BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahan Umum yang bergerak di bidang penyediaan air baku dan listrik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum

RENCANA TINDAK PENGELOLAAN DAS CITARUM

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prasarana pengairan seperti waduk. Sejumlah besar waduk di Indonesia saat ini

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

VILLA RESORT PT. PLN (Persero) DI WADUK CIRATA JAWA BARAT (Dengan penekanan desain arsitektur Neo Vernacular)

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN KELEMBAGAAN USAHA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK JATILUHUR

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

LAPORAN PERJALANAN EKSKURSI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN PLTA UPPER CISOKAN PUMP STORAGE: TANTANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN TINDAK LANJUTNYA

7. PERUBAHAN PRODUKSI

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

6 MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, Pelayanan Umum Bentuk Usaha. Pembangunan Proyek Nasional serbaguna Jatiluhur yang meliputi bendungan

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB III STUDI KASUS. Bab III Studi Kasus 3.1. SEKILAS SUNGAI CITARUM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada LS dan BT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab V Hasil dan Pembahasan

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAS MUSI BERBASIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah


SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon MW dan potensi baru sebesar MW.

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STATUS DAN KARAKTERISTIK PENCEMARAN DI WADUK KASKADE CITARUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Jawa Barat;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur. Secara geografis, Waduk Cirata terletak pada 107 14 15-107 22 03 LS dan 06 41 30-06 48 07 BT. Untuk lebih jelasnya, letak dari Waduk Cirata dapat dilihat pada Gambar III.1. Waduk Cirata mulai berdiri tahun 1987 yang diawali dengan proses penggenangan selama 1 tahun. Pembangunan Waduk Cirata bertujuan sebagai pembangkit nlistrik tenaga air untuk memenuhi kebutuhan listrik Jawa-Bali. Waduk Cirata dibangun dengan membuat bendungan setinggi 125 m dengan panjang 500 m. Waduk Cirata mempunyai daya tampung sebesar 2.165 juta m 3 air dengan puncak elevasi air maksimum sebesar 221 m dpl. Sedangkan luas wilayah Cirata adalah seluas 7.111 Ha dengan luas genangan sebesar 6.200 Ha. Wilayah Cirata termasuk ke dalam 3 Kabupaten di wilayah Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Cirata untuk setiap wilayah Kabupaten diantaranya adalah: Kabupaten Bandung Luas total : 29.235.872 m 2 Luas Waduk : 27.556.890 m 2 Luas non waduk : 1.678.982 m 2 Kabupaten Purwakarta seluas Luas : 12.273.653 m 2 Luas waduk : 9.154.094 m 2 Luas non waduk : 3.119.559 m 2 Kabupaten Cianjur seluas Luas total : 29.886.116 m 2 Luas waduk : 29.603.299 m 2 Luas non waduk : 282.817 m 2 III - 1

Gambar III.1 Waduk Cirata III.2 PEMANFAATAN WADUK CIRATA III.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air Pada tahun 1987, PT. PLN (Persero) mendirikan PLTA Cirata dengan tujuan sebagai sarana pembangkit listrik untuk melayani keperluan listrik di wilayah Jawa-Bali. Untuk keperluan tersebut, maka dibangunlah Waduk Cirata sebagai penampung air untuk menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik. PLTA Cirata didesain untuk dapat menghasilkan daya listrik terpasang sebesar 1008 MW atau energy per tahunnya sebesar 1.132,72 GWh per tahun III.2.2 Perikanan Di lokasi Waduk Cirata banyak terdapat aktivitas Kolam Jaring Apung (KJA). Pada awalnya pemberian pendirian Kolam Jaring Apung ini diberikan sebagai salah satu kompensasi ganti rugi bagi warga yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggalnya akibat dampak dari penggenangan Waduk Cirata. Untuk itu, maka pihak pengelola Waduk Cirata mengijinkan pendirian KJA pada tempat- III - 2

tempat yang telah ditentukan dengan memperhatikan daya dukung dari waduk. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, jumlah KJA terus berkembang. Hingga Desember 2004 tercatat jumlah KJA yang beroperasi di Waduk Cirata mencapai 39.690 petak, padahal pada tahun 1996 jumlah petak/kolam yang dianjurkan adalah 12.000. Selain itu, kepemilikan KJA juga turut mengalami perkembangan. Pemilik KJA tidak hanya warga yang terkena dampak penggenangaan saja, tetapi juga warga yang ingin berinvestasi dan memiliki usaha dalam pembudidayaan ikan. Keramba yang digunakan pada aktivitas budidaya ikan biasanya terdiri dari dua lapisan (Gambar III.2) dengan dimensi masing-masing lapisan kurang lebih 7 x 7 m dan kedalaman setiap lapisan sekitar 3 4 m. Gambar III.2 Keramba Kolam Jaring Apung Jenis ikan yang diternakkan di KJA berupa ikan mas, ikan nila, dan ikan mujair. Masing-masing ikan tersebut diternakkan pada kedalaman yang berbeda-beda agar dihasilkan ternak ikan yang optimal. Kolam Jaring Apung yang berada di Waduk Cirata hanya berfungsi sebagai kolam pembesaran ikan dan tidak berfungsi sebagai kolam pembibitan. III.2.3 Lalu Lintas Waduk Cirata yang mempunyai luas genangan 6200 Ha dan terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Purwakarta dan Cianjur menyebabkan Waduk Cirata memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai jalur lalu lintas. Lalu lintas yang ada di Waduk Cirata berupa lalu lintas perahu, baik perahu jenis kecil tanpa bahan bakar dan hanya menggunakan dayung sampai perahu dengan jenis besar (boat) yang berbahan bakar bensin ataupun solar. Lalu lintas di Waduk Cirata berupa lalu lintas pengangkutan ikan dari Kolam Jaring Apung ataupun lalu lintas menyeberangi Waduk Cirata untuk ke daerah lain yang terpisah dengan Waduk Cirata. Dengan adanya lalu lintas di Waduk Cirata ini III - 3

memberikan kemudahan bagi masyarakat yang akan beraktivitas dan menunjang perekonomian masyarakat setempat pada khususnya III.2.4 Pertanian Waduk Cirata mempunyai fungsi yang sangat besar bagi pertanian di sekitar Waduk Cirata. Aktivitas pertanian di sekitar Waduk Cirata memanfaatkan air yang tertampung di Waduk Cirata sebagai sumber utama air irigasi pertaniannya ataupun sebagai reservoir sehingga pertanian di sekitar Waduk Cirata tidak pernah kekeringan dan kekurangan air. III.2.5 Pariwisata Sejak Mei 2003 Waduk Cirata dikembangkan sebagai Kawasan wisata terpadu Waduk Cirata yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat, HR Nuriana bersama dengan Bupati Kabupaten Bandung, Bupati Kabupaten Purwakarta dan Bupati Kabupaten Cianjur. Waduk Cirata merupakan kawasan wisata alam dan direncanakan akan dibangun kampung sunda untuk menambah daya tarik wisatawan. Saat ini telah dibangun cottage dan penginapan lainnya untuk mendukung Waduk Cirata sebagai daerah wisata. III.2.6 Kegiatan Ekonomi Lainnya Kegiatan ekonomi lainnya yang berada di Kawasan Waduk Cirata salah satunya adalah kegiatan ekonomi perdagangan. Kegiatan perdagangan ini muncul karena Waduk Cirata merupakan daerah wisata. Selain itu di sekitar Waduk Cirata pun banyak terdapat permukiman penduduk ataupun perkantoran sehingga semakin mendukung pertumbuhan perdagangan di sekitar Waduk Cirata. Bahkan di genangan Waduk Cirata sendiri banyak terdapat rumah-rumah yang berdiri di atas genangan Waduk Cirata. Maka banyak aktivitas perdagangan yang terjadi bukan hanya di daratan sekitar Waduk Cirata tetapi banyak pula perdagangan yang dilakukan di atas genangan Waduk Cirata. III.3 AKTIVITAS DI SEKITAR WADUK CIRATA Hadisantosa (2006) menyebutkan bahwa terdapat berbagai aktivitas yang berlangsung di sekitar sungai yang menjadi input Waduk Cirata. Berbagai aktivitas tersebut berpotensi untuk mencemari sungai tersebut yang kemudian III - 4

berpotensi untuk mencemari Waduk Cirata. Berbagai kegiatan yang berlangsung tersebut diantaranya adalah: 1. Kegiatan pertambangan Air raksa : Purwakarta dan sekitarnya Emas : Purwakarta, Soreang dan Pengalengan 2. Kegiatan industri Industri tekstil : Majalaya, Dayeuhkolot, Ketapang, Batujajar Industri pengolahan logam mulia : Ciparay Industri bahan kimia : Batujajar Industri semen : Batujajar 3. Kegiatan domestik 69,1% penduduk membuang langsung limbah domsetiknya ke Sungai karena tidak terjangkau oleh fasilitas pengelolaan air limbah domestik terpadu Bojongsoang (Hadisantosa, 2006). 4. Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah. TPA yang beroperasi terletak di wilayah Babakan Garut. TPA tersebut telah beroperasi selama ± 3 tahun dan sangat berpotensi mencemari Sungai Cicendo yang menjadi input Waduk Cirata. III.4 INSTITUSI YANG BERKAITAN DENGAN WADUK CIRATA III.4.1 PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata Unit Pembangkitan Cirata terletak di daerah Jawa barat, tepatnya di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru Plered Purwakarta. Berdiri sejak tahun 1988, UP Cirata mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). Air yang digunakan berasal dari Waduk Cirata yang bersumber dari aliran Sungai Citarum. Dengan 8 unit pembangkit, UP Cirata memiliki total daya terpasang 1.008 MW, dan mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.132,72 GWh per tahun yang disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pengaturan air dan listrik secara terintegrasi dilaksanakan bersama-sama dalam suatu koordinasi Pola Operasi Citarum yang anggotanya terdiri dari PLN P3B, PT Indonesia Power UP Saguling, PT PJB UP Cirata, Perum PJT II Jatiluhur, III - 5

Pemda Jabar, PSDA, BPPT dan BMG Jakarta. Hal itu dilakukan secara berkoordinasi setiap bulan, atas dasar pola musim, prakiraan cuaca, air masuk, tinggi permukaan air (TMA), dan produksi energi listrik untuk mendekati kondisi riil. Pemanfaatan air PLTA Cirata harus pula memerhatikan kebutuhan air dan daya tampung air di hilirnya yakni waduk Jatiluhur, Demikian pula Saguling, harus memerhatikan Cirata. Operasi ini merupakan model pengoperasian waduk seri (Kaskade) satu-satunya di Indonesia, yang menggunakan pola keseimbangan tampungan Volume air (Water sharing) masing-masing waduk. Pola tersebut mengisyaratkan bahwa Waduk Cirata mempunyai fungsi sebagai cadangan air (Reservoir) Jawa Barat secara terpadu dalam kaskade Citarum. Terganggunya kelestarian dan fungsinya akan berakibat pula terhadap ketersediaan dan keseimbangan Citarum. Oleh karena itu perlindungan waduk dan daerah hulunya diatur sesuai Pemda Jawa Barat No.2/1996. III.4.2 Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) Waduk Cirata yang memiliki potensi sangat besar khususnya bagi Provinsi Jawa Barat dikelola oleh Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Berdirinya BPWC ini melalui : 1. SK DIREKSI PJB2 NO. 037.K/023/DIR/1998 2. KEPUTUSAN GUBERNUR NO.16 Tahun 1998 BPWC mempunyai peran untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional yaitu mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomis asset berupa waduk dan lahan-lahan di sekitarnya yang terletak di waduk Cirata untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tanpa mengabaikan kepentingan unitunit pembangkitan dan masyarakat yg mempergunakan sungai dan waduk tersebut. Maka sesuai dengan peran dan fungsi Badan Pengelola Waduk Cirata mempunyai kegiatan berupa (BPWC, 2006a): 1. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Waduk Cirata, yaitu : Pembersihan sampah dan gulma air Pembersihan sampah dan gulma air yang dilakukan setiap hari di 6 Subdas, yaitu Intake-bendungan, Cicendo, Citarum & Cimeta, Cisokan & Cibiuk, Cibalagung & Ciangsang, Cikundul & Cigede. Jenis sampah yang paling banyak ditemui berupa sampah pertanian dan busa. Penanganan III - 6

sampah dilakukan dengan memasang trashboom untuk menjaga agar sampah tidak masuk atau minimal tidak menyebar ke dalam waduk sehingga memudahkan pengambilan. Selanjutnya sampah ditimbun atau dibakar di tempat penampungan Penelitian kualitas air Waduk Cirata Penelitian kualitas air Waduk Cirata dilakukan setiap 3 bulan sekali pada 7 (tujuh) titik lokasi dengan beberapa parameter yang diukur sesuai dengan PP 82 Tahun 2001. Pemantauan kualitas air diharapkan dapat mendeteksi menurunnya kualitas air akibat adanya limbah cair dan sampah dari hulu sungai Citarum maupun kegiatan KJA. Dengan menurunnya kualitas air pada beberapa parameter dapat menurunkan kualitas pembangkit terutama korosivitas pada peralatan pembangkit. Penghijauan dan Pembibitan Permasalahan erosi dan sedimentasi di Waduk Cirata menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya. Hasil pengukuran pada tahun 2001 sedimentasi di dasar waduk telah mencapai 68,69 juta m 3 yang telah menurunkan kapasitas efektif waduk menjadi 778,69 juta m 3 dari semula 796 juta m 3 (mengalami penurunan sebesar 2,17 %). Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pemantauan rutin mingguan serta kegiatan pembibitan dan penghijauan di sekitar waduk sehingga diharapkan dapat menjaga kelangsungan cadangan air dan timbulnya erosi. 2. Pengelolaan asset Cirata, yaitu : Pengelolaan Kolam Jaring Apung Pengembangan pariwisata III - 7