BAB III GAMBARAN UMUM Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atai sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul terletak disebelah Tenggara Kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi DIY). Jarak Wonosari sebagai Ibukota Kabupaten Gunungkidul dengan Kota Yogyakarta + 39 km. Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup memadai yang menjanjikan dalam rangkaian peningkatan perekonomian daerah, bilamana upaya pembangunan disemua sektor dapat dioptimalkan. Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi industri cukup beragam, terutama industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga walaupun belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan PDRB. Jika dilihat secara sektoral pergeseran dari sektor pertanian ke industri masih sangat kecil. III.1. Gambaran Karakteristik Industri di Gunungkidul Jumlah Industri Kabupaten Gunungkidul terdiri dari industri besar, menengah dan industri kecil, khususnya untuk industri kecil yang termasuk didalamnya industri kerajinan dan industri rumah tangga penyebarannya diseluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 19.255 unit usaha. Nilai produksi sektor industri Kabupaten Gunungkidul mengalami perkembangan dengan laju perkembangannya ratarata 11,15 %. Adapun potensi industri ditahun 2006 adalah sebagai berikut : - Jumlah Unit Usaha : 19.255 unit usaha - Jumlah Tenaga Kerja : 59.146 orang - Nilai Investasi : Rp. 68.856.416.000,- - Nilai Produksi : Rp. 137.975.650.000,- - Nilai Tambah : Rp. 71.855.549.000,- 36
Tabel III.1. Jumlah industri berdasarkan cabang industri No Cabang Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (000) Nilai Produksi (000) Nilai Bahan (000) 1 Pengolahan Pangan 8.417 31.325 17.629.676 40.996.192 20.359.809 2 Sandang dan Kulit 782 1.754 3.139.088 6.406.552 3.292.220 3 Kimia & Bahan 5.070 14.275 37.071.037 66.114.720 31.151.237 Bangunan 4 Kerajinan 4.253 9.829 7.681.465 20.751.758 9.889.118 5 Logam & Elektronika 733 1.963 3.335.150 3.706.428 1.427.717 Sumber : Renstra Disperindagkop Kab.Gunungkidul 2007 Dari data tersebut dapat dilihat posisi industri kerajinan adalah terbanyak ketiga + 22 % dari kelima cabang industri yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Sebaran industri sedang, kecil dan kerajinan di seluruh Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III.2. Jenis Industri berdasarkan komoditi per Kecamatan No Kecamatan Jenis Komoditi Unit Usaha T.Kerja 1 2 3 4 5 1 Semin Tahu, Krupuk pati aci, wayang kulit, Seruling, Tegel 1.794 5.624 bambu, kerajinan batu, Makanan olahan, Batako Batu bata, Kayu/mebel, Minyak kelapa, Tempe, Kulit, Patilo, Tikar, Kerajinan Akar wangi, Emping mlinjo 2 Ngawen Krupuk rambak, Batik, Caping, Kerajinan seng, Tahu, 1.443 4.739 Makanan olahan, Batako, Kerajinan Bambu, Tempe, Kayu/mebel, Minyak kelapa, Tikar, Emping mlinjo, Patilo, Tegel, Genteng 3 Ponjong Batu Keprus, Mebel, Tegel/Giring, Batu Akik, Tahu, 1.186 3.996 Tempe, Kerajinan Bambu, Asesoris Kapur, Emping mlinjo, Patilo, Pupuk guano, Makanan olahan, Batu ornament, Genteng 4 Karangmojo Kerajinan tenggok, Bambu, Makanan olahan, Batu 1.347 3.819 ornament, Kayu/mebel, Tikar, Emping mlinjo, Wayang kulit, Batako, Genteng 5 Rongkop Anyaman bambu, Sangkar burung, Anyaman rotan, 473 1.596 Tikar, Genteng, Kapur, Kayu/mebel, Makanan olahan, Tempe, Wayang kulit, Emping mlinjo, Mainan anak, Patilo, Tempe, Tahu, Sablon, Asesoris 6 Girisubo Emping melinjo, Tikar, Kerajinan Bambu, Batako, 477 1.339 Genteng, Kapur, Kayu/mebel, Makanan olahan,tahu, Tempe, Wayang kulit, Mainan anak, Patilo, Tempe, 7 Gedangsari Kerajinan Bambu, Cowek batu, Kayu/mebel, Batik, 887 2.844 Tempe, Tahu, Batu ornament, Makanan olahan 8 Nglipar Kerajinan Bambu, Arang kayu, Batik, Asesoris, Tikar, 1.673 4.379 Tepung, Genteng, Kayu/mebel, Makanan olahan, Sablon, Gula jawa, Tempe 9 Patuk Arang, Kayu/mebel, Topeng, Batako, Makanan olahan, Kerajinan Bambu, Tempe, Breksi batu apung 1.162 3.626 37
1 2 3 4 5 10 Playen Keraj. Bambu, Emping mlinjo, Gamping, Batik, 1.367 3.801 Genteng, Konblok, Kayu/mebel, Makanan olahan,tahu, Tegel, Pande besi, Tempe, Emping melinjo, Tikar, Genteng,Jamu,Keraj. Perak,Gerabah, Pawon/luwangan 11 Tepus Patilo, Kerajinan Perak, Emping melinjo, Makanan 828 2.133 olahan, Tikar, Kayu/mebel, Tempe, Kerajinan Bambu 12 Tanjungsari Patilo, Kece, Kayu/mebel, Makanan olahan, Kerajinan 758 2.511 batu alam 13 Panggang Makanan olahan, Kulit, Jamu, Kasur, Gula, Tempe, 552 1.737 Emping mlinjo, Patilo, Kayu/mebel, 14 PurwosariI Bambu, Makanan olahan, Kulit, Tempe, Emping mlinjo, 566 1.879 Patilo, Kayu/mebel, Jamu, Keraj. Kuningan 15 Paliyan Kerajinan Perak, Kerajinan Kuningan, Keraj. Bambu, 839 2.745 Kayu/mebel, Parut, Makanan olahan, Tempe, Tahu, Tikar, Patilo, Emping mlinjo, Genteng, Asesoris 16 Saptosari Keraj. Perak, Keraj. Bambu, Makanan olahan, Tikar, 525 1.687 Kayu/mebel,Emping mlinjo,patilo,rumput laut,tempe 17 Wonosari Asesoris, Gamping, Genteng, Kerajinan Bambu, Tikar, 2.332 7.944 Kayu/mebel, Kulit, Tegel, Perak, Kasur, Tempe, Tahu, Anyaman sabut,gamping,kecambah, Konblok, Sablon, Konveksi, Bambu, Mainan anak, Makanan olahan, Wayang kulit, Batu ornament, Patilo, Kerajinan Tembaga, Rumput laut 18 Semanu Kerajinan batu alam, Emping melinjo, Genteng, Jamu, Kerajinan Bambu, Makanan olahan, Kayu/mebel, Tempe, Tikar, Patilo, Batako, Asesoris, Batik 1.179 3.767 Sumber : Data Industri Disperindagkop Gunungkidul 2006 Industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul pada umumnya berkembang dengan baik dan menjadi salah satu pendorong bergeraknya ekonomi di Kabupaten Gunungkidul. Dari jenis komoditi yang dihasilkan, jumlah unit usaha terbanyak berada pada jenis komoditi kerajinan umum untuk produk anyaman bambu berjumlah 139 unit usaha dengan 395 tenaga kerja. Industri kelompok kerajinan batu memang banyak berkembang namun tidak diarahkan sebagai unggulan karena masalah konservasi alam. Menurut Dinas Perindagkop Kabupaten Gunungkidul, arahan pengembangan industri kecil menengah yang saat ini digulirkan adalah pengembangan industri kelompok makanan minuman dan industri kerajinan kayu dan bambu. Hal ini dikarenakan kandungan lokal yang cukup banyak pada industri ini dan keterkaitan dengan pasar yang sangat baik. Kendala yang umumnya dihadapi oleh industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul adalah kecilnya modal usaha yang mengakibatkan sulitnya mengembangkan skala usaha. Dukungan lembaga keuangan dirasakan masih kurang ditambah dengan skim pendanaan yang masih konvensional dan cenderung memberatkan bagi para pelaku usaha industri sedang, kecil 38
dan kerajinan. Menurut pihak Dinas Perindagkop Kab. Gunungkidul, yang diperlukan untuk pengembangan industri skala kecil dan kerajinan pada saat ini adalah skim pendanaan dari perbankan yang lunak, fleksibel dan mudah diakses terlebih dengan sudah terbentuknya lembaga penjaminan kredit daerah di tingkat propinsi. III.2. Sentra Industri Kerajinan di Gunungkidul Arahan pengembangan industri Kabupaten Gunungkidul diorientasikan pada pembangunan dan penguatan kluster industri kerajinan. Konsep kluster industri adalah sebuah upaya untuk mengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi dan lembaga terkait (Kuncoro, 2002). Langkah awal penerapan kluster ini dengan mengembangkan sentra-sentra industri produktif. Pengembangan sentra ini tentu menjadi bagian penting dari upaya pemberdayaan IKM lebih lanjut menuju bentuk klaster, sesuai dengan perkembangan dan aktivitas usaha bisnis dalam sentra. Untuk sentra yang prospektif akan membutuhkan aktivitas usaha di sektor penyedia bahan baku, pemasaran, penelitian, pengujian mutu, dan sebagainya sebagai bentuk dari sebuah klaster. Sedangkan yang dimaksud dengan sentra industri dapat diartikan sebagai pusat kegiatan usaha pada lokasi atau kawasan tertentu, di mana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku atau sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis (Taufiq, 2004). Terminologi sentra, dikemukakan oleh Hadisoegondo (2004), sebagai suatu kawasan, dimana terkumpul secara alami, sejumlah pengusaha kecil dan pengusaha mikro yang melakukan rangkaian kegiatan serupa untuk menghasilkan produk sejenis/serupa. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam sentra belum tampak kemampuan kelompok tersebut mengintregasikan kekuatan para anggotanya, sehingga umumnya para pelaku usaha masih bergiat sendiri-sendiri, walaupun berasal pada lokasi yang sama. Bahkan secara operasional pada dasarnya mereka justru saling bersaing dangan ketat satu dengan yang lainnya, namun tertutup suasananya. Berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja terdapat lima sentra terbesar di Gunungkidul yang tersebar di beberapa kecamatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : 39
Tabel III.3. Lima sentra terbesar berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gunungkidul No Nama Sentra Jumlah Jumlah Unit Jumlah Kecamatan Sentra Usaha Tenaga Kerja 1 Caping 3 411 956 Ngawen 2 Anyaman Bambu 6 167 310 Rongkop, Gedangsari, Nglipar, paliyan, Semanu 2 Topeng/Batik 2 20 442 Patuk Kayu 4 Kerajinan 2 24 245 Semanu Batu 5 Pande Besi 1 75 375 Wonosari Sumber : Data Disperindagkop 2006 Dari data sentra industri kerajinan yang ada maka studi ini dilakukan di tiga sentra industri kecil kerajinan yang telah berorientasi ekspor. Gambaran karakteristik masingmasing sentra dapat diuraikan sebagai berikut : III.2.1. Sentra Industri Kecil Kerajinan Topeng dan Batik Kayu Bobung Bobung merupakan dusun yang secara administratif berada di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Wilayah dusun Bobung memiliki luas 78,100 Ha, dengan tata guna lahan sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan, ladang dan pekarangan. Dusun Bobung terletak sekitar 7 Km dari ibukota Kecamatan Patuk, atau 12 Km dari Kota Wonosari. Pada mulanya mata pencaharian utama masyarakat Bobung adalah petani. Seiring dengan berkembangnya industri kerajinan, mata pencaharian masyarakat Bobung mulai beralih menjadi pengrajin batik kayu. Mata pencaharian penduduk Dusun Bobung yang berorientasi pada pertanian mulai bergeser ke arah kerajinan, sedangkan pertanian menjadi mata pencaharian sampingan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul 2000-2009, Dusun Bobung dicanangkan sebagai desa yang potensial dikembangkan sebagai wisata belanja industri. Sehingga perekonomian utamanya didapatkan dari industri kerajinan kayu, sedangkan untuk pertanian berada pada posisi kedua. Hasil pertanian yang utama adalah padi, sedangkan hasil dari perkebunan antara lain tanaman cokelat, kacang-kacangan, petai, buah-buahan. Mata pencaharian sebagai petani sangat 40
dipengaruhi oleh musim, sehingga kebanyakan pertanian hanya dilakukan pada musim penghujan. Sementara untuk produk kerajinan yang dihasilkan dari Dusun Bobung adalah kerajinan batik kayu seperti topeng, patung, hewan, hiasan, dan cinderamata lainnya. Mayoritas hasil kerajinan ini dipasarkan ke kota-kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Bali dan diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Australia, Singapura, Jepang, Kanada dan lainnya. Berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja, industri kerajinan topeng dan batik kayu masuk dalam lima sentra terbesar di Kabupaten Gunungkidul. Berkembangnya industri kerajinan topeng dan batik kayu di dusun ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 442 orang. Berdasarkan pengertian sentra, dusun Bobung dapat dikatakan menjadi lokasi sentra industri kerajinan topeng dan batik kayu jika dilihat dari jumlah unit usaha berjumlah 16 unit usaha berada dalam satu lokasi/kawasan. Penetapan sentra industri kerajinan ini belum didukung oleh kelembagaan khusus yang mengelola sentra industri. Pengrajin yang ada dalam sentra masih melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Lembaga yang ada berupa Koperasi kerajinan yang beranggotakan seluruh pengrajin. Koperasi ini dibentuk untuk memfasilitasi bantuan pinjaman modal usaha bagi pengrajin dalam sentra. Koperasi ini masih berupa koperasi simpan pinjam dan menjadi media bagi pengrajin untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah karena penyaluran bantuan melalui koperasi. Peran koperasi ini belum maksimal karena keterbatasan dana dan sumberdaya pengelola, koperasi ini belum mampu memfasilitasi pemasaran produk dan penyediaan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan pengrajin. III.2.2. Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu Sentra industri kecil kerajinan ornamen batu ini terletak di desa Ngeposari Kecamatan Semanu. Secara geografis desa Ngeposari memiliki prosentase luas 15% dari total luas kecamatan Semanu, dengan luas desa 1674,35 km2. Jarak desa ke pusat kecamatan 2 km, hal ini mengindikasikan aksesibilitas kepusat pelayanan mudah. Jumlah penduduk desa Ngeposari 9.365 jiwa dengan rata-rata pekerjaan sebagai petani. Pekerjaan sebagai pengrajin ornamen batu dilakukan penduduk sebagai pekerjaan sampingan pada saat menunggu musim tanam dan musim panen. Sentra industri ornamen batu ini ditetapkan sebagai sentra dilihat dari jumlah unit usaha 11 unit dan penyerapan tenaga kerja sebesar 245 orang yang berada dalam satu lingkungan desa. Sentra industri kerajinan ornamen batu menjadi salah satu dari lima 41
sentra terbesar di Kabupaten Gunungkidul. Bahan baku untuk kerajinan ornamen batu ini diperoleh dari penambangan batu di kecamatan Wonosari, Semin dan Ponjong. Pengrajin di sentra ini memperoleh bahan baku dengan cara membeli langsung ke penambang dan ada yang sudah mempunyai lokasi pertambangan batu sendiri. Kerajinan batu ini bukan merupakan industri unggulan karena terkait dengan permasalahan lingkungan. Dimana bukit-bukit karst sebagai sumber bahan baku kerajinan ini masuk dalam kawasan lindung. Penetapan sentra ini belum didukung oleh lembaga khusus yang mengelola kawasan sentra industri ini. Di sentra ini juga belum ada organisasi/asosiasi yang mewadahi pengrajin dalam sentra. Pengrajin dalam sentra melakukan aktivitas usahanya sendiri-sendiri seperti halnya sentra Bobung. Pemasaran produk kerajinan ornamen batu ini mencakup wilayah Yogyakarta, Bali, Surabaya, Jakarta dan eksport ke Amerika, Eropa, Singapura, Malaysia. Sebagian besar produk ornamen batu ini adalah untuk pangsa pasar ekspor, akan tetapi ekspor masih melalui pedagang/eksportir di Yogyakarta, Bali dan Jakarta. Ekspor langsung dari Gunungkidul belum dilakukan pengrajin karena keterbatasan sumberdaya manusia terutama dalam hal penguasaan bahasa dan kemampuan memahami prosedur ekspor. Ada kekhawatiran pengrajin jika melakukan ekspor sendiri akan ditipu oleh buyer dari luar negeri. III.2.3. Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu Sentra industri ini terletak di dusun Nitikan Timur dan Nitikan Barat desa Semanu kecamatan Semanu. Sama halnya dengan kedua sentra sebelumnya, penetapan kawasan sentra ini berdasarkan jumlah unit usaha sejenis dan tenaga kerja yang terserap. Khusus untuk kerajinan bambu terdapat 4 unit usaha dan yang terbanyak sangkar burung yang dikerjakan oleh pengrajin skala rumah tangga. Dari keempat unit usaha kerajinan bambu ini awal mulai usaha adalah pengrajin sangkar burung yang kemudian berkembang sesuai permintaan pasar dan inovasi produk sehingga menghasilkan berbagai jenis produk kerajinan bambu. Kelembagaan sentra ini belum dibentuk pengelola khusus atau asosiasi pengrajin yang memfasilitasi pengrajin dalam sentra. Pengrajin menjalankan usaha sendiri-sendiri, mulai dari aktivitas pengadaan bahan baku sampai pemasaran masih dilakukan sendirisendiri. Disentra ini pernah dibentuk koperasi pengrajin tetapi tidak berkembang hingga akhirnya bubar. Hal ini disebabkan kurangnya kapasitas SDM pengelola sehingga belum mampu menyatukan pengrajin dalam suatu wadah kelembagaan. Pengrajin sentra bambu ini dalam memasarkan produknya bekerjasama dengan pedagang dan eksportir yang ada di Yogyakarta. Kerajinan bambu ini sudah berskala 42
ekspor antara lain ke Amerika, Eropa, Italia akan tetapi ekspor masih melalui pedagang/eksportir di Yogyakarta. Produk kerajinan ini dipasarkan juga ke Bali, Jakarta, Surabaya sesuai dengan permintaan pembeli. Pengrajin disentra ini dalam mendapatkan bahan baku masih melakukan pembelian sendiri-sendiri, hal ini disebabkan jenis bahan yang berbeda untuk setiap jenis produk yang dihasilkan. Bahan baku untuk kerajinan ini dipasok dari lokal Gunungkidul dan dari daerah lain yaitu Pacitan. Pasokan bahan baku ini dipenuhi oleh 4 supplier yang datang menawarkan bambu ke pengrajin di sentra ini. Gambaran mengenai lokasi sentra industri kecil kerajinan ini dapat dilihat pada gambar III.1 berikut ini : 43
Sentra Bobung Sentra Batu dan Bambu Gambar III.1. Peta lokasi sentra industri 44