IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

VII ANALISIS PENDAPATAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten Klaten memiliki sejumlah kecamatan salah satunya Kecamatan Delanggu. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110 30'-110 45' Bujur Timur dan 7 30'-7 45' Lintang Selatan. Secara administrasi kabupaten klaten berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (BPS Kabupaten Klaten, 2014) Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 dataran yaitu dataran leren gunung merapi membentang disebelah utara meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung merapi dan Gunung kapur. Dataran gunung kapur yang membujur disebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas. (BPS Kabupaten Klaten, 2014) b. Topografi daerah Kabupaten Klaten diapit oleh gunung merapi dan pegunungan seribu dengan ketinggian antara 76-1,60 m dpl (diatas permukaan laut) yang 1

2 terbagi menjadi wilayah lereng gunung merapi di bagian utara area miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak diketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut, 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30 Celcius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan januari (350mm) dan curah hujan terendah bulan juli (8mm). Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung merapi. Wilayah Kecamatan Delanggu memiliki ketinggian 133 meter dari permukaan laut dengan suhu maksimum 32 C dan suhu minimum 22 C. Pada tahun 2006 jumlah hari hujan dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan sebanyak 2,367mm per tahun. (BPS Kecamatan Delanggu, 2014) 2. Keadaan Geografis a. Lokasi Daerah Penelitian Kecamatan Delanggu merupakan salah satu Kecamatan yang terdiri dari 16 Desa. Luas wilayah tanah sawah irigasi adalah 842 Ha dan Tanah kering luasnya 635 Ha. Luas Wilayah Kecamatan Delanggu adalah 18,78 km 2. Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Delanggu adalah sebagai berikut :

3 Sebelah Utara Sebelah Timur : Kecamatan Wonosari : Kecamatan Wonosari Sebelah Selatan : Kecamatan Juwiring Sebelah Barat : Kecamatan Polanharjo Secara umum Kecamatan Delanggu terletak di dataran tinggi dengan tinggi 113 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah 18,78 km 2. Kecamatan Delanggu dibagi menjadi 16 desa, yaitu : Desa Bowan, Desa Dukuh, Desa Jetis, Desa Butuhan, Desa Banaran, Desa Karang, Desa Sribit, Desa Krecek, Desa Mendak, Desa Delanggu, Desa Sabrang, Desa Tlobong, Desa Gatak, Desa Kepanjen, Desa segaran dan Desa Sidomulyo. Desa yang terluas tanah sawah adalah Desa Sribit yaitu sebesar 152 Ha, sedangkan desa yang memiliki luas tanah sawah terkecil adalah Desa Segaran yaitu 59,8 Ha. b. Keadaan Tanah dan Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kecamatan Delanggu dibedakan menjadi dua yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Delanggu, 2013 No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Tanah Sawah 1. 2. 3. 4. 5. Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Sederhana Tadah Hujan Lainnya 842 58 101 0 0 51,46 3,55 6,17 0,00 0,00 Jumlah 1001 61,18 1. 2. 3. Tanah Kering Pekarangan Tegalan/Kebun Lainnya 635 0 0 38,82 0,00 0,00 Jumlah 635 38,82 Sumber : Kecamatan Delanggu dalam Angka 2013

4 Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di Kecamatan Delanggu adalah berupa lahan sawah yang mencapai 1001 Ha atau sebesar 61,18 persen dari total luas Kecamatan Delanggu. Di Kecamatan Delanggu sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis yaitu sebesar 842 Ha atau 51,46 persen. Pemanfaatan lahan tanah kering di Kecamatan Delanggu dan paling banyak adalah untuk pekarangan yaitu sebesar 635 Ha atau 38,82 persen 3. Kondisi Pertanian Keadaan pertanian suatu wilayah dapat dilihat dari potensi produksi pertanian yang dapat diukur dengan luas panen dan besar produksi per hektar. Dengan melihat keadaan pertanian suatu wilayah maka dapat dilihat juga ketersediaan pangan daerah tersebut, serta potensi penganekaragaman pangan dengan berbasis pada tanaman lokal yang akan mendukung ketahanan pangan daerah. Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kecamatan Delanggu adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang panjang, dan cabe merah. Luas panen dan produksi dari masing-masing jenis tanaman pangan tersebut di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 5.

5 Tabel 5. Rata-rata Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Delanggu 2013 No. Jenis Tanaman Pangan Luas Panen (Ha) Kecamatan Delanggu Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1. Padi Sawah 1.402 89,41 12.535 2 Jagung 1 9,000 9 3 Ubi Kayu 1 32,000 32 4 Kacang Panjang 11 19,09 21 5 Cabe merah 2 20,00 40 Sumber : Dinas Pertanian Klaten, 2014 Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa rata-rata produksi tanaman pangan yang terbesar adalah padi sawah yaitu sebesar 12.535 ton, hal ini dikarenakan padi sebagai bahan makanan pokok yang digunakan oleh penduduk setiap harinya, disusul cabe merah yaitu 40 ton. Produksi yang paling kecil adalah jagung yaitu sebesar 9 ton, karena lahan untuk menanam jagung lebih sedikit sehingga produksi jagung terkecil. B. Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Pola tanam yang diterapkan petani delanggu desa sribit yaitu padi-padipadi. Pengairan yang digunakan di Kecamatan Delanggu yaitu pengairan irigasi teknis. Teknik budidaya padi kecamatan delanggu desa sribit yaitu persipaan lahan,persemaian, sampai terakhir yaitu panen. Teknik budidaya padi sawah irigasi di Desa Sribit adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan bertujuan untuk menjamin tanaman tumbuh secara optimal dan memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah. Persiapan lahan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, tanah diolah dengan cara dicangkul. Kegiatan utama tahap ini adalah pembuatan pematang sawah

6 (galengan). Pembuatan pematang sawah selain bertujuan sebagai tanda batas kepemilikan sawah juga berguna untuk menahan dan menjaga keberadaan air irigasi pada lahan sawah usahatani padi sawah. Tahap kedua persiapan lahan adalah kegiatan membajak dan menggaru. Petani di daerah penelitian menggunakan traktor dalam melakukan kegiatan membajak dan menggaru karena kedua kegiatan tersebut bisa dilakukan bersamaan untuk menghemat biaya persiapan lahan dan mempercepat waktu pengerjaan. Kegiatan membajak sawah dan menggaru bertujuan untuk membalikan tanah lapisan atas agar berganti dengan tanah lapisan bawah sehingga kandungan mineral serta unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi tetap tersedia dan kegiatan menggaru dilakukan dengan tujuan untuk merapikan lahan sawah yang telah dibajak agar lebih mudah untuk ditanami. 2. Persemaian Jenis benih padi yang ditanam petani di daerah penelitian yaitu benih brontoyudo dan rojolele. Benih yang digunakan petani untuk ditanam merupakan benih yang tahan wereng. Benih ini juga bersertifikat yang dibeli dari kios saprodi supaya resiko gagal tumbuh lebih kecil. Pembuatan tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan luasan untuk tempat persemaian kurang lebih 0,05 luasan areal yang akan ditanami. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 1-1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk memudahkan pada saat penebaran benih. 3. Pembibitan Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS). Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur 15-24 hari setelah sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal 1 hari sejak

7 bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak layu (kering) atau persentase kehidupannya tinggi. 4. Penanaman Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari. Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-2 bibit untuk setiap lubang tanam. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit cadangan yang telah ditanam. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya, dan berpengaruh terhadap cuaca mikro. Selain itu jarak tanam juga mempengaruhi perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman padi dalam penggunaan air dan unsur hara. 5. Pemupukan Pupuk yang digunakan pada usahatani padi sawah desa sribit yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani pada umumnya sama yaitu terdiri dari pupuk kandang (pupuk organik). Pupuk anorganik yang digunakan petani antara lain pupuk urea, phonska, dan pupuk TSP. Pupuk organik diberikan sebagai pupuk dasar. Pemupukan yang dilakukan pada daerah penelitian tediri dari 2 tahap, pemupukan pertama dilakukan 10-15 hari setelah masa tanam dan pemupukan kedua dilakukan pada 25-35 hari setelah tanam. 6. Pengendalian Gulma Pengganggu, Hama dan Penyakit Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan keberadaan gulma di areal tanaman padi. Pengendalian gulma dilakukan secara rutin untuk mencegah resiko kegagalan pembibitan benih padi. Pengendalian hama juga dilakukan secara rutin agar tidak menurunkan produksi hingga akhirnya menyebabkan

8 gagal panen. Hama yang menyerang di daerah penelitian adalah hama tikus. Untuk pengendalian hama, petani di daerah penelitian melakukan penyemprotkan pestisida 7. Pengairan/Irigasi Pengairan bertujuan untuk membasahi tanah supaya tanah tersebut lembab pada daerah perakaran guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Tersedianya air irigasi memberikan banyak manfaat bagi petani diantaranya membantu menyerap unsur tanah yang dibutuhkan oleh tanaman, membantu proses pengolahan tanah,dan memperbaiki kesuburan tanah. Petani membayar iuran penggunaan air (IPAIR) yang digunakan oleh petani itu sendiri. Di daerah penelitian terdapat kendala yaitu tanah tidak dapat menahan air dalam jangka waktu yang lama. 8. Panen Kegiatan panen yang dilakukan di daerah penelitian dilakukan secara borongan. Dengan sistem ini, semua pengerjaan dikerjakan oleh penebas. Upah tenaga kerja yang dibayarkan berupa upah borongan. Alat-alat yang digunakan dalam pemanenan yaitu sabit dan mesin perontok padi. C. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani padi sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 6.

9 Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. No. Uraian Petani Padi Sawah 1. Jumlah petani responden (orang) 40 2. Rata-rata umur petani (tahun) 59,05 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 8,03 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT padi (orang) 6. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (ha) 7. Rata-rata pengalaman/pengetahuan untuk UT padi (tahun) 4,05 1,48 0,37 15,83 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 Jumlah petani responden dalam penelitian yaitu 40 responden. Rata-rata umur petani padi yaitu 59,05 tahun. Rata-rata umur tersebut masih tergolong dalam umur atau usia produktif yang berkisar antara 15-64 tahun. Petani yang tergolong dalam usia produktif memiliki tenaga dan semangat kerja yang cenderung lebih tinggi karena faktor fisik yang masih mendukung untuk melakukan kegiatan usahatani dan faktor psikologi dimana petani harus memenuhi kebutuhan hidup dan tanggungan keluarga. Pada usia produktif, petani dapat meningkatkan ketrampilan dalam berusahatani dengan menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam kegiatan usahatani dengan harapan petani dapat meningkatkan pendapatan dalam usahataninya, khususnya usahatani padi. Tingkat pendidikan rata-rata petani padi sawah desa sribit yaitu 8,03 yang dapat dikatakan setara dengan SMP. Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam pengambilan keputusan kegiatan

10 usahatani dan dapat mempengaruhi petani dalam penyerapan informasi dan teknologi baru di bidang pertanian khususnya usaha tani padi. Jumlah rata-rata anggota keluarga petani adalah empat orang. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani rata-rata berjumlah satu orang yang mana kegiatan usahataninya dikerjakan oleh kepala rumah tangga yaitu suami. Terbatasnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani mengakibatkan adanya penggunaan tenaga kerja luar yang nantinya dapat mempengaruhi pendapatan bersih. Lahan sawah garapan petani padi sawah desa sribit rata-rata sebesar 0,37. Pengalaman usahatani petani padi sawah desa sribit adalah 15,83 tahun. Pengalaman usahatani bagi petani sangat penting untuk meningkatkan pendapatan petani. Pengalaman usaha tani padi sawah di desa sribit hasil dari diskusi, penyuluhan dan sosialisasi langsung dari dinas pertanian klaten. D. Analisis Usahatani Padi Sawah Petani Delanggu di Desa Sribit 1. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Sarana produksi yang digunakan pada usahatani padi sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu meliputi penggunaan benih padi, pupuk dan obat-obat kimia. Rata-rata sarana produksi dan tenaga kerja usahatani yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 7.

11 Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 Jenis Sarana Produksi Sarana produksi Per UT Per ha 1. Benih (Kg) 19,16 51,66 2. Pupuk (Kg) - Urea 75,63 203,89 - Phonska 64,38 173,73 - TSP 22,5 60,811 - Kandang 22,5 60,813 3. Obat kimia (Botol) - Pestisida 2,363 6,37 Sumber : Analisis Data Primer Penggunaan benih padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 51,66 kg/ha. Penggunaan pupuk urea pada usahatani padi petani rata-rata sebesar 203,89 kg/ha. Penggunaan pupuk phonska pada usahatani padi rata-rata sebesar 173,73 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada usahatani padi sebesar 60,811 kg/ha. Untuk menambah kesuburan tanah dan penyediaan unsur hara, petani menggunakan pupuk kandang sebesar 60,813 kg/ha. Pengendalian hama dan penyakit tanaman petani menggunakan rata-rata 6 botol/ha. mengimbanginya dengan penggunaan pupuk kandang, sehingga dapat menekan biaya pupuk dan ikut menjaga kesuburan lahan sawah. Penggunaan sarana produksi pada petani desa sribit belum cukup efisien hal ini karena petani sudah menggunakan sarana produksi melebihi standar oprasional prosedur. Adapun standar oprasional prosedur yang telah ditetapkan yaitu penggunaan benih dalam 1 Ha sebanyak 20 kg, pupuk urea 200 kg, pupuk phonska 300 kg, pupuk TSP 150 kg, pupuk kandang 500 kg

12 dan penggunaan pestisida disesuaikan dengan anjuran pabrik dan melihat situasi pada lahan pertanian. Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (HKP) No Keterangan Penggunaan Kenaga Kerja Per UT Per ha 1. Pengolahan Lahan 5,24 14,91 2. Penanaman 7,46 20,26 3. Pemupukan 2,42 6,55 4. Penyiangan 3,23 8,74 5. Pengendalian Hama dan Penyakit 2,49 6,72 6 Pengairan 2,23 6.03 7. Pemanenan 7,29 19,71 8 Pengangkutan 3,66 9,87 Jumlah 34,02 92,78 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga kerja yang digunakan oleh petani pada kegiatan usahatani dihitung dengan satuan harian kerja pria (HKP) dengan lama kerja enam jam per hari. Upah kerja yang di terima para tenaga kerja berupa uang tersebut rata-rata sebesar Rp. 35.000,00/HKP. Tenaga kerja luar yang paling banyak digunakan oleh petani padi sawah Sribit terdapat pada kegiatan pemanenan dan penanaman. Keseluruhan total tenaga kerja yang digunakan petani 93 HKP/ha. 2. Biaya usahatani Konsep biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar. Penghitungan biaya usaha tani padi sawah Sribit dibagi menjadi tiga antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain.

13 a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah Sarana produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk dan obat-obat kimia. Keseluruhan biaya yang digunakan petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Per UT Sarana produksi Per ha 1 Benih 166.837,50 449.726,35 2 Pupuk - Urea 132.750,00 357.871,62 - Phonska 151.500,00 408.851,35 - TSP 47.250,05 127.702,83 - Kandang 11.250,39 30.406,45 3 Obat kimia - Pestisida 68.625,45 185.018,02 Jumlah 578.213,39 1.559.576,63 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 9, dapat dikatakan bahwa biaya sarana produksi pada kegiatan usahatani rata-rata sebesar Rp. 1.559.576,63/ha/MT. Sarana produksi yang digunakan pada kegiatan usahatani diantaranya yaitu benih padi, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk kandang dan obat-obat kimia (pestisida). Biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani terbesar terletak pada pupuk phonska. Hal ini dikarenakan adanya harga dari pupuk phonska yang cukup mahal dan digunakan petani secara maksimal dibandingkan pupuk lainnya misalnya pupuk kandang. Pada kegiatan usahatani padi, petani padi berasal dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dari dalam keluarga. Biaya penggunaan

14 tenaga kerja baik luar maupun dalam pada usahatani petani pada masa tanam pertama di Desa Sribit dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Per UT Biaya tenga kerja Per ha 1 TK Dalam 424.480,00 1.167.488,61 2 TK Luar 766.045,00 2.079.555,74 Jumlah 1.190.525,00 3.247.044,36 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga keja wanita petani per hari mendapatkan upah kerja sebesar Rp. 30.000,00/HKW, dan untuk upah tenaga kerja pria sebesar Rp. 35.000,00/HKP. Perbandingan antara tenaga kerja pria dan wanita sebesar 7:6. Total biaya tenaga kerja pada usahatani padi sawah desa Sribit sebesar Rp. 3.247.044,36 /ha/mt. b. Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah Biaya lain-lain pada kegiatan usahatani padi diantaranya biaya penyusutan, IPAIR, transportasi, slametan dan pajak tanah, Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

15 Tabel 11. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015(Rp) No Jenis Biaya Per UT Biaya lain-lain Per ha 1 Penyusutan 59.130,00 162.631,62 2 Pajak tanah 25.350,00 68.513,51 3 IPAIR 20.225,00 54.662,16 4 Transportasi 47.125,00 127.364,86 5 Selametan - - Jumlah 151.830,00 413.172,36 Sumber : Analisis Data Primer Biaya penyusutan yang dikeluarkan petani padi desa Sribit sebesar Rp. 162.631,62/ha/MT. Alat-alat yang digunakan atara lain cangkul,sabit dan sorok. Nilai penyusutan dimasukkan dalam komponen biaya dikarenakan alat-alat tersebut memiliki umur ekonomis. Biaya yang dikeluarkan untuk pajak tanah pada petani yaitu sebesar Rp.68.513,51/ha/MT. Biaya yang dikeluarkan untuk IPAIR sebesar Rp. 54.662,16/ha/MT. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 127.364,86 /ha/mt. Total keseluruhan biaya lainlain yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp. 413.172,36/ha/MT. c. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah desa Sribit dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan biaya saprodi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya total tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

16 Tabel 12. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Biaya total usaha tani Per UT Per ha 1 Biaya Saprodi 566.463,40 1.559.576,63 2 Biaya Tenaga Kerja 1.190.525,00 3.247.044,36 3 Biaya Lain-lain 151.830,00 413.172,36 Jumlah 1.908.818,40 5.219.793,35 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya yang dikeluarkan petani untuk sarana produksi sebesar Rp. 1.559.576,63 /ha/mt. Biaya untuk membayar upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 3.247.044,36/ha/MT. Pengeluaran untuk biaya lain-lain pada usahatani Rp 413.172,36/ha/MT. Dalam satu musim tanam rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sebesar Rp. 5.219.793,35/ha/MT. Biaya pengeluaran paling besar untuk biaya tenaga kerja, karena selama proses produksi padi banyak menggunakan tenaga kerja baik tenaga kerja luar maupun dalam keluarga. 3. Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Penerimaan usahatani padi diperoleh dari hasil produksi padi dikalikan dengan harga jual padi. Produksi, harga dan penerimaan pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 13.

17 Tabel 13. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 No Uraian Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Per UT Per ha 1 Produksi (Kg) 1.235,00 3.337,84 2 Harga (Rp/Kg) 4.200,00 4.200,00 3 Penerimaan (Rp) 5.187.000,00 14.018.918,92 Sumber : Analisis Data Primer Produksi padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 3.337,84 kg/ha. Harga jual gabah kering panen usahatani padi petani yaitu sebesar Rp. 4.200,00/kg. Penerimaan rata-rata petani sebesar Rp. 14.018.918,92/ha. 4. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Pendapatan rata-rata dan efisiensi usahatani padi. Pendapatan ratarata usahatani padi dapat dihitung dengan mengurangkan antara penerimaan dengan biaya mengusahakan yang sudah dikeluarkan petani. Efesiensi didapatkan dengan menggunakan rumus total penerimaan dibagi dengan total biaya mengusahakan.hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

18 Tabel 14. Rata-rata Pendapatan bersih dan Efisiensi Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Uraian Pendapatan Bersih Per UT Per ha 1. Penerimaan 5.187.000,00 14.018.918,92 2. Biaya 1.908.818,40 5.219.793,35 3. Pendapatan 3.278.181,60 8.799.125,57 4. Efisiensi 2,68 Sumber : Analisis Data Primer Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 8.799.125,57/ha. Biaya Usahatani yang diperoleh petani sebesar Rp. 5.219.793,35/ha. Penerimaan pada usahatani padi sawah yang diperoleh petani sebesar 14.018.918,92/ha. Efesiensi usahatani padi sebesar Rp 2,68. Dari penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa usahatani padi sawah layak bagi petani. Ini karena R/C lebih dari 1 sehingga usahatani yang dijalankan efisien atau layak.

19