BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur. Secara geografis, Waduk Cirata terletak pada 107 14 15-107 22 03 LS dan 06 41 30-06 48 07 BT. Untuk lebih jelasnya, letak dari Waduk Cirata dapat dilihat pada Gambar III.1. Waduk Cirata mulai berdiri tahun 1987 yang diawali dengan proses penggenangan selama 1 tahun. Pembangunan Waduk Cirata bertujuan sebagai pembangkit nlistrik tenaga air untuk memenuhi kebutuhan listrik Jawa-Bali. Waduk Cirata dibangun dengan membuat bendungan setinggi 125 m dengan panjang 500 m. Waduk Cirata mempunyai daya tampung sebesar 2.165 juta m 3 air dengan puncak elevasi air maksimum sebesar 221 m dpl. Sedangkan luas wilayah Cirata adalah seluas 7.111 Ha dengan luas genangan sebesar 6.200 Ha. Wilayah Cirata termasuk ke dalam 3 Kabupaten di wilayah Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Cirata untuk setiap wilayah Kabupaten diantaranya adalah: Kabupaten Bandung Luas total : 29.235.872 m 2 Luas Waduk : 27.556.890 m 2 Luas non waduk : 1.678.982 m 2 Kabupaten Purwakarta seluas Luas : 12.273.653 m 2 Luas waduk : 9.154.094 m 2 Luas non waduk : 3.119.559 m 2 Kabupaten Cianjur seluas Luas total : 29.886.116 m 2 Luas waduk : 29.603.299 m 2 Luas non waduk : 282.817 m 2 III - 1
Gambar III.1 Waduk Cirata III.2 PEMANFAATAN WADUK CIRATA III.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air Pada tahun 1987, PT. PLN (Persero) mendirikan PLTA Cirata dengan tujuan sebagai sarana pembangkit listrik untuk melayani keperluan listrik di wilayah Jawa-Bali. Untuk keperluan tersebut, maka dibangunlah Waduk Cirata sebagai penampung air untuk menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik. PLTA Cirata didesain untuk dapat menghasilkan daya listrik terpasang sebesar 1008 MW atau energy per tahunnya sebesar 1.132,72 GWh per tahun III.2.2 Perikanan Di lokasi Waduk Cirata banyak terdapat aktivitas Kolam Jaring Apung (KJA). Pada awalnya pemberian pendirian Kolam Jaring Apung ini diberikan sebagai salah satu kompensasi ganti rugi bagi warga yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggalnya akibat dampak dari penggenangan Waduk Cirata. Untuk itu, maka pihak pengelola Waduk Cirata mengijinkan pendirian KJA pada tempat- III - 2
tempat yang telah ditentukan dengan memperhatikan daya dukung dari waduk. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, jumlah KJA terus berkembang. Hingga Desember 2004 tercatat jumlah KJA yang beroperasi di Waduk Cirata mencapai 39.690 petak, padahal pada tahun 1996 jumlah petak/kolam yang dianjurkan adalah 12.000. Selain itu, kepemilikan KJA juga turut mengalami perkembangan. Pemilik KJA tidak hanya warga yang terkena dampak penggenangaan saja, tetapi juga warga yang ingin berinvestasi dan memiliki usaha dalam pembudidayaan ikan. Keramba yang digunakan pada aktivitas budidaya ikan biasanya terdiri dari dua lapisan (Gambar III.2) dengan dimensi masing-masing lapisan kurang lebih 7 x 7 m dan kedalaman setiap lapisan sekitar 3 4 m. Gambar III.2 Keramba Kolam Jaring Apung Jenis ikan yang diternakkan di KJA berupa ikan mas, ikan nila, dan ikan mujair. Masing-masing ikan tersebut diternakkan pada kedalaman yang berbeda-beda agar dihasilkan ternak ikan yang optimal. Kolam Jaring Apung yang berada di Waduk Cirata hanya berfungsi sebagai kolam pembesaran ikan dan tidak berfungsi sebagai kolam pembibitan. III.2.3 Lalu Lintas Waduk Cirata yang mempunyai luas genangan 6200 Ha dan terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Purwakarta dan Cianjur menyebabkan Waduk Cirata memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai jalur lalu lintas. Lalu lintas yang ada di Waduk Cirata berupa lalu lintas perahu, baik perahu jenis kecil tanpa bahan bakar dan hanya menggunakan dayung sampai perahu dengan jenis besar (boat) yang berbahan bakar bensin ataupun solar. Lalu lintas di Waduk Cirata berupa lalu lintas pengangkutan ikan dari Kolam Jaring Apung ataupun lalu lintas menyeberangi Waduk Cirata untuk ke daerah lain yang terpisah dengan Waduk Cirata. Dengan adanya lalu lintas di Waduk Cirata ini III - 3
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang akan beraktivitas dan menunjang perekonomian masyarakat setempat pada khususnya III.2.4 Pertanian Waduk Cirata mempunyai fungsi yang sangat besar bagi pertanian di sekitar Waduk Cirata. Aktivitas pertanian di sekitar Waduk Cirata memanfaatkan air yang tertampung di Waduk Cirata sebagai sumber utama air irigasi pertaniannya ataupun sebagai reservoir sehingga pertanian di sekitar Waduk Cirata tidak pernah kekeringan dan kekurangan air. III.2.5 Pariwisata Sejak Mei 2003 Waduk Cirata dikembangkan sebagai Kawasan wisata terpadu Waduk Cirata yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat, HR Nuriana bersama dengan Bupati Kabupaten Bandung, Bupati Kabupaten Purwakarta dan Bupati Kabupaten Cianjur. Waduk Cirata merupakan kawasan wisata alam dan direncanakan akan dibangun kampung sunda untuk menambah daya tarik wisatawan. Saat ini telah dibangun cottage dan penginapan lainnya untuk mendukung Waduk Cirata sebagai daerah wisata. III.2.6 Kegiatan Ekonomi Lainnya Kegiatan ekonomi lainnya yang berada di Kawasan Waduk Cirata salah satunya adalah kegiatan ekonomi perdagangan. Kegiatan perdagangan ini muncul karena Waduk Cirata merupakan daerah wisata. Selain itu di sekitar Waduk Cirata pun banyak terdapat permukiman penduduk ataupun perkantoran sehingga semakin mendukung pertumbuhan perdagangan di sekitar Waduk Cirata. Bahkan di genangan Waduk Cirata sendiri banyak terdapat rumah-rumah yang berdiri di atas genangan Waduk Cirata. Maka banyak aktivitas perdagangan yang terjadi bukan hanya di daratan sekitar Waduk Cirata tetapi banyak pula perdagangan yang dilakukan di atas genangan Waduk Cirata. III.3 AKTIVITAS DI SEKITAR WADUK CIRATA Hadisantosa (2006) menyebutkan bahwa terdapat berbagai aktivitas yang berlangsung di sekitar sungai yang menjadi input Waduk Cirata. Berbagai aktivitas tersebut berpotensi untuk mencemari sungai tersebut yang kemudian III - 4
berpotensi untuk mencemari Waduk Cirata. Berbagai kegiatan yang berlangsung tersebut diantaranya adalah: 1. Kegiatan pertambangan Air raksa : Purwakarta dan sekitarnya Emas : Purwakarta, Soreang dan Pengalengan 2. Kegiatan industri Industri tekstil : Majalaya, Dayeuhkolot, Ketapang, Batujajar Industri pengolahan logam mulia : Ciparay Industri bahan kimia : Batujajar Industri semen : Batujajar 3. Kegiatan domestik 69,1% penduduk membuang langsung limbah domsetiknya ke Sungai karena tidak terjangkau oleh fasilitas pengelolaan air limbah domestik terpadu Bojongsoang (Hadisantosa, 2006). 4. Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah. TPA yang beroperasi terletak di wilayah Babakan Garut. TPA tersebut telah beroperasi selama ± 3 tahun dan sangat berpotensi mencemari Sungai Cicendo yang menjadi input Waduk Cirata. III.4 INSTITUSI YANG BERKAITAN DENGAN WADUK CIRATA III.4.1 PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata Unit Pembangkitan Cirata terletak di daerah Jawa barat, tepatnya di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru Plered Purwakarta. Berdiri sejak tahun 1988, UP Cirata mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). Air yang digunakan berasal dari Waduk Cirata yang bersumber dari aliran Sungai Citarum. Dengan 8 unit pembangkit, UP Cirata memiliki total daya terpasang 1.008 MW, dan mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.132,72 GWh per tahun yang disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pengaturan air dan listrik secara terintegrasi dilaksanakan bersama-sama dalam suatu koordinasi Pola Operasi Citarum yang anggotanya terdiri dari PLN P3B, PT Indonesia Power UP Saguling, PT PJB UP Cirata, Perum PJT II Jatiluhur, III - 5
Pemda Jabar, PSDA, BPPT dan BMG Jakarta. Hal itu dilakukan secara berkoordinasi setiap bulan, atas dasar pola musim, prakiraan cuaca, air masuk, tinggi permukaan air (TMA), dan produksi energi listrik untuk mendekati kondisi riil. Pemanfaatan air PLTA Cirata harus pula memerhatikan kebutuhan air dan daya tampung air di hilirnya yakni waduk Jatiluhur, Demikian pula Saguling, harus memerhatikan Cirata. Operasi ini merupakan model pengoperasian waduk seri (Kaskade) satu-satunya di Indonesia, yang menggunakan pola keseimbangan tampungan Volume air (Water sharing) masing-masing waduk. Pola tersebut mengisyaratkan bahwa Waduk Cirata mempunyai fungsi sebagai cadangan air (Reservoir) Jawa Barat secara terpadu dalam kaskade Citarum. Terganggunya kelestarian dan fungsinya akan berakibat pula terhadap ketersediaan dan keseimbangan Citarum. Oleh karena itu perlindungan waduk dan daerah hulunya diatur sesuai Pemda Jawa Barat No.2/1996. III.4.2 Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) Waduk Cirata yang memiliki potensi sangat besar khususnya bagi Provinsi Jawa Barat dikelola oleh Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Berdirinya BPWC ini melalui : 1. SK DIREKSI PJB2 NO. 037.K/023/DIR/1998 2. KEPUTUSAN GUBERNUR NO.16 Tahun 1998 BPWC mempunyai peran untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional yaitu mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomis asset berupa waduk dan lahan-lahan di sekitarnya yang terletak di waduk Cirata untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tanpa mengabaikan kepentingan unitunit pembangkitan dan masyarakat yg mempergunakan sungai dan waduk tersebut. Maka sesuai dengan peran dan fungsi Badan Pengelola Waduk Cirata mempunyai kegiatan berupa (BPWC, 2006a): 1. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Waduk Cirata, yaitu : Pembersihan sampah dan gulma air Pembersihan sampah dan gulma air yang dilakukan setiap hari di 6 Subdas, yaitu Intake-bendungan, Cicendo, Citarum & Cimeta, Cisokan & Cibiuk, Cibalagung & Ciangsang, Cikundul & Cigede. Jenis sampah yang paling banyak ditemui berupa sampah pertanian dan busa. Penanganan III - 6
sampah dilakukan dengan memasang trashboom untuk menjaga agar sampah tidak masuk atau minimal tidak menyebar ke dalam waduk sehingga memudahkan pengambilan. Selanjutnya sampah ditimbun atau dibakar di tempat penampungan Penelitian kualitas air Waduk Cirata Penelitian kualitas air Waduk Cirata dilakukan setiap 3 bulan sekali pada 7 (tujuh) titik lokasi dengan beberapa parameter yang diukur sesuai dengan PP 82 Tahun 2001. Pemantauan kualitas air diharapkan dapat mendeteksi menurunnya kualitas air akibat adanya limbah cair dan sampah dari hulu sungai Citarum maupun kegiatan KJA. Dengan menurunnya kualitas air pada beberapa parameter dapat menurunkan kualitas pembangkit terutama korosivitas pada peralatan pembangkit. Penghijauan dan Pembibitan Permasalahan erosi dan sedimentasi di Waduk Cirata menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya. Hasil pengukuran pada tahun 2001 sedimentasi di dasar waduk telah mencapai 68,69 juta m 3 yang telah menurunkan kapasitas efektif waduk menjadi 778,69 juta m 3 dari semula 796 juta m 3 (mengalami penurunan sebesar 2,17 %). Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pemantauan rutin mingguan serta kegiatan pembibitan dan penghijauan di sekitar waduk sehingga diharapkan dapat menjaga kelangsungan cadangan air dan timbulnya erosi. 2. Pengelolaan asset Cirata, yaitu : Pengelolaan Kolam Jaring Apung Pengembangan pariwisata III - 7