Pemetaan Manual Metode Descriptif Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 34-37 http://www.perpustakaan.politanipyk.co.id PEMETAAN MANUAL KEMAMPUAN LAHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH DENGAN METODE DESCRITIF Teti Suarni1* Mahasiswi semester VI Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Jl. Raya Negara Km 7 Tanjung Pati 26271 Diterima : Maret 2015/ Diterbitkan: April 2015. Online:Mei 2015 Abstrak Dalam melakuklan praktek untuk menentukan tingkat kemampuan lahan politeknik pertanian negeri payakumbuah maka diperlukan cara untuk mengetahui kemampuan lahan tersebut dengan menggunakan cara pemetaan manual kemampuan lahan dengan metode descriptife. Metode descriptif merupakan metode yang dikembangkan oleh FAO yang biasanya digunakan untuk kepentingan pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan lahan. Yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh dilapangan dan dianalisa melalui cara descripif sesuai dengan poin-poin yang sudah ditentukan. kemampuan lahana politeknik pertanian negeri payakkumbuh umumnya berada pada kelas I-V. pada kelas ini banyak tanaman yang cocok untuk dibudidayakan sepereti tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanamaman pangan dan tanaman tahunan. sebelumnya saya belum mengetahui kemampuan lahan polliteknik pertanian negeri payakumbuh dan ingin mempelajari sehingga bisa mencocokkan tanaman yang akan dibudidayakan dan mendapatkan produksi sesuia yang diinginkan. Untuk itu, tujuan dilaksanakan praktek menganalisa pemetaan manual kemampuan lahan polikteknik pertanian negeri payakumbuh agar kita mengetahui kemampuan lahan politeknik pertanian negeri payakumbuh dan menyesuaikan tanaman yanhg bisa ditanam dilahan tersebut. Kata kunci: kemampuan lahan,politani pyk Singkatan: T : Tahu TT : Tidak Tahu 1. PENDAHULUAN Dalam mengidentifikasi kemampuan lahan yang ada pada lahan banyak sekali mahasiswa yang belum tahu kemampuan lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Untuk mengidentifikasi kemampuan lahan dapat dilakukan dengan menggelompokkan tingkat kemampuan lahan tersebut. Dalam menentukan analisa kemampuan lahan ini dapat dilakukan dengan metode deskriptif. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan dalam menentukan atau mengukur tingkat kemampuan dari suatu lahan diperlukan sampel tanah setiap lahan Politani Payakumbuh. Kemampuan lahan adalah sifat lahan yang menyatakan kesanggupannya untuk memberikan hasil optimum dalam penggunaannya secara lestari tanpa menimbulkan kerusakan lahan atau kerusakan lingkungan. Terjadinya kerusakan lahan antara lain karena erosi, longsor lahan, kekeringan, lahan kritis, banjir dan sedimentasi, umumnya berawal dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. Penggunaan lahan rasional adalah penggunaan yang sesuai dengan kemampuan lahan atau penggunaan lahan yang berorientasi ekonomi dan ekologi. Dari segi ekonomi agar dicapai produksi optimum, ekologi berarti tidak menimbulkan kerusakan lahan atau lingkungan. Evaluasi Kemampuan lahan telah umum dilakukan dan juga telah menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan dalam penyusunan rencana pemanfaatan lahan. Evaluasi kemampuan lahan dilakukan berdasarkan penilaian parameter-parameter lahan dan tanah yang bersifat potensi dan ancaman bahaya. Ancaman bahaya yang dipertimbangkan dalam penilaian kemampuan lahan adalah erosi, banjir/genangan Tujuan melakukan analisa kemampuan lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh ini adalah agar dalam pratikum yang akan dilakukan kita dapat mengetahui kemampuan lahan politani payakumbuh dan menyesuaikan tanaman yang akan dibudidayakan. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Lokasi penelitian Tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu di kampus Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 13.30-17.00 WIB. 2.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut Bor tanah, Ring sampel, Meteran, Klinometer, PH meter, Muncel Soil Chart, Pisau Komando,Palu, Lup, Sekop tanah Botol Semprot, Aplimeter, higro meter, GPS,tanah, dan air.(jurnal Rani) Koresponden: Rancakbana1001@gmail.com,: hp, 085274463290 2.3 Pelaksanaan Pada praktek pemetaan manual kemampuan lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh ini, prakteknya
dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 3 orang perkelompok dan ada satu klelompok yang empat orang. Siapkan alat yang akan di gunakan Pada praktek ini, dilakukan pengambilan sampel dengan survei untuk mengevaluasi kemampuan lahan metode deskriptif Tanah yang diamabil yang berada pada lingkungan Politani dengan menggunakan tangan Olah data berdasarkan poin-poin yang sudah diberikan oleh dosen pembimbing 2.4 Hasil Dan Pembahasan Tabel. 1. Pengamantan No Nama Kelompok Nama Penggunaan LP KE E KD TLA TLB P D B O G Kelas Subkelas e e e s s s w w w w s 1 A1 Berumput Rumput I II II I I I I I I I I II II e 2 A2 Jagung 1 Jagung I II II I I I I II I II I II II ew 3 A3 Bawang Jagung I I I I I I I I I I I I I 4 A4 Nilam Nilam I I II II I I I I I I I II II es 5 A5 Jagung 2 Jagung I I I I I I I V I II I V V w 6 A6 Sawit Muda Sawit I I II I I I I I I II I II II ew 7 A7 Ubi Ubi I II III I I I I I I I I III III e 8 A8 9 A9 10 A10 Kebun Kelapa Sawit Kakao,Rumput dan Kelapa I I I I I I I I I I I I I Kopi Kopi I I II I I I I I I I I II II e Kebun Kelapa Sawit Sawit II I I I I I I I I I I II II e Keterangan : o KE : Kepadatan Erosi o E : Erosi o KD : Kedalaman Tanah o TLA : Tekstur Lapisan Atas o TLB : Tekstur Lapisan Bawah o D : Drainase o P : Permeabilitas o B : Kerikil/Batu o O : Ancaman Banjir o G : Salinitas
Lereng Permukaan o A = 0 Sampai 3% (Datar) o B = 3 Samapai 8 % (Landai Atau Berombak) o C = 8 Sampai 16 % ( Agak Miring Atau Bergelombang ) o D = 15 Sampai 30 % (Miring Atau Berbukit ) o E = > 30 Sampai 45 % ( Agak Curam Atau Bergunung ) o F = > 45 % Samapi 65 % ( Curam ) o G = > 65 % (Sangat Curam ) Kepekaan Erosi o KE1 = 0,00 Sampai 0,10 ( Sangat Rendah ) o KE2 = 0,11 Sampai 0,20 ( Rendah ) o KE3 = 0,21 Sampai 0,32 ( Sedang ) o KE4 = 0,33 Samapi 0,43 ( Agak Tinggi ) o KE5 = 0,44 Sampai 0,55 ( Tinggi ) o Ke6 = 0,56 Sampai 0,64 (Sangat Tinggi ) Kerusakan Erosi o E0 = Tidak Ada Erosi o E1 = Ringan Kurang Dari 25 % Lapisan Atas Hilang o E2 = Sedang 25 Sampai 75 % Lapisan Atas Hilang o E3 = Agak Berat, Lebih Dari 75 % Lapisan Atas Hilang o E4 = Berat, Lebih Dari 25 % Lapisan Bawah Hilang o E5 = Sangat Berat, Erosi Parit Kedalaman Tanah o K0 = Lebih Dari 90 Cm ( Dalam ) o K1 = 90 Samapi 50 Cm ( Sedang ) o K2 = 50 Sampai 25 Cm ( Dangkal ) o K3 = Kurang Dari25 Cm ( Sangat Dangkal ) Tekstur Tanah o D1 = Agak Baik o D2 = Agak Buruk o D3 = Buruk o D4 = Sangat Buruk Permeabilitas o P1 = Lambat Kurang Dari 0,5 Cm/Jam o P2 = Agak Lambat 0,5-0,2 Cm/Jam o P3 = Sedang 2,0-6,25 Cm/Jam o P4 = Agak Cepat 6,25-12,5 Cm/Jam o P5 = Cepat Lebih Dari 12,5 Cm/Jam Drainase o D0 = Berlebihan o D1 = Baik o D2 = Agak Baik o D3 = Agak Buruk o D4 = Buruk o D5 = Sangat Buruk Kerikil/ Batuan o B0 = Tidak Ada Atau Sedikit o B1 = Sedang o B2 = Banyak o B3 = Sangat Banyak Ancaman Banjir (O) o O0 = Tidak Pernah o O1 = Kadang-Kadang o O2 = Selama 1 Bulan Dalam Setahun Secara Teratur o O3 = Selama 2 Bulan Dalam Setahun Secara Teratur, Dilanda Banjir Lebih Dari 24 Jam o O4 = Selama 6 Bulan Banjir Secara Teratur Yang Lamanya Lebih Dari 24 Jam o Salinitas ( G ) o G0 = bebas o G1 = terpengaruh sedikit o G2 = terpengaruh hebat Dari hasil yang didapat kemampuan lahan Politani Pertanian Negeri Payakumbuh yang diambil sampelnya yaitu pada lahan jagung manis 1, jagung manis 2, bawang, kelapa sawit, kelapa,kopi, nilam, sawit muda dan lahan ubi. Dari sampel ini kemampuan lahan Politani berada pada kelas I,II,III dan V. Dianatara kelas lahan Politani, yang terletak pada kelas II lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Yang terletak pada kelas II yaitu lahan berumput, jagung 1, nilam, sawit muda, kopi dan kelapa sawit. Untuk kelas I yaitu bawang dan kelapa sawit. Kelas III yaitu ubi dan kelas V yaitu Jagung 2. Dari hasil ini untuk kelapa sawit, kopi, dan nilam saya kurang setuju berada pada kelas II karena tanaman ini merupakan tanaman perkembunan yang seharusnya terletak pada kelas IV-VI. Sedangkan pada kelas II tanaman yang seharusnya tanaman semusim seperti sayuran-sayuran, buah-buahan dan tanaman pangan. Kemampuan lahan ditentukan oleh karakteristik lahan sebagai faktor potensi dan pembatas kelas kemampuan lahan. Karakteristik lahan tersebut meliputi : kemiringan lereng, jeluk tanah ( soil depth), tingkat erosi, tekstur tanah, permeabilitas, bahan kasar ( stoniness and rock out crop), drainase, banjir dan salinitas. Menurut USDA (dalam Arsyad, 1989) kelas kemampuan lahan dibedakan menjadi 8 kelas. Kelas I, II, III, dan IV termasuk lahan yang dapat diolah atau digarap untuk tanaman semusim (arable land), Kelas V, VI, VII, VIII termasuk lahan yang tidak dapat digarap (unarable land). Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas kemampuan lahan. Berdasarkan kelas kemempuannya, lahan
Teti S,/ Jurnal Nasional Ecopedon Vol.3 No.1 (2015)1-4 dikelompokkan dalam delapan kelas. kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai dengan usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian ini terjadi karena biaya pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bisa dicapai. Kelas I, Merupakan lahan dengan ciri tanah datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem pengairan air yang baik. Tanah kelas I sesuai untuk semua jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan usaha pengawetan tanah. Untuk meningkatkan kesuburannya dapat dilakukan pemupukan. Kelas II, merupakan lahan dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah kelas II agak peka terhadap erosi. Tanah ini sesuai untuk usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang ringan, seperti pengolahan tanah berdasarkan garis ketinggian dan penggunaan pupuk hijau. Kelas III, Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air yang kurang baik. Tanah kelas III sesuai untuk segala jenis usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang khusus seperti pembuatan terasering, pergiliran tanaman dan sistem penanaman berjalur. Untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu pemupukan. Kelas IV, Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 12-30 % dengan sistem pengairan yang buruk. Tanah kelas IV ini masih dapat dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan pengawetan tanah yang lebih khusus dan lebih berat. Kelas V, Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat. Karena terdapat di daerah yang cekung tanah ini seringkali tergenag air sehingga tingkat keasaman tanahnya tinggi. Tanah ini tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dijadikan padang rumput atau hutan lindung. Kelas VI, Merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam dengan kemiringan lahan sekitar 30-45 %. kelas VI ini mudah sekali tererosi, sehingga lahan ini lebih sesuai untuk dijadikan padang rumput atau hutan lindung. Kelas VII, Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45-65 % dan tanahnya sudah mengalami erosi berat. Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk dijadikan lahan pertanian, namun lebih sesuai ditanami tanaman tahunan (tanaman keras). Kelas VIII, Merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65 %, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya. Tanah ini sangat rawan terhadap kerusakan, karena itu lahan kelas VIII harus dibiarkan secara alamiah tanpa campur tangan manusia atau dibuat cagar alam. Menurut pendapat saya kemampuan lahan Politani cukup bagus untuk ditanami tanaman karena dilihat dari kelas kemampuan lahanya cukup memadai untuk berbudidaya tanaman. Metode deskriptif merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penentuan kemampuan lahan yaitu menjabarkan kemampuan lahan berdasarkan nilai kemampuan lahan tersebut. 3. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulakn bahwa lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh berdasarkan pemetaan manual metode deskriptif lahan berada pada kelas I,II,III dan V. dan lahan ini cukup bagus untuk ditanami tanaman. 4. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan judul Pemetaan Manual Kemampuan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Dengan Metode Deskriptif. Penulis juga mengucapkan Terimakasih kepada Bapak Afrizal,PH.D dan Teman-teman MAPERTA semester VI yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik dan lancar. 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Afrizal. 2014. Kesesuaian.Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. [2] Djaenudin. 2003. http://wordpress.com-literatur-klasifikasikemampuan-dan-kesesuaian-lahan. (10 april 2015). [3] Murtianto, H. 2012. Evaluasi Kemampuan. Pdf. (10 April 2015)