MAKALAH. Oleh DINI NURHAYATI NPM

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. Oleh MIA KUSMIATI NPM :

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING PADA SISWA KELAS VI SDN WANASARI 09 KABUPATEN BEKASI.

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA MAJALAH DI KELAS VIII SMPN 2 CIKAJANG GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

Oleh : Eneng Monawarotul Fuadah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah

M A K A L A H. Disusun oleh : NURHAYATI NIM

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN CILALAWI

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

MALAKAH. Oleh : WIWIN WIDANINGSIH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS, KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DI KELAS V SDN SUKASENANG 1 BANYURESMI GARUT MAKALAH.

RANI HANDAYANI NIM

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINEKTIK PADA SISWA KELAS VI SDN JAYARAGA 2 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

MODEL PEMBELAJARAN MENGARANG ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRI DI KELAS VIII SMPN 1 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDS WINDU PUTRA. Wiwin Widianti

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEMORITER PADA SISWA DI KELAS VIII SMPN 5 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS WACANA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI DI KELAS VIII SMPN 1 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WHOLE LANGUANGE PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

MAKALAH. Oleh : Tuti Nurhayati NPM :

MAKALAH Oleh. Idin Jaenudin

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SINEKTIK DI KELAS VIII SMP YPI SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU DI KELAS VIII SMPN 2 KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD

MODEL PEMBELAJARAN PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DISCOVERY PADA KELAS VII MTS DARUL HUDA CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

Oleh Devi Maria Tri Putri Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

L I S N I A W A T I NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA LAGU DAERAH SUMBAWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 1 SEKONGKANG

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH PIDATO BERDASARKAN MODEL PENUGASAN DI KELAS VI SDN SUKARAJA 2 KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT MAKALAH

MAKALAH. Oleh RINA HERLINA NPM :

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DALAM HATI SECARA INTENSIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DISCOVERY INQUIRY DI KELAS X SMK AL HIKMAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL(CTL) PADA SISWA KELAS IV SDN MANDALASARI 4

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SDN WANASARI 12 KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PESAN SINGKAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS VII

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE CONTEKSTUAL TEACHING and LEARNING PADA KELAS XI SMAN 1 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN

M A S I D A H NPM PROGRAM STUDI PBS INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

MIMIN SETIAWATI NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

MAKALAH. Oleh Kusyeni

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ACTIVE LEARNING DI KELAS VIII SMPN 2 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD

BAB III METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

MODEL PEMBELAJARAN KATA ULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTS DARUL ASIQIN BANYURESMI GARUT MAKALAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan sehingga akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI PENGGUNAAN METODE ESTAFET WRITING

MODEL PEMBELAJARAN PROSA DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS IXA SMP PASUNDAN 2 KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN

M A K A L A H. Disusun oleh : IRNA IRAWATI NIM

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

UJI COBA PENGGUNAAN PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS 5 SDN KADUNGORA 1 GARUT MAKALAH.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCANNING DI KELAS V SDN CIKANDANG 1 KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI PADA SISWA KELAS IX

Oleh : SALIMUDIN NIM

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KABUPATEN GARUT MAKALAH OLEH: DIDA LINDA NPM

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

Oleh : Fatmi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CAMPURAN DISKUSI DAN LATIHAN DI KELAS IX SMPN 2 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh DINI NURHAYATI NPM. 1021.0551 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CAMPURAN DISKUSI DAN LATIHAN DI KELAS IX SMPN 2 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 DINI NURHAYATI NPM. 1021.0551 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Model Pembelajaran Cerita Pendek dengan Menggunakan Teknik Campuran Diskusi dan Latihan di Kelas IX SMPN 2 Cisurupan Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah siswa kelas IX SMPN 2 Cisurupan mampu menulis cerita pendek setelah dilakukan proses belajar mengajar? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan siswa kelas IX SMPN 2 Cisurupan dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah proses belajar mengajar dilakukan? 3. Apakah model pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan kelas IX SMPN 2 Cisurupan cukup efektif? Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran tentang kemampuan penulis melaksanakan kegiatan belajar mengajar menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan di kelas IX SMPN 2 Cisurupan. 2. Memperoleh gambaran tentang keberhasilan proses belajar mengajar menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan di kelas IX SMPN 2 Cisurupan. 3. Memperoleh gambaran tentang keefektifan pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas IX SMPN 2 Cisurupan setelah belajar dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan. Pengambilan sampel sebanyak 30 orang siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik pengamatan, denga criteria jika t hitung > t tabel pada taraf signifikasi 5% dan taraf kepercayaan 95%. Analisis data yang diperoleh dari pretes dan postes pembelajaran menulis cerita pendek yang telah penulis laksanakan, telah berhasil dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil perhitungan statistik yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa, baik hasil belajar dalam bidang pengetahuan, maupun keterampilan menulis cerita pendek. Nilai rata-rata pretes pengetahuan dari 49,5 meningkat menjadi 63,05. Apabila dihitung dengan menggunakan rumus t- score, perbedaan dua mean (pengetahuan) mencapai 5,046. Nilai t-hitung ini lebih besar dari pada t-tabel, yakni 5,046>2,04. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang berarti antara hasil pretes pengetahuan dengan hasil postes pengetahuan pada taraf signifikasi 0,05 (95%). Demikian pula pada tes keterampilan menulis cerita pendek, nilai rata-rata pretes 47,33 meningkat menjadi 69,5 pada postes. Hal ini berarti, dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan, penulis telah berhasil dengan efektif mengajarkan menulis cerita pendek di kelas IX SMPN 2 Cisurupan Kabupaten Garut. Kenyataan ini dapat dibuktikan melalui hasil perhitungan rumus t- score, perbedaan dua mean (keterampilan menulis) mencapai 1 1,608. Nilai t- hitung lebih besar daripada nilai t- tabel, yakni 1 1,608>2,048. Hal ini berarti terbukti adanya peningkatan nilai pretes kepada nilai postes pada taraf signifikasi 0,05 (95%). Hal ini berarti, hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Kata kunci : Cerita Pendek/ Campur Diskusi dan Latihan PENDAHULUAN Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. karena fungsi itulah, maka manusia dapat saling mengenal dan bertukar pikiran. Dengan bahasa kita dapat bertukar pikiran. Dengan bahasa kita dapat mengemukakan gagasan. Hal ini dengan jelas dikemukakan oleh Gorys Keraf (1980: 4), sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita melakukan kerja sama merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. la juga memungkinkan manusia menganalisa masa

lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa yang akan datang. Ini berarti bahwa bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kelancaran segala kegiatan masyarakat, sehingga tanpa bahasa segala kegiatan masyarakat pasti akan terhambat. Hakikat fungsi bahasa ini dengan tepat dinyatakan Chaedar Alwasilah (1985:9) bahwa apabila tiba -tiba bahasa menghilang dari masyarakat, maka kegunaan bahasa akan terlihat. Mengingat pentingnya fungi bahasa tersebut, maka sudah sewajarnya bila setiap orang dituntut untuk menguasai secara baik bahasanya. Oleh karena itu, di mana pun kita berada, bahasa pasti menjadi mata pelajaran yang selalu hadir pada setiap jenjang pendidikan, karena bahasa, terutama bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Dengan kata lain, di negara kita, siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa dengan terampil. Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa yang dikemukakan Yazir Burhan (1971: 63) bahwa Tujuan utama pengajaran bahasa umumnya pada setiap jenis dan tingkatan sekolah itu sama saja, yaitu menumbuhkan keterampilan berbahasa pada murid-murid. Oleh karena itu, pelaksanaan pengajaran bahasa haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa rangkaian keterampilan berbahasa yang terpisah-pisah itu menjadi suatu kesatuan, yaitu kemampuan berbahasa. Berbicara tentang bahasa, kita tidak akan mampu untuk melepaskan diri dari pembicaraan tentang sastra. Apalagi di negara kita, pengajaran sastra di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah menjadi bagian yang integral dari pengajaran bahasa. Artinya, di negara kita pada jenjang tersebut materi bahasa Indonesia menjadi satu mata pelajaran, yaitu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini dilakukan barangkali karena sastra adalah suatu karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan demikian diharapkan kedua bidang itu akan saling mengisi, yakni kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan mampu menunjang dalam pelajaran beroleh pengalaman sastra dan sebaliknya. Karya sastra Indonesia, dewasa ini tumbuh dengan subur. Di antara karya-karya tersebut, yang termasuk tinggi kualitas perkembangannya adalah cerita pendek. Suburnya perkembangan cerita pendek ini barangkali karena bentuknya yang sederhana dan relatif pendek, sehingga dapat difahami dalam waktu yang tidak terlalu lama. Keadaan tersebut barangkali yang menyebabkan dalam waktu singkat cerita pendek dapat menarik minat para penggemar sastra di Indonesia. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Ajip Rosidi (Tarigan, 1984: 119) mengemukakan... minat yang berlebih-lebihan terhadap cerpen ini bisalah diartikan sebagai tanda bahwa cerpen adalah bentuk sastra yang paling digemari, lagi pula lapangan pembacanya banyak... Pesatnya perkembangan cerpen ini, tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya : media masa, guru, dan yang lainnya. Guru sastra merupakan faktor penentu bagi perkembangan cerpen melalui dunia pendidikan formal, karena ia selalu membina dan mendidik murid-muridnya untuk memperoleh pengalaman sastra sesuai dengan tuntutan kurikulum bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam hal ini, guru dapat berperan sebagai orang pertama yang dapat mengakrabkan murid dengan sastra. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pengertian model di atas bersifat umum, yaitu suatu bentuk yang dijadikan contoh acuan dan hal apa saja yang akan dikerjakan atau dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik (Depdikbud, 2002:589). Sedangkan menurut dahlan (1984:21), Suatu model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Dalam pengertian model pengajaran tersebut, tercakup prosedur pengajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru. Jadi pengertian model pembelajaran senada dengan metode pembelajaran, sebab metode pembelajaran juga harus mencakup proses semua pembelajaran yang didalamnya meliputi: (1) pemilihan bahan pembelajaran, (2) urutan bahan pembelajaran, (3) penyajian bahan pembelajaran, dan (4) pengulangan bahan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, ponulis memilih model pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan. Pengertian Cerita Pendek Menurut B. Mathews : bukan cerita pendek jika tidak ada sesuatu yang akan diceritakan... suatu cerita pendek dalam mana terjadi apa-apa adalah suatu ketidak mungkinan sama sekali. (Lubis, 1960 : 11). Selanjutnya Stewart Beach berkata bahwa mengingat batasan-batasannya maka cerita yang paling sederhana dari fiction. Tetapi berbeda dengan buku roman, cerita pendek kurang tepat untuk memecahkan suatu keadaan yang ruwet. (Lubis, 1960 : 12). Henry Scidel Camby, antara lain mengatakan bahwa kesan yang satu dan hidup,

itulah seharusnya hasil dari cerita pendek (Lubis, 1960 : 12). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita yang berbentuk narasi fiktif dari sekelumit lelakon kehidupan sehari-hari yang relatif pendek dan hanya berkonsentrasi pada satu peristiwa. Selanjutnya, pengertian cerpen yang penulis gunakan adalah pengertian yang merupakan kesimpulan tersebut. Teknik Diskusi Salah satu dari teknik penyajian bahan yang ada adalah teknik diskusi. Menurut Suryobroto (1986: 31) teknik diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau beberapa alternatif pemecahan atas suatu masalah. Dalam teknik ini semakin banyak pendapat akan semakin baik, asal semua pendapat tersebut digunakan untuk mencari titik temu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ali (1984: 61) bahwa diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik penemuan tentang suatu masalah. Sementara itu, Roestiyah (1985: 5) berpendapat bahwa Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Dengan teknik ini, guru memberi kesempatan kepada siswa agar aktif belajar, berani mengemukakan pendapat, dan membuat suatu kesimpulan. Teknik Latihan Telah diterangkan dimuka bahwa salah satu teknik penyajian yang penulis gunakan adalah tenik latihan. Teknik latihan atau drill menurut Roestiyah (1985: 125) adalah suatu teknik yang mengajak siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan teknik ini diharapkan siswa mampu mengaplikasikan teori-teori yang telah didapatnya sehingga akhirnya ia akan mengkondisi dirinya dalam latihan yang rutin. Dalam uji coba ini penulis juga berharap siswa dapat terampil menulis cerita pendek. Oleh karena itu, penulis memilih teknik latihan ini untuk mengajarkan cerita pendek karena teknik latihan ini sangat bermanfaat bagi pembinaan siswa agar memiliki keterampilan dan ketangkasan yang baik. Dengan begitu teknik ini akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan uji coba ini. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Metode eksperimental adalah suatu metode dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil tersebut akan mcnegaskan bagaimana kedudukan hubungan kausal dari masing-masing variabel yang diselidiki (Surakhmad, 1980: 148). Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Teknik Studi Kepustakaan Dengan teknik ini penulis menelaah bukubuku yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Teknik Uji Coba Teknik ini digunakan penulis ketika mengadakan kegiatan belajar mengajar Menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan. 3. Analisis Hasil Uji Coba Teknik ini digunakan setelah penulis mengadakan uji coba. Dengan teknik ini, penulis mengadakan hasil uji coba untuk membuktikan hipotesa yang telah ditentukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis menyajikan analisis hasil uji coha mengajarkan menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan di kelas IX SMPN 2 Cisurupan Garut. Adapun analisis ponulis meliputi hasil pretes pengetahuan, meliputi hasil pretes keterampilan menulis cerita pendek, hasil postes pengetahuan dan hasil postes keterampilan menulis cerita pendek. Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis hasil uji coba ini, maka penulis mengelompokan menjadi dua kelompok tes, yakni kelompok tes pengetahuan (pretes dan postes) dan kelompok tes keterampilan (pretes dan postes). Dalam kelompok tes pengetahuan (pretes dan postes) penulis menggunakan soal tes yang sama dengan jenis objektif sebanyak 15 soal, begitu pula untuk kelompok tes keterampilan (pretes dan postes) menggunakan tes yang sama, yakni tes esai sebanyak satu soal. Hasil akhir dari analisis ini merupakan jawaban dari pernyataan-pernyataan yang telah penulis susun pada rumusan masalah dan pembuktian hipotesis. Pretes

Hasil analisis pretes keterampilan menulis cerpen sebanyak 30 siswa di atas, penulis mendeskripsikan tiga hasil pretes keterampilan menulis cerpen diantaranya : 1. Maya NuruI Anggara, judul cerpen Pengalaman Yang Menyenangkan ke Kebun Bintang mendapat sekor 45. unsur kebahsaan: Ejaan = 3 (skala nilai) x (bobot nilai), terdapat sedikit kesalahan ejaan dan bersifat konsisten. Diksi = 2 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada sejumlah penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat. Logika = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nil ai), ada sedikit jalan cerita yang sulit dicerna oleh pembaca dan mempengaruhi alur cerita tersebut. Unsur intrinsik Alur = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), isi cerita kurang berkesinambungan Tokoh = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), gambaran tokoh kurang jelas namun dikembangkan Latar = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan jelas tapi kurang sesuai. Penceritaan = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), judul ccrita tidak sesuai dengan isi dan kurang mengundang rasa ingin tahu. 2. Maman Mulyana, judul cerpen Tahun Baru yang Berkesan mendapat sekor 49. Unsur Kebahasaan: Ejaan = 3 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), mendapat sedikit kesalahan ejaan Diksi = 2 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada penggunaan kata yang kurang tepat 45 Logika = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), jalan cerita kurang dipahami oleh pembaca. Unsur Intrinsik; Alur = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), kurang logis tapi mengundang kejutan Tokoh = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan tokoh jelas namun tidak dikembangkan Latar = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisannya jelas tapi membosankan. Penceritaan = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), judul kurang sesuai dengan isi cerita 3. Selly Susanti, judul cerpen Berlibur ke Cibolang mendapat sekor 23 Unsur kebahasaan: Ejaan = 1 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), banyak terdapat kesalahan ejaan Diksi = 2 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada beberapa penggunaan kata kurang tepat. Logika = 2 (skala nilai) x 2 (bobot nilai). isi cerita kurang dipahami maksuddan tujuannya. Unsur Intrinsik; Alur = 2 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), kurang berhubungan dan tidak mengundang rasa ingin tahu. Tokoh = 1 (skal nilai) x 2 (bobot nilai), tidak ada pengembangan tokoh Latar = 1 (skal nilai) x 2 (bobot nilai), sangat kurang pelukisan latar dari cerita tersebut. Penceritaan = 1 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), tidak menarik dan kurang mengundang rasa ingin tahu. Postes Hasil analisis postes keterampilan menulis cerpen sebanyak 30 siswa, penulis mendeskripsikan tiga hasil postes keterampilan menulis cerpen diantaranya : 1. Maya Nur Anggara, judul cerpen Pengalaman yang Menyenangkan ke Kebun Binatang, mendapat sekor 60. Unsur Kebahasaan: Ejaan = 4 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), terdapat sedikit kesalahan ejaan yang disebabkan kurang hati-hati dalam menulis. Diksi = 3 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), terdapat beberapa kata yang kurang tepat tapi tidak mengganggu pemahaman. Logika = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), jalan cerita sedikit kurang dipahami oleh pembaca dan mempengaruhi alur cerita tersebut Unsur Intrinsik: Alur = 4 (skala nilai) X 2 (bobot nilai), logis tapi tidak mengundang kejutan Tokoh - 4 (skala nilai) 2 (bobot nilai), pelukisan tokoh jelas namun tidak dikembangkan. Latar = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pclukisannya jelas namun tidak sesuai dan tidak membosankan. Penceritaan = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), konsekuensi tapi kurang menarik. 2. Maman Mulyana, judul cerpen Tahun Baru yang Berkesan, mendapat sekor 65. Unsur Kebahasaan : Ejaan = 4 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada sedikit kesalahan ejaan karena kurang hatihati dalam menulis. Diksi = 3 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada beberapa kata yang kurang tepat tapi tidak menggangggu pemahaman. Logika = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), ada sedikit jalan cerita yang kurang

dipahami oleh pembaca, tapi tidak mempengaruhi alur cerita. Unsur Intrinsik Alur = 5 (skal nilai) x 2 (bobot nilai), bcrhubungan, logis dan mengundang kejutan. Tokoh = 5 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan jelas, wajar dan dikembangkan. Latar = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan jelas tapi kurang sesuai namun tidak membosankan. Penceritaan = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), judul sesuai dengan isj tapi kurang menarik. 3. Selly Susanti, judul cerpen Berlibur ke Cibolang mendapat sekor 63. Unsur Kebahasaan : Ejaan = 4 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), terdapat sedikit ejaan yang disebabkan kurang hati-hati. Diksi = 3 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada beberapa kala yang kurang tepat tapi tidak mempengaruhi pemahaman. Logika = 4 (skala nilai) x 3 (bobot nilai), ada jalan cerita yang sedikit kurang dipahami tapi tidak mempengaruhi pada alur cerita tersebut. Unsur Intrinsik: Alur = 5 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), berhubungan, logis dan mengundang kejutan. Tokoh = 5 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan tokoh jelas, wajar dan dikembangkan. Latar = 4 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), pelukisan jelas dan tidak membosankan. Penceritaan = 3 (skala nilai) x 2 (bobot nilai), konsekuensi namun kurang mengundang rasa ingin tahu. Hasil nilai-nilai pretes keterampilan menulis cerita pendek yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut: 1 orang siswa (3,33%) mendapat nilai antara 23-27 6 orang siswa (20,00%) mendapat nilai antara 33-37 4 orang siswa (13,33%) merndapat nilai an tara 38-42 4 orang siswa (13,33%) mendapat nilai antara 48-52 2 orang siswa (6,67%) mendapat nilai antara 53-57 3 orang siswa (10,00%) mendapat nilai antara 58-62 5 orang siswa (16,67%) mendapat nilai antara 53-67 Hasil nilai-nilai postes keterampilan menulis cerita pendek yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut: 1 orang siswa (3,33%) mendapat nilai antara 55-53 2 orang siswa (6,67%) mendapat nilai antara 54-56 2 orang siswa (6,67%) mendapat nilai antara 60-62 5 orang siswa (16,67%) mendapat nilai an tara 63-65 4 orang siswa (13,33%) mendapat nilai antara 66-68 5 orang siswa (16,67%) mendapat nilai antara 69-71 1 orang siswa (3,33%) mendapat nilai antara 72-74 2 orang siswa (6,67%) mendapat nilai antara 75-77 7 orang siswa (23,33%) Mendapat nilai antar a 78-80 1 orang siswa (3,33%) mendapat nilai antara 84-86 Dari data di atas, dapat diketahui bahwa ada peningkatan antara nilai pretes dan nilai postes. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, nilai 60 penulis tetapkan sebagai batas keberhasilan. Siswa yang memperoleh nilai minimal 60 berarti 1 orang siswa (3,33%) mendapat nilai antara 28-3258 Telah berhasil mencapai tujuan atau telah memiliki pengetahuan yang diharapkan. Sebaliknya siswa yang memperoleh nilai kurang dari 60 berarti belum berhasil mencapai tujuan. KESIMPULAN Pengajaran sastra di sekolah-sekolah lanjutan belum menunjukan hasil yang menggembirakan, pengajaran sastra masih belum mampu mendekatkan siswa pada sastra, sehingga kemampuan siswa baik dalam berapresiasi, maupun berekspresi masih terasa kurang. Pengajaran sastra masih cenderung mengarah pada materi yang bersifat teoritis tanpa membawa siswa kearah apresiatif. Sifat pengajaran yang demikian ini menimbulkan kebosanan terhadap siswa, sehingga siswa kurang menyukai pelajaran sastra yang diberikan gurunya. Salah satu bentuk pengajaran yang kurang disukai oleh siswa adalah keterampilan menulis. Hal ini dianggap sebagai suatu pekerjaan yang menyita waktu. Untuk mengantisipasi masalah ini, maka penulis mencoba mengadakan pengajaran menulis cerita pendek dengan cara berdiskusi, menganalisis sebuah cerita pendek kemudian mengaplikasikannya dalam cerita tertulis sesuai dengan sistematika penulisan cerita pendek yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang berbunyi Dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan, pengajaran

menulis cerita pendek di kelas IX SMPN 2 Cisurupan Garut akan berhasil. DAFTAR PUSTAKA Ali, M, 1997. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Srategi. Bandung : Angkasa. Burhan, j. Alim, j. ( 1971 ), Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Ganaco N.V. Dahlan, M. 1990. Model-Model Mengajar. Jakarta: Dipenogoro Depdikbud. 2006. Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama: kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta. Depdikbud Keraf. Gorys. 1983. argumentasi dan Narasi Jakarta; PT Gramedia