BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opinion Shopping Demi menghindari penerimaan opini going concern, biasanya perusahaan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Teoh (1992) dalam Mirna dan Januarti (2007) menyatakan pergantian auditor dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, jika auditor bekerja pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan auditor (akuntan publik) yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen tersebut dinamakan opinion shopping. Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Opinion shopping selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif. Istilah opinion shopping atau biasa disebut auditor switching adalah istilah yang digunakan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP). Hal ini muncul karena rotasi audit. Rotasi audit merupakan batasan masa jabatan auditor dalam mengaudit suatu entitas atau klien (Mirna,

2010). Berdasarkan bukti teoritis, adanya rotasi auditor akan mengakibatkan masa perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor Nasser, et al (2006) dalam Martina (2010). Beberapa faktor penyebab dilakukannya opinion shopping dapat berasal dari auditor maupun klien sendiri. Pergantian auditor secara wajib dan sukarela dapat dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian secara wajib maka perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009). Klien mengganti auditornya karena tidak adanya aturan yang mengharuskan pergantian auditor dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari kedua hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun diantara kedua hal tersebut yang terjadi, baik auditor mengundurkan diri atau diberhentikan oleh klien, yang menjadi perhatian adalah mengapa hal tersebut dapat terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan kepindahan tersebut adalah karena ketidak sepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan berpindah ke kantor auditor yang dapat sepakat dengan klien. Jika fokus perhatian peneliti adalah pada klien.

Sebaliknya apabila pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi masa perikatan auditnya, seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. 2.1.2 Reputasi Auditor Auditor merupakan pihak yang dianggap dapat independen serta mampu untuk menjembatani antara kepentingan pihak manajemen dengan para pemegang saham. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Rudyawan dan Badera, 2008). Craswell, et al (dalam Fanny dan Saputra, 2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut mempunyai karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Reputasi KAP dipertaruhkan apabila opini yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Bukan hal yang gampang bagi auditor untuk memberikan status going concern kepada perusahaan karena menyangkut reputasi dari

auditor itu sendiri. Auditor yang bereputasi baik akan cenderung menerbitkan opini going concern jika klien terdapat masalah berkaitan opini going concern perusahaan. Geiger dan Rama (2006) menguji perbedaan kualitas audit antara KAP Big four dengan KAP non Big four. Proksi penelitian ini adalah skala KAP yang digunakan untuk menilai reputasi KAP sama seperti penelitian terdahulu. 2.1.3 Financial Distress Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Untuk menilai kesehatan suatu perusahaan dapat digunakan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, iktisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Hoffer (1980:20) dan Witaker (199:24) dalam (Endri, 2009) mengumpamakan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefenisikan dalam berbagai arti, yaitu: kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan (Adnan dan Kurniasih, 2000:137 dalam Edri, 2009). Kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Endri, 2009).

Perusahaan yang kondisinya buruk, banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, tidak menerima opini going concern dari auditor. Namun semakin buruknya perusahaan akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern (Keown, 1991 dalam Januarti, 2009). Pemakai laporan keuangan seringkali merasa pengeluaran opini going concern sebagai sebuah prediksi kebangkrutan (Altman, 1982 dalam Setiawan, 2006). Altman (1968) telah melakukan studi serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam beberapa periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena penelitiannya menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan hingga 82%. Penelitian yang digunakan oleh Setyarno, et al (2006) juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Model Z-score Altman sampai sekarang adalah yang paling banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta akademisi dibidang

akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya (Altman, 1993 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman agar tidak hanya pada perusahaan manufaktur yang go public saja model ini dapat diaplikasikan melainkan untuk perusahaan-perusahaan sektor swasta juga. Model Z-score dinilai baik, karena dapat menganalisis dengan handal tanpa memperhatikan ukuran perusahaan yang dianalisis. Apabila perusahaan sangat makmur didapati Z-score mulai turun dengan tajam maka perusahaan harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau apabila perusahaan baru survive, maka Z-score dapat membantu perusahaan mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z.

Rumus Model Altman Z-Score untuk perusahaan manufaktur dan go public: Z = 3, 3 Laba sebelum Bunga dan pajak Modal Kerja Bersih + 1, 2 Jumlah Aktiva Jumlah Aktiva + 1, 0 Penjualan Nilai Pasar Ekuitas + 0, 6 Jumlah Aktiva Nilai Buku Pinjaman Akumulasi Laba Ditahan + 1, 4 Jumlah Akitva Tabel 2.1 Kriteria titik cut off Model Z-Score Kriteria Nilai Z Tidak bangkrut/sehat jika Z lebih dari (>) 2,99 Daerah rawan bangkrut (gray area) 1,81-2,99 Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,81 Berdasarkan analisis ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,8 beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81-2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila diatas nilai 2,99 maka dikatakan aman dari kebangkrutan.

2.1.4 Pendapat Audit Pendapat atau opini auditor merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan kepada pemakai tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Menurut standar profesional akuntan publik, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SPAP 2011 seksi 110). Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen auditor tidak dibenarkan untuk tidak memihak kepentingan siapa pun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 2011). Berdasarkan SPAP seksi 508 (2011) ada lima tipe pendapat auditor yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak dapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi

keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh pemakai laporan keuangan, auditor, maupun klien. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut: a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan. b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. Informasi dalam catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambah suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian pada laporan audit: a. Lingkup audit dibatasi oleh klien. b. Auditor tidak dapat melaksanakan proses audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisikondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan. d. Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapakan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan standar akuntasi keuangan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup utnuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak

wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan. 5. Pernyataan tidak menyatakan pendapat. Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan keuangan audit ini disebut pendapat adverse opinion. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah,pendapat tidak wajar ini diberikan ketika auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan kliennya, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak memperoleh cukup bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien mempertahankan kelangsungan hidup usahanya,auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa syarat atau disclaimer.

2.1.5 Opini Going Concern Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern. Menurut Belkaoi (2000) dalam Ramadany (2004) going concern merupakan suatu asumsi yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang lama untuk menjalankan proyek, tanggung jawab, aktivitasnya tiada henti. Dengan demikian going concern diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu badan usaha (Petronela, 2004). Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup adalah syarat suatu laporan keuangan disusun dengan menggunakan basis akrual,yaitu dasar pencatatan transaksi yang dilakukan pada saat terjadinya,bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau diberikan. Jika suatu entitas bisnis tidak memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka laporan keuangan entitas tersebut wajib disusun berdasarkan asumsi lain yakni likuidasi dan nilai realisasi sebagai basis pencatatan (PSA No. 30). Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang

ditentukan (SPAP, 2001). Pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999 dalam Januarti 2009). Hal ini disebabkan karena adanya hipotesis self-fulfilling properchy yang menyatakan apabila auditor memberikan opini going concern maka perusahaan akan menjadi cepat bangkrut karena banyak kreditor yang menarik dananya atau investor yang membatalkan investasinya. Oleh sebab itu sangat sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu entitas sehingga banyak auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. SPAP seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin terhadap kemampuan satuan usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas,maka auditor harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif terlaksana. 2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). 3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas,maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas aktivitas rencana tersebut. 4. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif,maka audior menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) 5. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan,maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) 6. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif, tetapi klien tidak mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion). Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA No. 30 memperbolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak

memberikan pendapat karena adanya keraguan atas kelangsungan hidup. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh pemberian opini going concern telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya: Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu NO Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian 1 1 Mirna dan Indira (2007) 2 Januarti (2009) Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Penerimaan Opini Audit Going Concern Independen: Kualitas Audit, Debt default, Opinion Shopping Dependen: Going concern Independen: financial distress, debt default, ukuran perusahan, audit lag, opini sebelumnya, pergantian auditor, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan instutisional Dependen: Penerimaan Opini Going Concern Hasil Penelitian Debt default secara signifikan berpengaruh positif terhadap going concern. Sedangkan kualitas audit, opinion shopping tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap going concern. Debt default, ukuran perusahaan, opini sebelumnya dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Financial distress,audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan konstitusional tidak berpengaruh terhadap opini going concern Arga dan Analisis Independen: Kualitas Kondisi keuangan,

3. Linda (2007) 4. Arry dan I Dewa Nyoman Badera (2009) Kualitas Audit,Kondis i Keuangan,Op ini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Penerimaan Opini Audit Going Concern Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2011) Audit, Kondisi Keuangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Dependen: Opini Going Concern Independen: Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Dependen: Opini Going Concern opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern

2.3 Kerangka Konseptual Auditor terlebih dahulu harus memperhatikan faktor opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress sebagai acuan dalam memberikan opini going concern. Pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress dapat dijelaskan dalam suatu kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran tersebut disajikan sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Reputasi Auditor H1 Opinion Shopping H2 Opini Going Concern Financial Distress H3 Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konseptual Dari kerangka konseptual diatas, diketahui bahwa dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah opinion shopping, reputasi auditor, financial distress; sedangkan variabel dependennya adalah penerimaan opini going concern. Opinion shopping merupakan istilah yang digunakan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor atau kantor Akuntan Publik (KAP) dimana

hal ini muncul karena rotasi audit. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dimana laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun. Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern. Variabel independen yang telah diungkapkan diatas merupakan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor (KAP) dalam memutuskan pemberian opini going concern kepada perusahaan yang sedang diaudit.

2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut mengenai analisas data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. H2: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. H3: Financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern.