirana patrolina sihombing

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Penelitian Prodi Kimia UII.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

Penurunan Fenol Melalui Proses

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

Transkripsi:

Bab III Metode Penelitian III.1 Umum Pada bagian ini diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan. Pada tahap awal dilakukan persiapan peralatan dan bahan, terutama reaktor dan elektroda yang akan digunakan. Penentuan reaktor elektrokoagulasi dan elektroda didasarkan atas referensi dari penelitian-penelitian terdahulu. Sedangkan air limbah yang digunakan pada penelitian ini merupakan limbah asli yang diperoleh dari jasa laundry yang terdapat di perumahan Antapani Bandung. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Teknik Lingkungan ITB. Penelitian dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu laju pelepasan ion aluminium beserta distribusi spesies senyawanya, penentuan nilai Critical Micelle Concentration (CMC), dan perbandingan pengolahan air limbah laundry mengunakan reaktor elektrokoagulasi konfigurasi monopolar dengan bipolar. Dan secara umum kerangka penelitiannya dapat dilihat pada Gambar III.1. Melalui data yang diperoleh dari percobaan pada sistem batch dan kontinyu serta dari penentuan laju pelepasan ion aluminium dan nilai CMC, maka akan digunakan untuk menjelaskan proses pengolahan air limbah laundry dengan proses elektrokoagulasi. Kemudian dari hasil analisa data dan pembahasan yang dibantu dengan referensi dari artikel ilmiah tentang penelitian sejenis akan dapat ditarik suatu kesimpulan tentang penelitian ini. III.2 Reaktor Untuk pengoperasian secara batch, reaktor elektrokoagulasi yang digunakan berkapasitas 0.5 L yang dilengkapi dengan peralatan stirrer untuk mengaduk air limbah supaya konsentrasi koagulan menjadi homogen. Elektroda yang digunakan adalah plat Aluminium (99.7%) dengan ukuran 5x10 cm sebanyak 4 buah. Luas permukaan elektroda anoda pada percobaan ini sebesar 0.01 m 2 sehingga 34

diperoleh rasio luas permukaan elektroda terhadap volume reaktor (SA/V) sebesar 20 m 2 /m 3. Gambar III.1. Kerangka penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis konfigurasi elektroda yaitu monopolar dan bipolar. Pada konfigurasi monopolar, semua elektroda dihubungkan dengan arus listrik yang berasal dari sumber arus DC, yaitu dua elektroda dihubungkan dengan kutub positif dan dua elektroda dengan kutub negatif (Gambar III.2a). Sedangkan pada konfigurasi bipolar hanya satu elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif dan satu elektroda dihubungkan dengan kutub negatif (Gambar III.2b). 35

- A + V DC Power Supply - A + V 0.00 0.00 Digital Multimeter - + - + - + Elektroda Elektroda Reaktor Elektrokoagulasi Magnetic Stirrer (a) Gambar III.2. Skema reaktor elektrokoagulasi dengan pengoperasian batch (a) monopolar (b) bipolar Multimeter dengan merek DEKKO 10 digunakan untuk mengukur kuat arus dan tegangan pada percobaan ini. Selain itu untuk mengukur konduktivitas dan suhu digunakan peralatan Conduktivity meter dengan merek WTW Cond 315i. Adapun susunan peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (b) Gambar III.3. Susunan peralatan pada percobaan elektrokoagulasi secara batch 36

Untuk memperoleh kerapatan arus (current density) yang diinginkan sesuai variasi penelitian maka dilakukan pengecekan terlebih dahulu dengan mengubah-ubah tegangan (voltase). Kerapatan arus yang digunakan pada penelitian ini adalah 50, 75 dan 100 A/m 2. Nilai ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Novikora et al. (1982) yaitu 100 A/m 2 dan Sleptsov et al. (1988) yaitu 50-100 A/m 2. Setelah melakukan percobaan secara batch dilanjutkan dengan percobaan secara kontinyu. Pada percobaan secara kontinyu, reaktor elektrokoagulasi menggunakan model reaktor baffle channel, dimana elektroda diletakkan sepanjang aliran air limbah (Gambar III.4). Gambar III.4. Reaktor kontinyu Reaktor pada percobaan kontinyu berukuran 20x7x15 cm dengan kapasitas sebesar 1.68 L. Elektroda aluminium yang digunakan sebanyak 14 buah dengan ukuran 5x15 cm dengan bagian yang terendam air sedalam 10 cm sehingga total luas elektroda anodanya ini adalah 0.084 m 2. Untuk pengaliran air limbah digunakan sistem gravitasi dengan pengatur debit di bagian inlet. Susunan peralatan pada percobaan secara kontinyu dapat dilihat pada Gambar III.5. 37

DC Power Supply Bak Penampung - A + V 0.00 Digital Multimeter Elektroda Flowmeter Outlet Reaktor Elektrokoagulasi Gambar III.5. Skema reaktor elektrokoagulasi pada percobaan kontinyu III.3. Proses Elektrokoagulasi Percobaan elektrokoagulasi dilakukan selama 60 menit untuk setiap running dengan interval 10 menit untuk pengambilan sampelnya. Semua percobaan dilakukan pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 C. Setiap sampel yang diambil langsung diukur nilai kekeruhan, konduktivitas, ph dan suhu. Selanjutnya sampel tersebut dianalisa kandungan surfaktan dengan metode MBAS, kandungan bahan organik dengan tes COD dan kandungan fosfatnya. Untuk sampel yang tidak dapat langsung dianalisa maka dilakukan pengawetan sesuai metode yang ada. Pada penelitian ini ph air limbah laundry berkisar antara 8 10 sehingga untuk variasi ph dilakukan penambahan H 2 SO 4 untuk memperoleh kondisi asam dan penambahan NaOH untuk memperoleh kondisi basa. Secara ringkas proses penelitian pada pengolahan air limbah laundry dengan elektrokoagulasi untuk konfigurasi monopolar dan bipolar adalah sebagai berikut 38

Tabel III.1. Kerangka penelitian elektrokoagulasi 1. Percobaan Elektrokoagulasi Reaktor Batch Kontinyu Konfigurasi elektroda Monopolar Bipolar Monopolar Bipolar Kerapatan arus 50, 75 dan 100 A/m 2 100 A/m 2 ph ph air limbah dan variasi: 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10 ; 12 ph air limbah Waktu detensi 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60 menit 10 dan 30 menit Limbah asli asli 2. Penentuan laju pelepasan Aluminium dan distribusi senyawanya Konfigurasi elektroda monopolar & bipolar Kerapatan arus 50, 75 dan 100 A/m2 ph 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10 ; 12 Waktu detensi 10 dan 30 menit 3. Penentuan Critical Micelle Concentration Dari hasil percobaan tersebut akan diperoleh data yang berisi perubahan konsentrasi dari parameter penelitian. Laju perubahan konsentrasi pada reaktor elektrokoagulasi yang dilakukan pada penelitian ini dinyatakan dengan model kinetika reaksi orde satu (Emamjomeh, 2006) yaitu : (III.1) Dimana C t adalah konsentrasi pada waktu t, C o adalah konsentrasi di awal percobaan (t=0) dan k adalah nilai kinetika perubahan konsentrasi. Untuk mendapatkan nilai k perlu diplotkan nilai ln (C t /C o ) terhadap waktu detensi. Dimana nilai k merupakan gradien dari persamaan garis kurva tersebut. Dengan membandingkan nilai k dari perlakuan penelitian maka akan diperoleh variasi penelitian yang menghasilkan efisiensi yang paling baik. III.4. Penentuan Critical Micelle Concentration (CMC) Salah satu fenomena yang terjadi pada larutan surfaktan adalah terbentuknya suatu struktur molekul berbentuk agregat yang dikenal sebagai Micelle. Struktur ini sangat berperan dalam proses penyisihan surfaktan dari air limbah. Untuk mengetahui terbentuknya struktur ini maka dilakukan percobaan untuk mencari nilai Critical Micelle Concentration (CMC). 39

III.4.1. Prosedur Percobaan Pada penelitian digunakan salah satu metode penentuan CMC yakni dengan mengukur konduktivitas dari konsentrasi surfaktan. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang sering dipakai untuk penentuan CMC (Holmberg, 2002). Percobaan yang akan dilakukan ini mengacu pada Dieu (2006) yang langkahnya sebagai berikut : 1. Menyiapkan 100 ml larutan 0.02 M sodium dodecylesulfate (SDS), untuk membuat larutan ini digunakan aquades sebagai pelarutnya. 2. Larutan SDS yang sudah dibuat dimasukkan sebanyak 50 ml ke beker glass 100 ml. Selain itu dipersiapkan aguades dalam beker glass yang lain. 3. Mengukur nilai konduktivitas dari larutan SDS 4. Mengencerkan larutan SDS dengan menambahkan 5 ml aquades, kemudian diaduk dan dibiarkan beberapa menit serta diukur nilai konduktivitasnya. Mengulangi langkah ini sampai total larutan menjadi 100 ml. 5. Mengambil seluruh larutan pada langkah 4 dan dimasukkan ke beker glass 150 ml. Mengikuti langkah pengenceran seperti di atas dengan menambahkan 5 ml aquades sampai volume total 150 ml. 6. Mengambil seluruh larutan pada langkah 5 dan dimasukkan ke beker glass 250 ml. Mengikuti langkah pengenceran seperti di atas dengan menambahkan 5 ml aquades sampai volume total 200 ml. Untuk mendapatkan data yang akurat maka dilakukan percobaan yang sama namun menggunakan aquabides sebagai pelarutnya. III.4.2. Analisa Data Dari data percobaan tersebut dibuat grafik hubungan antara konsentrasi surfaktan terhadap nilai konduktivitas, kemudian menentukan nilai CMC dari grafik yang terbentuk yaitu titik bengkok kurva. 40

III.5. Penentuan Laju Pelepasan Ion Aluminium dan Distribusi Spesies Senyawa Aluminium Sebagai agen koagulan, ion aluminium yang terlepas dari elektroda akibat proses elektrokimia diukur nilainya. Pada percobaan ini dilakukan dua cara untuk menghitung ion aluminium yang terlepas. Cara yang pertama dengan menimbang berat elektroda untuk variasi percobaan dengan nilai optimum. Elektroda yang akan ditimbang dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian dikeringkan. Hasil pengukuran ini akan dibandingkan dengan nilai yang secara teoritis dihitung dengan hukum Faraday. Cara yang kedua adalah mengukur konsentrasi aluminium yang terlepas ke dalam larutan dengan mempergunakan AAS dimana metode pengukurannya mengacu pada SNI 06-6989.34-2005. Sehingga diperoleh nilai konsentrasi aluminium total (Al T ). Dikarenakan pengukuran konsentrasi aluminium dapat mengalami gangguan dengan kehadiran surfaktan (Pakalns, 1977) maka air limbah laundry diganti dengan aquades yang diberi larutan NaCl untuk memperoleh nilai konduktivitas yang sama dengan air limbah. Untuk mendapatkan distribusi spesies senyawa aluminium, yaitu monomer (Al a ), polimer (Al b ) dan koloid yang sukar bereaksi (Al c ) digunakan metode Ferron. Spesies Aluminium yang digolongkan sebagai Al a adalah fraksi yang bereaksi dengan reagen Ferron dengan sangat cepat (sekitar 0-1 menit). Senyawa yang tergolong sebagai monomer (Al a ) antara lain Al3+, Al(OH) 2+, Al(OH) + - 2, Al(OH) 4, Al 6 (OH) 3+ 15, Al 7 (OH) 4+ 17 dan Al 8 (OH) 4+ 20. Spesies yang bereaksi dengan reagen Ferron dengan cepat tetapi masih dibawah Al a yaitu 1-120 menit digolongkan sebagai Al b. Spesies ini terdiri dari polynuclear Al (Al 13 O 4 (OH) 7+ 24 ) yang memiliki struktur yang stabil dan merupakan spesies Al yang memiliki kualitas terbaik yang dapat menghasilkan kemampuan koagulasi yang sangat efektif. Bagian spesies Al yang tidak bereaksi dengan reagen Ferron dalam waktu 120 menit digolongkan sebagai Al c yang didalamnya termasuk presipitat Al (Al(OH) 3 )dan yang berbentuk koloid. Prosentase dari masing-masing spesies dapat dihitung berdasarkan nilai konsentrasi aluminium total (Al T ), yaitu : Al T = Al a + Al b + Al c (III.2) 41

III.5.1. Prosedur Percobaan Metode Ferron yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Parker dan Bertsch (1992). Pada metode ini Al(III) bereaksi dengan reagen Ferron membentuk senyawa kompleks Al-Ferron pada ph 5 dan dibaca pada panjang gelombang 370 nm. Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah Spektrofotometer UV-Vis bermerek UV-1700 PharmaSpec Shimadzu dengan mempergunakan fasilitas pembacaan kinetik. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kualitas Lingkungan UII Yogyakarta. Gambar III.6. Peralatan Spektrofotometer UV-Vis Adapun prosedur percobaan pada metode Ferron adalah sebagai berikut : 1. Membuat Reagen A (500 ml 0.2% Ferron) dengan cara melarutkan 1.05 g Ferron (8-hydroxy-7-iodo-5-quinoline sulfonic acid) dengan merek Sigma Chemical dan 0.051 g C 12 H 8 N 2.H 2 O dalam 505 ml aquadest yang mendidih dan diaduk dengan kencang. Kemudian larutan tersebut didinginkan pada suhu kamar. 2. Membuat Reagen B (35% w/v NaAc) dengan cara melarutkan 70 g NaAc ke dalam 200 ml aquadest. 42

3. Membuat Reagen C (10% w/v Hydroxylamine HCl) dengan cara melarutkan 20 g NH 2 OH.HCl dan 8 ml HCl (1:1 v/v) ke dalam 192 ml aquadest. 4. Mencampurkan Reagen A, B dan C dan diencerkan dengan aquadest sampai volume totalnya 1 L. Setelah itu didiamkan selama 4-5 hari pada ph 5.2, reagen Ferron ini dapat digunakan selama 1 bulan. 5. Untuk pengujian diambil 30 µl sampel yang diencerkan dengan aquadest sampai volume totalnya 100 ml dan ditambahkan 10 ml reagen Ferron. 6. Campuran larutan tersebut dikocok supaya homogen dan waktu reaksi langsung dicatat. Secepatnya sampel yang telah bereaksi dimasukkan ke dalam kuvet yang dibilas sebanyak dua kali dengan larutan tersebut dan dimasukkan ke spektrofotometer. Untuk proses ini waktu yang dibutuhkan jangan melebihi 40 detik. 7. Dengan menggunakan panjang gelombang 370 nm secara otomatis direkam pembacaan absorbansi dari detik ke 40 sampai 7200 dengan interval waktu 20 detik. III.5.2. Analisa Data Untuk menghitung prosentase dari spesies Al maka sebelum dilakukan percobaan diatas maka terlebih dahulu dibuat kurva standar larutan Al (0.001 M AlCl 3 ) sehingga diperoleh persamaan absorbansi dari standar Al-Ferron (Gambar III.7). Hasil pembacaan absorbansi dari masing-masing sampel kemudian dibuat kurvanya. Untuk mendapatkan persamaan garis dari kurva tersebut maka digunakan software Origin Pro 7.0. Dari hasil analisa software tersebut akan diperoleh nilai A 0, A b1 dan A b2 dan juga nilai kinetikanya. Nilai absorbansi yang didapat diplotkan pada kurva standar Al-Ferron untuk mendapatkan nilai m a, m b1 dan m b2. Kemudian nilai Al a, Al b1 dan Al b2 dihitung dengan persamaan berikut ini % 100% (III.3) 43

Absorbansi 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 y = 624x + 0.0806 R² = 0.9873 0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012 Konsentrasi Al (mol/l) Gambar III.7. Kurva standar Al-Ferron dimana n menyatakan a, b1 atau b2, p adalah jumlah pengenceran, V adalah volume sampel, M adalah konsentrasi sampel yang diencerkan dan 51 adalah berat molekul dari Al 2 O 3. % % % % 1 % % (III.4) (III.5) Metode spesifikasi Al ini disebut juga Metode Kalkulasi Kinetik Al-Ferron (Al- Ferron kinetics calculation method atau KCM). III.6. Metode Pengujian Sampel Prosedur yang digunakan untuk memeriksa sampel pada penelitian ini berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Metode pengujian untuk parameter surfaktan, COD, fosfat dan aluminium secara garis besar dijelaskan pada bagian di bawah ini. III.6.1 Pengujian Surfaktan Pada penelitian ini penentuan kandungan surfaktan anionik di dalam air limbah menggunakan metode MBAS (Methylene Blue Active Surfactant) dengan metode pengujian yang mengacu pada SNI 06-6989.51-2005. Prinsip utama metode pengujian ini adalah surfaktan anionik akan bereaksi dengan metilen biru membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik. 44

Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik, yaitu dengan menggunakan kurva standar yang telah dibuat lebih dahulu. Absorbansi 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 y = 0.2581x + 0.0035 R² = 0.985 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Konsentrasi Surfaktan (mg/l) Gambar III.8. Kurva standar penentuan konsentrasi surfaktan III.6.2 Pengujian COD Pada penelitian ini, penentuan COD pada air limbah menggunakan metode refluks tertutup secara titrasi dengan metode pengujian yang mengacu pada SNI M-70-1990-03. Prinsip utama dari metode pemeriksaan ini adalah mengoksidasi senyawa organik dengan K 2 Cr 2 O 7 pada suasana asam kuat (dilakukan dengan penambahan asam sulfat 4N) pada temperatur 150 o C. K 2 Cr 2 O 7 yang tersisa diukur dengan titrasi menggunakan larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) dan indikator ferroin. Hal yang sama dilakukan untuk blangko (berupa air suling bebas bahan organik). Konsentrasi COD sebagai mg O 2 /l dihitung dengan persamaan III.1. COD mg O l A B x C x 8 x 1000 ml contoh air.. III. 3 dengan: A = ml FAS untuk blangko B = ml FAS untuk sampel C = Normalitas FAS 45

III.6.3. Pengujian Fosfat Pada penelitian ini penentuan kandungan fosfat dalam air limbah menggunakan metode pengujian yang mengacu pada SNI 06-6989.31.2005. Prinsip utama dari metode pemeriksaan ini adalah orto fosfat yang terlarut direaksikan dengan ammonium molibdat dalam suasana asam membentuk asam molibdophosfat. Asam molibdophosfat yang terlarut direduksi dengan SnCl 2 menghasilkan senyawa yang berwarna biru. Warna biru yang terjadi diukur intensitasnya pada panjang gelombang 675 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh diplotkan pada kurva standar untuk memperoleh konsentrasi fosfat (Gambar III.8) 0.6 Absorbansi 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 y = 0.2387x + 0.0078 R² = 0.9806 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Konsentrasi Fosfat (mg/l) Gambar III.9. Kurva standar penentuan konsentrasi fosfat III. 6.4. Pengujian Aluminium Penentuan kandungan aluminium yang terlepas dari elektroda pada proses elektrokoagulasi mengacu pada SNI 06-6989.34-2005. Prinsip utama dari metode ini adalah sampel air yang akan diuji ditambahkan dengan asam klorida. Kemudian sampel tersebut dipanaskan yang bertujuan untuk melarutkan analit aluminium dan menghilangkan zat-zat pengganggu, dan selanjutnya diukur serapannya dengan AAS. 46