Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata)

dokumen-dokumen yang mirip
Molekul, Vol. 4. No. 2. November, 2009 : 83-93

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

3 METODOLOGI PENELITIAN

Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 74-81

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

Studi Pengaruh Variasi Volume Zeolite Terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Ammonia (NH3-N) Limbah Cair Perusahaan Lubricant Refinery

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Molekul, Vol. 4. No. 2. November, 2009 :

PENENTUAN TINGKAT KANDUNGAN AMONIAK, NITRIT, DAN NITRAT PADA REMBESAN SAMPAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) AIR DINGIN KOTA PADANG

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

KINETIKA FILTRASI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOFILTER MEDIA ZEOLIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB III METODE PENELITIAN

Bimafika, 2011, 3,

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

SNI Standar Nasional Indonesia

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Metodologi Penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

KEEFEKTIFAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DUSUN GUNUNG SAREN KIDUL DENGAN UNIT ANAEROBIC BAFFLE REACTOR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS... (Irmanto dan Suyata)

PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

EFEKTIVITAS DAN KAPASITAS RESIN PENUKAR ANION DENGAN SISTEM BATCH DALAM MENGIKAT NITRAT DAN APLIKASINYA PADA AIR DARI SUMBER MATA AIR DI DESA SEDANG

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Transkripsi:

Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata) PENURUNAN KADAR AMONIA, NITRIT DAN NITRAT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DI DESA KALISARI, CILONGOK MENGGUNAKAN SISTEM ZEOLIT TERAKTIVASI DAN TERIMPREGNASI TiO 2 Irmanto dan Suyata Program Studi Kimia, Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED, Purwokerto ABSTRACT Treatment of the tofu industry wastewater by activated zeolite system and TiO 2 impregnated zeolite system was conducted. The systems are one of the alternatif method in decreasing ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater. The research was aimed to decide the optimum loading rate of the wastewater into zeolite system. The loading rate variety are: 160, 240, 320, 400 and 480 L m -2 day -1. Then also determined the efficiency of zeolite system to decrease ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater by using the optimum loading rate. The result of the research showed that these three zeolite systems were able to decrease ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater by optimum loading rate 320 L m -2 day -1. The efficiency of these three zeolite systems in decreasing the ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater respectively were 74.96%, 70.36%, 65.57% for acid activated zeolite system, 84.26%, 72.36%, 76.36% for base activated zeolite system, and 75.50%, 70.35%, 71.71% for TiO 2 impregnated zeolite system. From three of those zeolite systems, base activated zeolite system was the highest efficiency in decreasing the ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater. Keywords : Zeolite, tofu industry, ammonia, nitrite, nitrate PENDAHULUAN Sektor industri merupakan salah satu pilar perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi sebagian masyarakat dengan memberikan lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha serta produknya sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan daerah yang bersangkutan. Di lain pihak kegiatan industri juga memberikan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan dari limbah yang dihasilkan. Salah satu limbah yang dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan adalah limbah yang berasal dari industri tahu. Limbah cair industri tahu mengandung zat-zat organik yaitu protein, karbohidrat, lemak dan padatan tersuspensi lainnya yang di alam dapat mengalami perubahan fisika, kimia dan hayati yang akan menghasilkan zat toksik atau menciptakan media tumbuh bagi mikroorganisme patogen. Limbah cair industri tahu tersebut bila mengalami pembusukan dapat menyebarkan bau tidak sedap dan mencemari perairan. Menurut Nurhasan dan Pramudyanto (1997) bahwa limbah cair dari industri tahu skala menengah adalah 20-25 m 3 per ton kedelai yang diolah. Limbah cair industri tahu apabila tidak diolah dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang sangat membahayakan. Pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair industri tahu sangatlah beragam baik bagi manusia maupun lingkungan. Pada manusia limbah cair 44

Molekul, Vol. 2. No. 2. Nopember, 2007 : 44-52 industri tahu dapat mengakibatkan berbagai penyakit, karena menurut Nurhasan dan Pramudyanto (1997), limbah cair industri tahu mempunyai kadar nitrat, nitrit dan amonia yang tinggi. Bagi lingkungan limbah cair industri tahu yang dibuang langsung ke badan perairan dapat menyebabkan rusaknya badan perairan tersebut dan terganggunya ekosistem biota perairan. Metode penanganan limbah berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah dengan mengurangi kadar zat-zat yang berbahaya dalam limbah menggunakan proses kimia, maupun biologi. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengurangi zat-zat berbahaya dalam limbah industri adalah zeolit. Penelitian tentang penggunaan zeolit sebagai adsorben limbah telah banyak dilaporkan mengingat keberadaan zeolit alam yang tersedia melimpah dan harganya murah. Komponen utama pembangun struktur zeolit adalah struktur pembangun primer (SiO 4 ) 4- yang mampu membentuk struktur tiga dimensi. Sifat muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka zeolit baik muatan pada permukaan maupun muatan di dalam rongga menyebabkan zeolit dapat digunakan sebagai zat pengadsorpsi, penukar ion dan katalis (Utomo, 2004). Berdasarkan kemampuan zeolit yang dapat digunakan sebagai pengolah limbah, maka perlu dilakukan penelitian penggunaan zeolit untuk mengolah limbah industri tahu. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengolahan limbah cair industri tahu untuk mengurangi kadar amonia, nitrit dan nitrat dalam limbah tersebut menggunakan sistem zeolit yang telah diaktivasi dengan asam, diaktivasi dengan basa dan zeolit terimpregnasi TiO 2. Sistem zeolit juga diberi aerasi sehingga diharapkan tidak hanya terjadi proses adsorpsi tetapi juga terjadi proses dekomposisi dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui kemampuan sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO 2 dalam mengolah limbah cair industri tahu melalui pemeriksaan ph, kadar amonia, nitrit dan nitrat. 2. Menentukan kecepatan pengisian optimum limbah cair industri tahu ke dalam sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO 2. 3. Menentukan efisiensi sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO 2 dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. 4. Menentukan sistem zeolit yang paling baik dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Instrumen pengolah limbah cair industri tahu terdiri dari: kotak kaca dengan ukuran (panjang x lebar x tinggi) = 30 cm x 15 cm x 30 cm, zeolit yang berasal dari Daerah Yogyakarta deposit Gunung Kidul (dengan ukuran 1-2 mm), pipa, pipa aerasi, pompa air, pompa udara (aerator), penampung limbah, kran air, alat-alat gelas laboratorium, termometer, ph meter, desikator, neraca analitik, oven, kertas saring, dan 1 unit Spektrofotometer Visible (Spectronic 20 Genesys). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: limbah cair industri tahu, ammonium klorida, seng sulfida, natrium hidroksida, larutan EDTA, reagen Nessler, natrium nitrit, asam sulfanilat, NED dihidroklorida, kalium nitrat, brucin, kloroform, asam sulfat pekat dan akuades. 45

Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata) Prosedur Penelitian Aktivasi zeolit dan impregnasi zeolit a. Aktivasi zeolit melalui pengasaman (Sugiyanto, 2006) Butiran zeolit direndam dengan akuades selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu disaring dan keringkan menggunakan oven pada suhu 110 0 C. Zeolit yang telah kering direndam dan diaduk dengan HCl 0,1M, disaring dan dicuci dengan akuades secara berulangulang dan dikeringkan dengan oven pada suhu 130 0 C selama 4 jam. b. Aktivasi zeolit melalui pembasaan Butiran zeolit direndam dengan akuades selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu disaring dan keringkan menggunakan oven pada suhu 110 0 C. Zeolit yang telah kering direndam dan diaduk dengan NaOH 0,1M, disaring dan dicuci dengan akuades secara berulangulang dan dikeringkan dengan oven pada suhu 130 0 C selama 4 jam. c. Impregnasi zeolit dengan TiO 2 (Sugiyanto, 2006) Butiran zeolit dicampur dengan TiO 2 dengan perbandingan jumlah zeolit dan TiO 2 2,5:1. Campuran diaduk selama 3 jam. Setelah itu, campuran ditambah dengan akuades kemudian diaduk dan dikalsinasi pada suhu 400 0 C Pembuatan sistem zeolit Instrumen sistem zeolit dibuat dengan konstruksi sebagai berikut. Bak kaca berukuran dimensi dalam (30 cm x 15 cm x 30 cm) dengan kran alir pada bagian bawah disiapkan. Sistem zeolit terdiri dari tiga bak setiap bak masingmasing dari dasar sampai ke atas seluruhnya diisi dengan zeolit berdiameter 1-2 mm yang berbeda cara aktivasi dan modifikasinya yaitu melalui pengasaman, pembasaan dan impregnasi TiO 2. Pada bagian tengah bak dipasang pipa aerasi (diameter 1,5 cm) dengan jarak antar lubang aerasi 5 cm dan ukuran diameter lubang 0,5 mm. Pipa aliran masuk berupa pipa berlubang yang dibuat dengan ukuran lubang diameter 1,5 mm dan jarak antar lubang 5 cm, bagian pipa yang berlubang menghadap ke atas dan diletakkan di atas sistem zeolit. Penentuan kecepatan pengisian optimum air limbah ke dalam sistem zeolit Limbah cair industri tahu sebelum diolah (treatment) dengan metode sistem zeolit ditentukan kadar amonia, nitrit dan nitrat. Masing-masing parameter dianalisis sesuai dengan metode analisis dan pengukuran dilakukan secara duplo. Limbah cair industri tahu dialirkan selama 24 jam per hari pada berbagai variasi kecepatan pengisian yaitu 160, 240, 320, 400, 480 L m -2 hari -1. Kemudian kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu pada berbagai variasi kecepatan pengisian setelah diolah (treatment) dengan metode sistem zeolit ditentukan sesuai dengan metode analisis untuk masing-masing parameter dan pengukuran dilakukan secara duplo. Perhitungan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu pada berbagai variasi kecepatan pengisian ditentukan dengan menggunakan rumus : kons. awal kons. akhir Kadar ( % ) 100 % kons. awal Penentuan efisiensi sistem zeolit untuk menurunkan kadar amonia, nitrit, dan nitrat limbah cair tahu Pada kecepatan pengisian optimum, dengan cara yang sama pada penentuan kecepatan pengisian optimum ditentukan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu, pengukuran dilakukan secara duplo setiap lima hari sekali selama satu bulan. 46

Molekul, Vol. 2. No. 2. Nopember, 2007 : 44-52 Prosedur Analisis Penentuan Amonia Amonia ditentukan menurut APHA (1995), dipipet 100 ml sampel ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 1 ml ZnSO 4 0,56 M dan diaduk, lalu ditambahkan NaOH 6 N sampai ph menjadi 10,5. Dibiarkan selama 20-40 menit sampai flok-flok yang terbentuk mengendap, lalu disaring. Ditambahkan 1 tetes EDTA dan dikocok. Dipipet 25 ml sampel yang telah diolah ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan 2 ml reagen Nessler, diencerkan hingga tanda batas, kocok dengan membolak-balik labu dan dibiarkan selama 10 menit sampai homogen. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 430 nm. Dilakukan hal yang sama untuk larutan blanko. Penentuan Kadar Nitrit Nitrit ditentukan menurut APHA (1995), dibuat larutan standar nitrit dengan konsentrasi 0,02 ; 0,04 ; 0,08 ; 0,16 ; 0,20 ppm. Ditambahkan 0,4 ml asam sulfanilat dan 0,4 ml NED dihidroklorida ke dalam 10 ml masingmasing larutan standar. Dibiarkan sampai terbentuk warna merah muda kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang sekitar 550 nm. Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko dan sampel yang telah disaring. Penentuan Kadar Nitrat Nitrat ditentukan menurut APHA (1995), dibuat larutan standar nitrat dengan konsentrasi 2, 4, 8, 16 dan 32 ppm. Dimasukkan ke dalam 5 buah labu ukur 50 ml sebanyak 2,5 ml. Ditambahkan 0,3 ml brucin dan 5 ml asam sulfat pekat, dibiarkan membentuk warna kuning lalu diencerkan hingga tanda batas dan dikocok sampai homogen. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang sekitar 425 nm. Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko dan sampel yang telah disaring. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Koswara (1992 ), limbah cair industri tahu adalah air rendeman kedelai dan whey yang merupakan sisa hasil penggumpalan dengan bahan penggumpal asam asetat atau batu tahu. Limbah cair industri tahu mengandung senyawa organik tinggi yang dapat berubah menjadi senyawa beracun atau menciptakan media tumbuhnya mikroorganisme sehingga perlu adanya pengolahan sebelum dibuang ke perairan. Pada penelitian ini digunakan sistem zeolit teraktivasi yaitu aktivasi asam dan basa, serta sistem zeolit terimpregnasi TiO 2 sebagai salah satu metode alternatif untuk mengolah limbah cair industri tahu guna menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitratnya. Penelitian ini menentukan kecepatan pengisian optimum limbah cair industri tahu ke dalam masing masing sistem. Kecepatan pengisian optimum tersebut digunakan untuk menentukan efisiensi dari masing masing sistem zeolit sehingga dapat diketahui sistem zeolit yang paling efektif untuk menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. Penentuan Kecepatan Pengisian Optimum Limbah Cair ke dalam Sistem Zeolit. Kecepatan pengisian limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah 160, 240, 320, 400, 480, L m -2 hari -1, dari berbagai variasi kecepatan tersebut ditentukan kecepatan pengisian limbah cair yang mampu memberikan yang paling tinggi dan disebut sebagai kecepatan pengisian optimum. Kecepatan pengisian limbah cair ke sistem zeolit merupakan faktor yang penting dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat dari limbah cair industri tahu karena dengan pengisian yang tepat maka penurunan kadar 47

Penurunan Kadar (%) Penurunan Kadar (%) Penurunan Kadar (%) Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata) amonia, nitrit dan nitrat dapat berlangsung secara optimum. Berdasarkan hasil pengukuran kadar amonia, nitrit dan nitrat sebelum dan sesudah diolah dengan sistem zeolit pada berbagai variasi kecepatan pengisian, diperoleh persentase dari masing-masing sistem zeolit yang dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3 80 70 60 50 40 30 20 10 0 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 53,10 40,09 30,08 68,46 51,76 53,95 72,33 71,56 66,97 63,02 58,81 49,88 20,81 51,40 160 240 320 400 Kecepatan Pengisian (L m -2 hari -1 480 ) 60,69 60,15 38,28 73,25 69,34 58,63 82,90 75,31 72,18 65,48 61,36 61,88 29,48 38,70 160 240 320 400 480 Kecepatan Pengisian Limbah (L m -2 hari -1 ) 18,81 28,22 Amonia Nitrit Nitrat Gambar 1. Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada berbagai variasi kecepatan Amonia Nitrit Nitrat Gambar 2. Penurunan kadar amonia, nitrit, dan nitrat pada berbagai variasi kecepatan 80 70 60 50 47,21 45,75 40 30 20 10 0 30,50 74,11 69,97 69,18 70,80 63,36 61,59 55,99 46,41 Berdasarkan Gambar 1, 2 dan 3 dapat diketahui bahwa persentase limbah cair industri tahu setelah mengalami pengolahan menggunakan ketiga sistem zeolit yang berbeda paling tinggi terjadi pada kecepatan pengisian 320 L.m -2.hari -1. Pada kecepatan pengisian limbah cair industri tahu sebesar 320 L.m -2.hari -1, sistem zeolit teraktivasi asam mampu menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat berturutturut sebesar 73,33; 71,56; dan 66,97%. Sistem zeolit teraktivasi basa sebesar 82,90; 72,18; dan 75,31% dan sistem zeolit terimpregnasi TiO 2 sebesar 74,11%; 69,97%; 70,80%. Kecepatan pengisian 240 L.m -2.hari -1 pada ketiga sistem zeolit mengalami persentase yang lebih kecil dibandingkan pada kecepatan pengisian 320 L.m -2.hari -1 dan semakin menurun pada kecepatan pengisian 160 L.m -2.hari -1. Demikian pula pada kecepatan pengisian 400 L.m -2.hari -1 pada ketiga sistem zeolit juga persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitratnya lebih kecil dari kecepatan pengisian sebesar 320 L.m -2.hari -1 dan juga semakin menurun pada laju 480 L.m -2.hari -1. Dengan demikian kecepatan pengisian optimum ketiga sistem zeolit tersebut ditetapkan pada kecepatan 51,90 27,11 50,57 160 240 320 400 480 Kecepatan Pengisian Limbah (L m -2 hari -1 ) 18,81 Amonia Nitrit Nitrat Gambar 3. Penurunan kadar amonia, nitrit, dan nitrat sistem zeolit terimpregnasi TiO 2 48

Molekul, Vol. 2. No. 2. Nopember, 2007 : 44-52 pengisian limbah cair sebesar 320 L.m -2. hari -1 karena pada kecepatan ini mampu memberikan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang paling tinggi pada ketiga sistem zeolit. Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang tinggi pada kecepatan pengisian limbah cair sebesar 320 L m -2 hari -1 menunjukkan bahwa dalam kecepatan ini waktu kontak antara limbah dengan sistem zeolit mencapai kondisi yang optimal sehingga proses adsorpsi oleh zeolit dan proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang telah berkembang dalam sistem zeolit bisa terjadi secara maksimal. Penentuan efisiensi sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu diawali dengan memecah limbah organik menjadi ukuran yang lebih kecil sampai memungkinkan bagi organisme untuk melakukan metabolisme dan proses ini diperlukan waktu adaptasi. Pengukuran dilakukan sebanyak enam kali selama 30 hari, pengukuran dilakukan setiap lima hari mulai hari ke-5 setelah dilakukan pengkondisian terhadap sistem. Efisiensi dari masing-masing sistem zeolit merupakan rataan dari persentase penurunan kadar tiap parameter pada kecepatan pengisian optimum. Data efisiensi dari masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada limbah cair industri tahu dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3 Menurut Pike, (1975, dalam Suwarso, 2004) menyatakan bahwa, proses perombakan secara bakterial Tabel 1. Efisiensi masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia limbah cair industri tahu Sistem Zeolit pertama ke-2 Penurunan Kadar Amonia (%) ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 Efisiensi Sistem (%) Asam 71,78 70,45 74,52 78,56 78,34 76,12 74,96 Basa 83,15 81,53 82,41 87,81 86,41 84,23 84,26 Impregnasi 75,10 72,45 74,89 77,04 78,03 75,51 75,50 49

Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata) Tabel 3. Efisiensi masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar nitrat limbah cair industri tahu Sistem Zeolit pertama ke-2 Penurunan Kadar Nitrat (%) ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 Efisiensi Sistem (%) Asam 67,68 64,12 62,84 64,58 68,31 65,91 65,57 Basa 75,50 72,77 76,17 77,42 77,79 77,68 76,22 Impregnasi 70,29 71,08 74,26 71,00 70,66 73,01 71,71 Berdasarkan Tabel 1, 2 dan 3 diketahui bahwa ketiga sistem zeolit mampu menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat dengan efisiensi yang berbeda dari masing-masing sistem zeolit. Sistem zeolit teraktivasi asam mempunyai efisiensi sebesar 70,36% untuk amonia, 70,36% untuk nitrit dan 65,57% untuk nitrat. Sistem zeolit teraktivasi basa mempunyai efisiensi sebesar 84,26% untuk amonia, 72,22% untuk nitrit dan 76,22% untuk nitrat. Zeolit terimpregnasi TiO 2 mempunyai efisiensi secara berturut-turut sebesar 75,50%, 70,35% dan 71,71% untuk amonia, nitrit dan nitrat. Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat dari limbah cair industri tahu setelah mengalami pengolahan menggunakan ketiga sistem zeolit tersebut terjadi karena adanya proses adsorpsi oleh zeolit dan juga proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang telah berkembang dalam sistem zeolit tersebut. Proses dekomposisi limbah cair industri tahu juga terjadi di dalam sistem zeolit, hal ini dapat dibuktikan bahwa berdasarkan pengukuran penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat pada ketiga sistem zeolit yang tidak diberi aerasi sebagai pembanding menunjukkan hasil penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada penentuan efisiensi dari sistem zeolit dengan aerasi. Pengukuran penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat pada ketiga sistem zeolit tanpa pemberian aerasi dilakukan setelah mengalami pengkondisian selama 14 hari dengan mengalirkan limbah cair industri tahu yang telah mengalami pengenceran sepuluh kali pada kecepatan pengisian limbah cair 320 L m -2 hari -1 sebagai kecepatan pengisian limbah optimum. Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penurununan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu sistem zeolit tanpa pemberian aerasi Sistem Zeolit Penurunan Kadar (%) Amonia Nitrit Nitrat Asam 54,28 51,66 38,15 Basa 60,13 55,78 45,10 Impregnasi 41,17 41,68 47,40 50

Molekul, Vol. 2. No. 2. Nopember, 2007 : 44-52 Kecilnya presentasi penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada sistem zeolit tanpa aerasi dibandingkan dengan sistem zeolit yang dilengkapi dengan aerasi mengindikasikan bahwa dengan pemberian aerasi sebagai suplai oksigen mampu meningkatkan proses degradasi senyawa organik dari limbah cair industri tahu oleh mikroorganisme pada ketiga sistem zeolit tersebut. Choliq (1992) menyatakan bahwa dalam pengolahan limbah organik oleh mikroorganisme terdapat dua kejadian penting yaitu : (1) pemakaian oksigen oleh mikroorganisme untuk respirasi dan (2) pembentukan sel mikroorganisme dengan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan dan energi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. APHA. 1995. Standard Method for the Examination of Water and Wastewater. 18 th Ed. American Public Health Association. Washington D.C. Choliq, A.U. 1992. Pengolahan Limbah Organik Dengan Sistem RBC. Proceeding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Tantangan Masa Depan. Jurusan Teknik Lingkungan ITB. Bandung. TiO 2 dapat digunakan untuk menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. 2. Kecepatan pengisian optimum limbah cair ke dalam sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi TiO 2 adalah 320 L m -2 hari -1. 3. Efisiensi sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi TiO 2 dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu berturut-turut sebesar 74,96; 70,36; 65,57; 84,26; 72,22; 76,22, 75,50; 70,35; dan 71,71%. 4. Sistem zeolit teraktivasi basa mempunyai efisiensi yang paling tinggi dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. Departemen Lingkungan Hidup. 2003. Limbah Usaha Kecil, http://www.menlh.go.id./usahakecil.htm diakses tanggal 5 Mei 2006. Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Nurhasan, A. Dan B. B. Pramudyanto. 1997. Pengolahan Air Buangan Tahu. Yayasan Bina Karta Lestari dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Semarang. Sugiyanto. 1994. Pengolahan Air Limbah Secara Biologis. Makalah Workshop Pengolahan dan Analisis Limbah Cair. Kerjasama BAPEDAL dengan UNS Surakarta. Surakarta. Sugiyanto, R. 2006. Pengaruh Campuran Zeolit-TiO 2 terhadap Amonia. Krom Total dan Warna Limbah Cair Industri Tekstil. Skripsi. 51

Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata) Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto (Tidak dipublikasikan). Industri Tapioka Menggunakan Rekayasa Mikrobiologi. Majalah Ilmiah UNSOED. 11(1), 61-72. Suwarso. 2004. Efektivitas Proses Biodegradasi Limbah Cair 52