BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

Elli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

KLOROFIL X - 2 : 68 75, Desember 2015 ISSN

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MONOSODIUM GLUTAMATE UTILIZATION OF IMPROVING PLANT PACKCOY VEGETATIVE GROWTH (Brassica chinensis L)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimalisasi Hasil Tanaman Kacang Tanah Dan Jagung Dalam Tumpangsari Melalui Pengaturan Baris Tanam Dan Perompesan Daun Jagung

ABSTRAK MOHAMAD AFANDI ABDULLAH. NIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PERTUMBUHAN JAGUNG BERMUTU PROTEIN TINGGI PADA BERBAGAI DOSIS NITROGEN GROWTH OF QUALITY PROTEIN MAIZE AT DIFFERENT DOSES OF NITROGEN

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 2 Agustus 2014 ( ) P: ISSN E: ISSN

PENGARUH PUPUK BOKASHI KOTORAN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA ULTISOL PUOSU JAYA KECAMATAN KONDA, KONAWE SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Ilmu Pertanian Vol. 15 No. 1, 2008 : KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza spp) PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN DAN SALINITAS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIGOR BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

4. Mononom dan Polinom

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

Dampak Pengolahan Tanah dan Pemupukan pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB V. Kesimpulan Dan Saran. bobot kering tanaman serta panjang akar tomat. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa :

Transkripsi:

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumuhan jagung melalui pemerian pupuk merupakan usaha untuk memperaiki kondisi pertumuhan jagung dan menamah keseuran tanah. Pemerian pupuk phonska pada pertumuhan jagung dapat dilihat melalui indikator pertumuhan antara lain; tinggi tanaman, panjang daun, diamter atang dan jumlah daun. Rata-rata pengaruh pupuk phonska pada pertumuhan jagung hirida dapat dijelaskan seagai erikut: (1) Tinggi Tanaman Hasil penelitian dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hirida 14 HST tidak erpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan ahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumuhan jagung erpengaruh sangat nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh ahwa rata-rata pertumuhan tinggi tanaman jagung hirida ervariasi. Pertumuhan tinggi tanaman jagung hirida pada 28 HST seesar 41,59 cm dan 45 HST seesar 111,06 cm tertinggi pada perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P 0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tael 3 dan pada Gamar 1.

2 Tael 3.Rata-rata pertumuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Jagung Hirida (Cm) Perlakuan phonska Kg/ha 14 HST 28 HST Tanpa pupuk 21, 45 tn 30,69 ** a 150 200 300 350 BNT 5% 22,82 23,30 23,59 24,13-38,89 38,95 41,56 41,59 2,95 45 HST 74,44 ** a 88,69 100,50 c 102,81 c 111,06 d 9,57 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak ereda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. tn : tidak nyata 120,00 Tinggi Tanaman (cm) 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST Gamar 1. Rata-rata pertumuhan tinggi tanaman jagung hirida (cm) selama pengamatan (2) Panjang Daun Hasil penelitian dan analisis sidik ragam panjang daun jagung hirida 14 HST tidak erpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan ahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumuhan jagung erpengaruh nyata pada taraf α=5% Berdasarkan hasil Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh (Lampiran 1). ahwa rata-rata pertumuhan panjang daun jagung hirida ervariasi. Pertumuhan panjang

3 daun jagung hirida pada 28 HST seesar 31,72 cm dan 45 HST seesar 67 cm tertinggi padaa perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P 0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tael 4 dan pada Gamar 2. Tael 4.Rata-rata pertumuhan panjang daun selama pengamatan Rataan Panjang Daun Jagung Hirida (cm) Perlakuan phonska Kg/ha 14 HST 28 HST 45 HST Tanpa pupuk 17,34 tn 23,91 * a 54,69 * a 150 17,18 29,96 59,31 a 200 300 350 BNT 5% 17,87 18,77 19,43-30,58 31,41 31,72 3,28 63,25 66,39 67 7,27 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak ereda nyata pada taraf uji 5% terhadap panjang daun jagung. tn : tidak nyata Panjang Daun (cm) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST Gamar 2. Rata-ratpengamatan (3) Diameter Batang pertumuhan panjang daun jagung hirida (cm) selama Hasil penelitian dan analisis sidik ragam diemater atang jagung hirida 14 HST tidak erpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan ahwa perlakuan pupuk

4 phonska pada pertumuhan jagung erpengaruh nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh ahwa rata-rata pertumuhan diameter atang jagung hirida ervariasi. Pertumuhan diameter atang jagung hirida pada 28 HST seesar 0,83 cm dan 45 HST seesar 1,63 cm tertinggi pada perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkann rata-rata pertumuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P 0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tael 5 dan Gamar 3. Tael 5.Rata-rata pertumuhan diameter atang selama pengamatan Rataan Diameter Batang Jagung Hirida (Cm) Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST P 0 0,43 0,71 * a 1,30 * a P 1 0,45 0,77 a 1,44 a P 2 0,46 0,79 1,49 P 3 0,49 0,82 c 1,51 P 4 0,51 0,83 c 1,63 c BNT 5% - 0,06 0,16 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak ereda nyata pada taraf uji 5% terhadap diameter atang jagung. tn : tidak nyata Diameter Batang (cm) 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST Gamar 3. Rata-rata pertumuhan diameter atang jagung hirida (cm) selama pengamatan

5 (4) Jumlah Daun Hasil penelitian dan analisis sidik ragam jumlah daun jagung hirida 28 dan 14 HST tidak erpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 45 HST menunjukkan ahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumuhan jagung erpengaruh nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh ahwa rata-rata pertumuhan jumlah daun jagung hirida ervariasi. Pertumuhan jumlah daun jagung hirida pada 28 HST seesar 7,75 cm dan 45 HST seesar 10,19 cm tertinggi pada perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P 0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tael 6 dan Gamar 4. Tael 6.Rata-rata pertumuhan jumlah daun selama pengamatan Rataan Jumlah Daun Jagung Hirida (helai) Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST P 0 3,88 tn 7,06 * a 8,63 * a P 1 3,81 7,25 a 8,69 a P 2 3,94 7,63 9,06 P 3 3,99 7,69 10,06 P 4 4,13 7,75 c 10,19 BNT 5% - 0,49 0,92 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak ereda nyata pada taraf uji 5% terhadap lingkar atang jagung. tn : tidak nyata

6 Jumlah Daun(Helai) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST Gamar 4. Rata-rata pertumuhan jumlah daun jagung hirida (helai) selama pengamatan B. Pemahasan penelitian (1) Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung merupakan salah satu tolak mengetahui pengaruh pupuk terseut pada tanaman. Dari ukur untuk isa hasil penelitian menunjukan ahwa perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha erpengaruh sangat nyata terhadap pertumuhan tinggi tanaman jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk Phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumuhan tinggi tanaman jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang dierikan. Hasil ini menjelaskan ahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumuhan tinggi tanaman seesar 41,59 dan 111,06 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafruddin dan Zuachtirodin (2010) tentang penggunaan pupuk npk majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung menyimpulkan Laju tumuh terseut sangat penting untuk

7 pemerian pemupukan majemuk susulan, jika pemupukan majemuk dilakukan secara ertahap, maka pada umur 3-5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur terseut laju tumuh tanaman sangat cepat sehingga keutuhan hara sangat tinggi, apaila kekurangan unsur hara pada fase terseut dapat menghaat pertumuhan tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuherkih dan Sipahutar (2010), tentang pengaruh pupuk NPK majemuk (16:16:15) terhadap pertumuhan dan hasil jagung (zea mays L) di tanah Inceptisols di Ciungulang Kaupaten Bogor, menyimpulkan ahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kominasi NPK, hal ini menunjukan ahwa tanaman jagung sangat respon terhadap pemupukan terutama hara N dan K, karena tanah yang digunakan dalam percoaan ini miskin hara N dan K. Hasil ini searah dengan penelitian Santoso at al.,(2012) tentang pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk NPK majemuk terhadap pertumuhan produksi unga, dan analisis usaha tani rosela merah di Kaupaten Kediri, yang menyimpulkan pada pertumuhan tanaman memerikan respon yang hampir sama terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi karena peredaan ruang elum menekan tinggi tanaman. Tetapi pupuk NPK majemuk sangat erpengaruh terhadap tinggi tanaman, mulai terlihat pada dosis 45 kg NPK/ha setara dengan 300 kg phonska/ha sampai dengan 60 kg NPK/ha setara dengan 400 kg phonska/ha. Hal ini dapat dimengerti karena kandungan N, P, dan K tanah percoaan dikategorikan sangat rendah. Hasil penelitian Sariun (2008), tentang pengaruh pupuk majemuk NPK pada eragai dosis terhadap ph, p-

8 potensial dan p-tersedia serta hasil caysin (rassica juncea) pada fluventic eutrudepts Jatinangor yang menyimpulkan Peredaan pertumuhan tinggi tanaman aru nampak pada 4 MST. Pemerian pupuk NPK dengan eragai taraf dosis mempunyai tinggi (26,8-31,3) cm, leih tinggi diandingkan dengan kontrol yang hanya 22,7 cm. Perlakuan G (300 kg ha -1 ) mempunyai tinggi 31,3 cm, sedangkan pada perlakuan B (50 kg ha -1 ) hanya 26,8 cm. Hal ini karena unsur N yang erguna untuk pertumuhan pucuk tanaman semakin meningkat sesuai dengan pertamahan dosis pupuk sehingga tinggi tanaman juga ikut meningkat. Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Sutedjo (2010) diperkirakan ahwa keadaan N, P dan K di dalam tanah adalah sangat sedikit dan dalam keadaan demikian elum tentu semuanya tersedia untk diisap tanaman, oleh karena itu maka diperlukan pemupukan. Sutedjo (Sariun, 2008) menjelaskan pemerian pupuk NPK terhadap tanah dapat erpengaruh aik pada kandungan hara tanah dan dapat erpengaruh aik agi pertumuhan tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K diperlukan agi pertumuhan dan perkemangan tanaman yang akan diamil oleh tanaman dalam entuk anion dan kation. Pemupukan adalah memerikan ahan kedalam tanah dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara di dalam tanah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam kedaaan faktor keliling atau lingkungan yang aik. Pupuk phonska adalah pupuk majemuk yang memiliki keunggulan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan, mudah dalam aplikasi serta memiliki sifat-

9 sifat agrnomis yang menguntungkan, selain itu pupuk phonska dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada kondisi lahan, iklim, dan lingkungan PT. Petrokimia Gresik indonesia (Hamidah, 2009). (2) Panjang daun jagung Berdasarkan hasil penelitian menunjukan ahwa perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha erpengaruh sangat nyata terhadap pertumuhan panjang daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumuhan panjang daun jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang dierikan. Hasil ini menjelaskan ahwa perlakuan pupuk phonska dengan umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumuhan panjang daun seesar 31,72 dan 67 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bahri (2006), tentang pengaruh sumer pupuk terhadap pertumuhan dan hasil tanaman selada di Sumatra Barat, menyimpulkan ahwa sumer pupuk erpengaruh terhadap tinggi tanaman, lear daun, panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman selada. Hasil tertinggi didapat pada pemerian pupuk NPK Mutiara (16-16- 16) + ZA dan hasil terendah pada perlakuan pemerian pupuk NPK Mutiara (16-16-16) + ZA + EM-4. Secara teoritis penelitian sependapat dengan Rosmarkam dan Yuwono (Sariun, 2008) Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung leih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro)

10 terutama N, P, dan K. Leiwakaessy (Sihoming, 2003) Unsur-unsur nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur-unsur hara yang esensial, dimana unsurunsur ini diutuhkan dalam jumlah esar seagai pupuk, karena itu diseut unsur-unsur pupuk. Hal ini sejalan dengan Soepardi (Sihoming, 2003) menyatakan ahwa pertumuhan tanaman akan terhamat apaila unsur nitrogen, fosfor dan kalium dalam media tumuhnya kurang, terlalu terhamat tersedia atau tidak diimangi oleh unsur-unsur lainya. Hardjowigeno (Sariun, 2008) keleihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemerian pupuk dapat mencakup eerapa unsur sehingga leih efisien dalam penggunaan ila diandingkan dengan pupuk tunggal. Purnama (Permadi, 2007) tidak terpenuhinya salah satu unsur hara utama akan mengakiatkan menurunya kualitas dan kuantitas produk pertanian. (3) Diameter Batang Berdasarkan hasil penelitian menunjukan ahwa perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha erpengaruh sangat nyata terhadap pertumuhan diameter atang tanaman jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumuhan diameter atang jagung hirida nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang dierikan. Hasil ini menjelaskan ahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumuhan diameter atang seesar 0,83 dan 1,63 cm (Lampiran 1).

11 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggrainy (2004), tentang pengaruh pemerian au seresah daun dan pemerian pupuk NPK (Phonska) terhadap pertumuhan semai akasia pada tanah Podlosonik merah kuning di daerah Bogor, menyimpulkan ahwa pupuk phonska dengan dosis 300 ppm dapat menunjukan pertumuhan diameter semai akasia yang optimum. Hal ini menunjukan ahwa pada dosis terseut unsur hara dalam entuk pupuk yang dierikan pada tanaman dimanfaatkan secara aik dan ila tanaman mengalami penurunan pertumuhan diduga diseakan oleh ketidak seimangan unsur hara didalam tanah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mariano (Irawati, 2007) menyatakan ahwa dengan pupuk phonska dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara diandingkan dengan kondisi awal seelum penelitian dilakukan. Searah dengan penelitian yang dilakuan oleh Onggo (2001), tentang pertumuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi eragai dan dosis pupuk majemuk lengkap di Bandung, menyimpulkan ahwa Pada pengamatan diameter atang tanaman tomat, data hasil analisis dari efek mandiri masing-masing perlakuan juga menunjukkan ahwa aik peredaan formula pupuk majemuk (P 0 campuran pupuk tunggal, P 1 pupuk majemuk lengkap PML formula pril, P 2 pupuk majemuk lengkap talet), maupun peredaan dosis pupuk (d 1 30 g/tan dan d 2 40 g/tan) yang dierikan tidak menunjukkan peredaan yang nyata pada diameter atang tomat. Secara teoritis penelitan ini sejalan dengan pendapat Sitompul dan Bamang (Anggrainy, 2004) yang menjelaskan ahwa pertamahan ukuran

12 tuuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil pertamahan ukuran agian-agian tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumuhan dan perkemangan suatu tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari tanamn itu sendiri. Semua faktor itu saling erkaitan satu sama lain, untuk meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah dapat dilakukan penamahan unsur hara dengan cara pemupukan. Menurut Sarief (Permadi, 2007) agi tanaman pupuk digunakan untuk hidup, tumuh dan erkemang sehingga pemerian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk saja tidak mengendalikan tetapi juga mengimangi, mendukung dan mengisi ersama unsur-unsur lain dalam tanah. Pupuk sangat diutuhkan oleh tanaman untuk itu ketersediaan pupuk yang seimang dalam tanah sangatlah diperlukan, menurut Mamonto (Nurdin at al, 2008) ahwa pupuk NPK sangat diutuhkan untuk merangsang pemesaran diameter atang serta pementukan akar yang akan menunjang erdirinya tanaman disertai pementukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Disamping itu, faktor cahaya matahari yang tidak merata karena ternaungi menyeakan pertumuhan tinggi tanaman terhamat. (4) Jumlah daun Dari hasil penelitian menunjukan ahwa perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha erpengaruh sangat nyata terhadap pertumuhan jumlah daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk Phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumuhan jumlah daun jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang dierikan. Hasil ini menjelaskan ahwa perlakuan pupuk phonska dengan

13 umur 28 dan 45 HST dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumuhan jumlah daun seesar 7,75 dan 10,19 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Onggo (2001), tentang pertumuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi eragai formula dan dosis pupuk majemuk lengkap di Kaupaten Bandung, menyimpulkan pengaruh peredaan formula pupuk dan dosis pupuk terhadap jumlah daun tomat menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan formula pupuk dan dosis pupuk yang dilakukan pada percoaan ini. Data hasil analisi data menunjukan ahwa aik perlakuan perlakuan formula maupun dosis pupuk pada percoaan ini tidak memerikan peredaan yang nyata terhadap jumlah daun tomat sampai umur tanaman 8 minggu. Nampaknya pengaruh genetis tanaman masih mendominasi kondisi kecepatan pementukan daun tanaman terseut. Hasil penelitian ini ertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susetyo (2009), tentang respon pertumuhan tanaman dan produksi jahe (Zingier officinal Rosc). Sistem keranjang teradap jumlah iit dan pemerian pupuk majemuk NPK di Sumatera Utara, menyimpulkan, ahwa perlakuan jumlah iit erpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT (Bulan setelah pindah tanam) dan 2 BSPT. Perlakuan pupuk NPK tidak erpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun sedangkan interaksi antar jumlah iit dan pupuk NPK tidk erpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini diduga karena pemerian pupuk pada tanaman tidak dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal.

14 Secara teoritis pendapat Parnata (Hamidah, 2009) mengemukakan ahwa untuk memenuhi keutuhan tanaman, kita harus isa menyediakan unsur hara dalam jumlah yang diperkirakan cukup seimang. Ditamahkan oleh Petrokimia (Hamidah, 2009) agar tanaman dapat tumuh dengan aik dan menghasilkan hasil yang tinggi, diperlukan unsur hara yang cukup dan seimang. Menurut Lingga (Hamidah, 2009) suatu tanaman akan tumuh suur ila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan keutuhan tanaman, penamahan unsur hara yang erleihan tidak menghasilkan pertumuhan vegetatif maupun generatif yang seanding dengan unsur hara yang dierikan. Sutedjo dan Kartasapoetra (Susetyo, 2009) juga menamahkan ila salah satu faktor leih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain terseut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh ereda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan huungan yang ereda dalam mempengaruhi pertumuhan suatu tanaman.