MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN WIWI WIDIAWATI Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Terampil berbahasa merupakan tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah, seperti kita ketahui bidang studi bahasa Indonesia baik SD, SMP, maupun SMA pengajaran bahasa ditujukan untuk mencapai keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis dengan baik dan benar. Tujuaan utama di sekolah adalah membantu dan membimbing anak didik agar memperoleh kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.peningkatan keterampilan berbahasa tersebut, akan sangat dipengaruhi oleh hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dari mulai SD sampai dengan perguruan tinggi. Selama ini ada kecenderungan yang mengarahkan bahasa Indonesia terlalu banyak pada segi teoritis, sehingga tujuan utama menjadikan bahasa Indonesia sebagai keterampilan berbahasa seringkali tidak tercapai. Keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Hal ini berarti guru sebagai tenaga pengajar yang telah memiliki seperangkat kemampuan tertentu, harus mampu berperan sebagai demonstator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator. Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap siswa, selain keterampilan menyimak, menulis, dan berbicara. Setiap guru juga haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. KATA KUNCI : MEMBACA CEPAT MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka seseorang harus memiliki empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan serta harus digunakan dengan aturanaturan yang berlaku. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sudah tentu memiliki aturan-aturan yang sudah disepakati oleh semua pemakai bahasa. Bagaimana jadinya jika bahasa kita, bahasa Indonesia tidak memiliki aturan dalam berbahasa, dalam berkomunikasi tentu akan timbul kesalahpahaman dalam penafsiran maknanya. Dengan demikian, bahasa merupakan alat berkomunikasi antara manusia yang paling efektif. Manusia berkomunikasi dengan yang lainnya menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tulis yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, sehingga terciptanya komunikasi yang efektif. Untuk memenuhi tuntutan ini bahasa perlu dipelajari agar dapar berfungsi dengan baik. Terampil berbahasa merupakan tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah, seperti kita ketahui bidang studi bahasa Indonesia baik SD, SMP, maupun SMA pengajaran bahasa ditujukan untuk mencapai keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis dengan baik dan benar. Tujuaan utama di sekolah adalah membantu dan membimbing anak didik agar memperoleh kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi sorotan bagi saya adalah kegiatan membaca. Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif (Harjasujana,1996: 80). Selama ini kegiatan membaca dianggap sebagai kegiatan yang reseptif, yaitu menerima informasiinformasi yang terdapat dalam bacaan. Namun sebenarnya dalam kegiatan membaca seorang pembaca dituntut untuk kritis memikirkan dan menanggapi informasi-informasi yang ia peroleh dari bacaan sehingga terjadi interaksi yang komunikatif antara pembaca dan penulis. Membaca cepat merupakan salah satu bahan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran ini merupakan kompetensi lanjutan tingkat pertama yang harus diberikan kepada siswa kelas VII SMP. Salah satu indikator dari pembelajaran membaca cepat adalah siswa mampu 1

2 membaca cepat yang terdiri atas 200 kata dan mampu menyimpulkan isi bacaan. Menurut PC.S. Sutisno (1998: 9) terdapat beberapa kegunaan membaca salahsatunya yaitu membaca cepat dapat menghemat waktu. Pada kenyataannya, tujuan pembelajaran tidak selamanya dapat tercapai dengan memuaskan, ketika keberhasilan ini mungkin disebabkan faktor kemampuan yang dimiliki siswa, kecakapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, betapa berperannya penggunaan teknik inquiri dalam pembelajaran membaca cepat. Dalam hal ini peranan guru sangat menentukan dalam upaya meningkatkan daya rangsang siswa untuk membaca. Penggunaan metode dalam pembelajaran keterampilan membaca siswa sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas membaca siswa sangat diperlukan. KAJIAN TEORI DAN METODE Metode Pembelajaran Guna memperoleh gambaran lebih jelas tentang istilah metode pembelajaran maka dalam uraian berikut akan dikemukakan dua kata yang tergabung dalam istilah di atas. Namun, pengertian istilah metode pembelajaran bukan merupakan penjumlahan arti dari kedua kata itu, kejelasan arti kata-kata tersebut adalah perlu untuk mempermudah memahami pengertian tentang metode pembelajaran. Menurut Purwadarminta (dalam Sudjana, 2005: 7) metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan pembelajaran adalah sebagai setiap upaya yang sisi.dari kedua istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebagai prosedur yang sistematik dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di dalam atau di luar kelas, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sementara itu, Tarigan (2001: 3-7) berpendapat bahwa metode adalah rencana keseluruhan penyajian bahan secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural, di dalam suatu pendekatan mungkin terdapat banyak metode, yang pada pelaksanaannya dijabarkan dalam bentuk teknik pembelajaran. Macky ( dalam Tarigan,2001: 3-12) mengajukan Lima belas ragam metode dalam pengajaran bahasa seperti tertulis berikut ini: (1) metode langsung; (2) metode alami; (3) metode psikologi; (4) metode fonetik; (5) metode membaca; (6) metode tata bahasa; (7) metode terjemah; (8) metode terjemah tata bahasa; (9) metode ektetik; (10) metode unit; (11) metode kontrol bahasa; (12) metode mimikri-memorasi; (13) metode teori - praktik; (14) metode kognate; dan (15) metode dwi bahasa. Sedangkan metode pembelajaran yang pada umumnya masih kita ingat metode sebagai berikut (1) metode penugasan, (2) metode eksperimen, (3) metode proyek, (4) metode diskusi, (5) metode widya wisata, (6) metode bermain peran, (7) metode demonstrasi, (8) metode sosiodrama, (9) metode pemecahan masalah, (10) metode tanya jawab, (11) metode latihan, (12) metode ceramah, (13) metode bercerita, dan (14) metode permanen. 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Teknik adalah prosedur yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan (Sudjana, 2005: 13). Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan batasan bahwa teknik adalah "cara (kepribadian) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni, sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik adalah merupakan keterampilan dan seni untuk melaksanakan langkahlangkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih luas (metode). Sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola kegiatan pembelajaran. Keterampilan Berbahasa Menurut Tarigan 91987: 1) keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis ( writing skill). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita mulai belajar membaca dan menulis. Karena satu sama lain dari keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, maka keempat keterampilan berbahasa ini sering disebut dengan istilah catur tunggal. Metode penelitian Metode adalah suatu cara untuk melakukan dan menyampaikan sesuatu agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan, untuk mencapai tujuan ini digunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab 2

3 akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang Kesimpulan sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan Berdasarkan hasil pengolahan data dan mengeliminasi atau mengurangi, menyisihkan faktorfaktor lain yang mengganggu (Arikunto, 2006: 3). Selain itu Arikunto (2006:26) mengatakan metode eksperimen adalah untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pretes yang dilakukan terdapat 13 pengujian hipotesis terhadap data yang dihasilkan instrument tes pada bab sebelumnya, berikut ini penulis rumuskan Tiga kesimpulan. Pertama, tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran membaca cepat sebelum menggunakan teknik inkuiri kurang efektif, hal ini dapat kita lihat dari hasil rata-rata nilai pretes adalah 5,5 nilai tersebut masih kurang dari nilai yang maksimum. orang siswa (43,34% dari jumlah siswa) yang telah Kedua, pembelajaran membaca cepat berhasil mencapai tujuan pengajaran, sedangkan 17 orang siswa (56,66% dari jumlah siswa) masih perlu diarahkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Nilai rata-rata adalah 5,5 menurut standar ketuntasan dikeluarkan pendidikan nasional 5,5 ini termasuk dalam kategori kurang. Ternyata pada saat postes dilaksanakan, siswa yang berhasil mencapai tujuan pengajaran bejumlah 26 orang (86,66 % dari jumlah siswa) dan empat orang siswa (13,34% dari jumlah siswa yang harus dilatih serta diarahkan lebih intensif sedangkan nilai rata-rata postes (6,11) termasuk dalam kategori cukup baik. menggunakan teknik inkuiri sudah cukup efektif. Hal ini membuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai pretes 5,5 menjadi 6,11 pada postes. Dengan demikian, berdasarkan peningkatan pada nilai postes tersebut menunjukkan metode inkuiri yang saya terapkan pada pembelajaran membaca cepat efektif. Simpulan tersebut secara langsung dapat menjawab hipotesis saya yang berbunyi "penggunaan teknik inkuiri pada pembelajaran membaca cepat di kelas VII SMP Negeri 3 cilawu tahun pelajaran sangat efektif." Ketiga, berdasarkan perhitungan uji-f dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pretes Dengan membandingkan nilai rata-rata dan postes. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-r, ratarata antara pretes dan postes adanya kenaikan nilai ratarata yaitu nilai sebesar 0,61. Hal ini, menjadi hal positif pada penilaian ini tetapi masih perlu dibuktikan dengan perhitungan statistik sebagai berikut. pretes dan postes berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh t hitung (3,04) dan t tebei (2,68) dengan derajat kebebasan 29 pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian t hitung (3,04) > t tabei (2,68). Artinya, kemampuan siswa dalam membaca Dari hasil perhitungan di atas makan selanjutnya cepat mengalami peningkatan setelah diterapkan akan disusun daftar distribusi mean pretes dengan jumlah metode inkuiri. kelas interval enam dengan panang kelas sebagai berikut. DAFTARPUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Bandung: Tabel 4.2 Rineka Cipta. Depdikbud. (1996). Kamus B esar Daftar Distribusi Mean Pretes Kelas Interval f X fx Bahasa x2 Indonesia. fxnjakarta: Balai Pustaka. Depdikbud. (1998). Ciri-Ciri membaca Cepat Jakarta Pusat: Pusat 19,5-21,1 2 20,3 40,6 412,09 Perbukuan. Hadi, 824,18S. ((1976). Metodologi Research Fakultas Psikologi. Yogyakarta. Nasution. (2006) ^ 345,90 Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara. I X 1 G,\_> Slameto. (2006). Belajar dan Faktor -faktor yang 16,1-17,7 5 16,9 84,5 285, ,05 Mempengaruhinya. Bandung: 14,4-16,0 4 15,2 60,8 231,04 Rineka Cipta. 924,16 Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Bmiah. Bandung: Warsito. Tarigan, H.G. 12,7-14,3 5 13,5 67,5 182,25 (1979). Membaca 911,25 sebagai Suatu Keterampilan 11-12,6 11,8 35,4 Berbahasa. ^139,24 417,72 Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1985). Teknik Jumlah 30 96, ,19 Keterampilan 8310,92 Berbahasa. Bandung: Angkas. 3

4 MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INQUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN MAKALAH OLEH: WIWI WIDIAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

5