Ponpes Al Fattah Bojongmengger, Ciamis, Jawa Barat Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor. Tentram, tenang, dan jauh dari hiruk pikuk kota serta nuansa sejuk dengan aliran air yang mengairi beberapa kolam ikan, serta sungai kecil dengan air yang tak pernah surut di musim kemarau, terhampar nuansa alami khas pedesaan. Itulah kesan pertama ketika Media Umat mengunjungi Pondok Pesantren Al-Fattah. Pesantren yang berada di Desa Bojongmengger, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis ini, resmi didirikan oleh KH M Machtum pada tahun 1980. Pesantren dengan metode Salafiyah ini awal pendiriannya merupakan cabang dari pesantren besar di tanah Priangan yang dikenal karena perjuangan pendirinya, yaitu Pesantren Miftahul Huda di Manonjaya, Tasikmalaya. Sebagai cabang dengan nomor urut 357, pesantren yang saat ini dipimpin oleh Kyai Ali Ma sum Abdul Rasyid sebagai menantu dari sang pendiri yang juga alumnus Ponpes Miftahul Huda Manonjaya, kini mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan berjalannya waktu. Sejarah dan Peran Berangkat dari nol, cita-cita pesantren berawal dari tidak adanya sama sekali lahan yang dimiliki, serta sedikit santri. Awalnya, sang pendiri mencoba menghidupkan bale kambang (mushala di atas kolam) yang ada di lahan yang kini berdiri bangunan pesantren, dengan kegiatan seperti belajar mengaji, shalat jamaah dan ibadah lainnya. Sebenarnya, rintisan dilakukan jauh-jauh hari sebelum tahun 1980. Dulu kan masyarakat belum banyak yang memiliki sumur gali, sumber air masyarakat sini ya hanya diambil dari aliran sungai dan kolam di lahan ini, kenang Kyai Ali Ma sum. Sehingga, konsentrasi aktivitas masyarakat dari mulai mencuci piring dan pakaian, mandi, mengambil air untuk di rumah itu 1 / 5
selalu di bale kambang. Dengan potensi itu, masyarakat yang dulu sangat awam dengan Islam dicoba diarahkan oleh Kyai Machtum mulai dari kegiatan shalat dan mengaji di bale kambang. Kami tidak punya aset apapun, kolam tempat bale kambangnya pun milik orang lain. Untuk mewujudkan cita-cita mendirikan pesantren, kami berkeliling mencari dukungan serta donasi hingga ke wilayah selatan Ciamis, ujar Kyai yang juga diamanahi sebagai Ketua MUI Desa Bojongmengger dan Tanfidziyah MWC Nahdlatul Ulama di Kecamatan Cijeungjing. Ia pun menuturkan: Alhamdulillah, banyak yang peduli, sehingga sedikit demi sedikit sejumlah aset tanah bisa didapat sebagai wakaf untuk pesantren. Uniknya, sumbangan pernah kami dapat dari orang, tetapi pada masa itu mereka tidak punya uang kecuali gula merah. Tapi, kami terima sebagai sebuah limpahan rezeki Allah SWT juga sebagai penerimaan atas sumbangsih masyarakat. Dan Allah Maha Berkehendak, dengan moto pendiri yaitu kerja ikhlas, cerdas, dan kerja keras, saat ini pesantren telah berkembang maju. Pesantren Al-Fattah sejak awal sudah mengakar di masyarakat, maka kharisma pesantren pun sangat berpengaruh keberadaannya. Kyai Ali Ma sum memaparkan: Di sini masyarakat lebih khidmat kepada kyai pesantren daripada aparatur di masyarakat. Semua karena pengaruh pesantren lebih mereka rasakan, sehingga mampu memimpin langsung masyarakat. Kedekatan pesantren dijalin dengan masyarakat, selain karena secara pribadi sang kyai aktif di masyarakat juga secara terprogram digagas dan telah berjalan pula beberapa langkah seperti penyelenggaraan majelis taklim mingguan di pesantren bahkan ada juga program taklim door to door. Di samping itu, banyak masyarakat sekitar yang mempercayakan anak-anaknya untuk diajar di lembaga pendidikan di bawah naungan Ponpes Al-Fattah. Pendidikan Terpadu 2 / 5
Sejak tahun 1994 diselenggarakan pendidikan formal tingkat Madrasah Tsanawiyah yang diikuti pelembagaan secara admnistratif dengan nama Yayasan Pendidikan dan Pesantren Al Fattah. Nama pesantren sendiri diambil dari nama KH Abdul Fattah yang tak lain ayahanda sang pendiri pesantren yang kini membimbing 500-an generasi santrinya dari tingkat usia dini hingga tingkat SLTA dengan menyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan bidang konsentrasi jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Otomotif. Dengan didirikannya lembaga pendidikan formal, mendorong pesantren untuk mengembangkan kelembagaan serta fasilitas yang dimilikinya. Kini selain terdapat bangunan kelas, asrama santri putra dan asrama santri putri di komplek pesantren juga berdiri bangunan sekolah dari mulai tingkat Raudhlaul Athfal (RA), Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Fasilitas pun dilengkapi sesuai kebutuhan peserta didik seperti laboratorium komputer, bengkel praktek untuk kendaraan ringan, hingga sarana lapangan untuk olah raga. Kurikulum pesantren takhosus sendiri, merujuk pada kurikulum salafiyah dari pusatnya yaitu Ponpes Miftahul Huda Manonjaya. Sehingga, di pesantren, selain dibekali dengan kajian kitab-kitab kuning, para santri pun dibekali dengan sejumlah kemampuan sesuai moto lembaga agar mereka dapat menjadi sosok Manusia Muttaqin, Imamal Muttaqin dan Ulamaul Amilin. Uniknya, selain secara formal diberikan ilmu kepesantrenan dan keagamaan di tingkat MTs juga menyisip pula sejumlah tsaqafah Islam khas pesantren di tingkat SMK. Inilah yang menjadi ciri khas sekaligus keunggulan lembaga ini. Harapannya sederhana, bila para siswa maupun alumnusnya kelak yang bergelut pada disiplin ilmu formalnya mereka tidak lupa dengan sejumlah kewajibannya sebagai pribadi Muslim. Tingkat SMK, mereka kan dibekali life skill sesuai bidangnya. Bila mereka berkecimpung di bidang otomotif dalam kondisi kotor penuh oli sekalipun, misalnya jika datang waktunya shalat 3 / 5
fardhu, maka mereka harus laksanakan tanpa alasan tanggung kotor. Sebab, ini sudah menjadi dorongan pemahaman Islam mereka, ungkap Kyai Ali Ma sum.[] ojat-dian-faruq/joy BOKS Kyai Ali Ma sum Abdul Rasyid, Pimpinan Ponpes Al Fattah Bojongmengger Udkhulu Fissilmi Kaffah! Kyai Ali Ma sum adalah generasi kedua Ponpes Al Fattah yang meneruskan KH M Machtum yang tak lain adalah mertuanya. Semenjak tahun 1990, ia mukim dan membantu KH Machtum mendidik para santri dan mengembangkan Ponpes Al-Fattah. Kyai kelahiran tahun 1967 ini sangat mengapresiasi upaya perjuangan penegakan syariah dalam bingkai khilafah. Udkhulu fissilmi kaffah! tegasnya mengingatkan kembali firman Allah SWT tentang wajibnya masuk Islam secara total dengan mengambil serta menerapkan seluruh hukum-hukum-nya. Karena hanya dengan khilafah, Islam dapat diterapkan secara kaffah dalam bingkai negara yang akan menaungi begitu banyak hukum-hukum Allah yang tidak bisa dilaksanakan hanya oleh individu maupun masyarakat secara kolektif. Ia pun melihat Hizbut Tahrir sebagai wadah yang tepat untuk memperjuangkan tegaknya kembali khilafah. Perjuangan Hizbut Tahrir adalah perjuangan yang sangat mulia dan suci. Untuk itu perlu adanya dukungan dari semua pihak untuk membesarkan Hizbut Tahrir dalam memperjuangkan Islam, pungkasnya.[] ojat-dian-faruq/joy 4 / 5
5 / 5