BAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB II DINAMIKA KONFLIK LAUT CINA SELATAN. Konflik Laut Cina adalah konflik yang terjadi karena adanya perebutan

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. 1

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin membawa perubahan-perubahan besar. dan terjadi dengan sangat cepat dalam sistem internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

1. PENDAHULUAN. Peranan jieitai..., Nurlita Widyasari..., FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini mulai memanas kembali dan mulai mengancam persatuan ASEAN. Konflik ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN. ASEAN secara komprehensif, konflik ini sebenarnya lebih terpusat pada tumpang tindih

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR


BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

Hukum Laut Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. hingga 11 15' LS, dan dari 94 45' BT hingga ' BT terletak di posisi

Internasionalisasi Selat Malaka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laut China Selatan terletak di antara Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Samudera Hindia di sebelah Barat. Laut China Selatan memiliki luas 3.447 juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar 5.245 meter. 1 Laut China Selatan merupakan sebuah perairan dengan berbagai potensi yang sangat besar karena di dalamnya kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan gas serta memiliki peranan penting sebagai jalur distribusi minyak dunia, perdagangan dan pelayaran internasional. Laut China Selatan dikelilingi oleh 9 negara antara lain: Republik Rakyat China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunai Darussalam dan Filipina. 2 Di dalam Kawasan Laut Cina Selatan terdapat Kepulauan Spartly, Kepulauan Paracel, Kepulauan Pratas, dan Kepulauan Maccalesfield. Tetapi yang tergolong titik rawan dalam soal klaim teritorial adalah Kepulauan Spartly dan Kepulauan Paracel, yang kemudian menjadi fokus perebutan antara negara-negara pengklaim (claimantans). Kepulauan Spratly memiliki letak yang strategis baik dari segi militer dan pertahanan maupun sebagai jalur perdagangan Internasional. Selain itu Kepulauan Spratly disinyalir memiliki kekayaan sumber daya minyak dan gas alam yang 1 Dr.Gullaya Wattayakorn, Reversing environmental degradation trends in the south china sea and gulf of Thailand dalam http://www.unepscs.org/google/south-china-sea-technical- Publication-Land-Based-Pollution-South-China-Sea.pdf (di akses 31 Mei 2012). 2 Ibid. 1

melimpah. Laut China Selatan juga terpetakan menyimpan cadangan minyak sekitar 1,2 kilometer kubik (7,7 miliar barel), sedangkan secara keseluruhan terdapat cadangan minyak 4,5 kilometer kubik (28 miliar barel). Adapun potensi gas alam yang dimilikinya sekitar 7.500 kilometer kubik (266 triliun kaki kubik). 3 Fakta-fakta inilah yang menyebabkan kepulauan ini diperebutkan oleh Negara - negara di sekitar Laut China Selatan yang masing-masing mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayah kedaulatannya. Status-quo kepulauan-kepulauan di wilayah Laut China Selatan menyebabkan tumpang-tindihnya klaim dari negara-negara Asia Timur, dan Asia Tenggara atas kepulauan yang berada di wilayah tersebut. Kepulauan Spratly diklaim oleh 6 negara, yakni Republik Rakyat China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei, dan Malaysia. Kepulauan Paracel diklaim oleh Republik Rakyat China, Taiwan, Vietnam, dan Filipina. 4 Tumpang-tindihnya klaim tersebut disebabkan oleh permasalahan kedaulatan teritorial yang membahas tentang kepemilikan wilayah daratan yang ada di kawasan Laut China Selatan dan kedaulatan maritim yang berhubungan dengan penetapan batas yang diijinkan oleh Konvensi Hukum Laut PBB ( UNCLOS III ) 1982. Dalam UNCLOS tersebut, kedaulatan teritorial laut ditetapkan 12 mil dari tepi pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif (EEZ) sejauh 200 mil. 5 Akan tetapi, semua negara yang mengklaim bahwa Laut China Selatan 3 The Global review, Sengketa Laut China Selatan: Perlombaan di Lautan, dalam http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=7132&type=4 ( di akses 4 April 2012). 4 Teuku May Rudy. 2007. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung: PT Rafika Aditama, hal. 131-132. 5 Athanasius aditya nugraha, Manuver Politik Cina dalam Konflik Laut Cina Selatan dalam http://unhan.cdainteractive.com/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=106&itemid =309 ( di akses 2 April 2012). 2

merupakan kedaulatan wilayahnya baik daratan maupun maritim, tidak ada yang mampu memenuhi aturan yang ditetapkan PBB tersebut. Dengan demikian, konflik Laut China Selatan terus berlangsung hingga saat ini dan banyak negara yang mengklaim atas kepemilikan Kepulauan Spratlay dan Kepulauan Paracel tersebut. Dari beberapa negara yang terlibat, Republik Rakyat China merupakan yang paling tegas menyatakan klaimnya atas kepemilikan Kepulauan Spartly. Pada Desember 1947 Pemerintah Republik Rakyat China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dengan menerbitkan peta yang tidak hanya memuat kepulauan-kepulauan utama di wilayah Laut China Selatan, tetapi juga memberi tanda sebelas garis putus-putus (yang juga di sebut garis-garis berbentuk huruf U atau U Shape Line ) di seputar wilayah perairan Laut China Selatan. Pada tahun 1949 setelah kemenangan Partai Komunis China garis tersebut diubah menjadi garis Sembilan dash. 6 Kemudian Republik Rakyat China juga memasukkan Kepulauan Spartly ke dalam Undang - Undang maritimnya secara de jure, pada tanggal 25 Febuari 1992. Pemerintah Republik Rakyat China mengeluaran Undang-Undang tentang Laut Teritorial dan Contiguous Zone yang memasukkan Kepulauan Spratly sebagai wilayahnya. Pada September 1996 Republik Rakyat China kembali menunjukkan ambisinya untuk memasukkan wilayah ini ke dalam wilayah maritim China. 7 Pada tahun 1976 pemerintah Republik Rakyat China secara paksa 6 ibid 7 Esaputra, Diplomasi sebagai upaya penyelesaian konflik di kepulauan spratly, dalam http://esaputraangkasa.blogspot.com/2011/07/diplomasi-sebagai-upaya-penyelesaian.html (di akses 2 Maret 2012 ). 3

mengambil alih dan menguasai Kepulauan Paracel dari Vietnam. Kepulauan itu berada di sebelah Utara kepulauan Spartly. Keduanya sama-sama di yakini kaya akan sumber daya alam gas dan minyak bumi. Selain itu, Republik Rakyat China juga telah melakukan aktivitasaktivitas di wilayah tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain, memperbanyak kapal penangkap ikan dan angkatan lautnya, memprakarsai didirikannya bangunan-bangunan, serta mendorong warga negara China untuk tinggal secara permanen di wilayah-wilayah sengketa tersebut. Bahkan, Republik Rakyat China juga telah mengirimkan kapal perangnya untuk melakukan latihan perang dengan menggunakan peluru tajam di kawasan Laut China Selatan. 8 Apalagi, pemerintah Republik Rakyat China menaikkan 7,5 anggaran belanja militernya pada bulan Maret 2011 menjadi 77,9 miliar dollar Amerika Serikat. 9 China juga sedang membangun kekuatan Angkatan Laut yang besar, berencana membeli dua kapal induk, dan membangun pangkalan udara militer yang dilengkapi radar canggih di Pulau Woody, kelompok Kepulauan Paracel. Pangkalan ini, bila telah selesai, memungkinkan China memberikan perlindungan udara terhadap Kepulauan Spratly. China membangun pangkalan dan instalasi militer di Pulau Karang Mischief sejak 1995 dan diperluas pada 1998. 10 Aktivitas-aktivitas Republik Rakyat China tersebut tentu menimbulkan ketegangan dengan negara-negara lain yang berbatasan langsung, dan yang 8 Republika Online, Cina Latihan Perang di Laut Cina Selatan, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/11/03/144251-cina-latihanperang-di-laut-cina-selatan (diakses 20 Juni 2011). 9 Republika Online, AS Khawatirkan Peningkatan Aktivitas Militer China, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/08/18/130537-as-khawatirkanpeningkatan-aktivitas-militer-cina (diakses 20 Juni 2011). 10 Dewitri, Dilema keamanan ASEAN dalam konflik laut cina selatan, dalam http://dewitri.wordpress.com/2009/01/03/dilema-keamanan-asean-dalam-konflik-laut-cina-selatan/ ( di akses 15 Maret 2012 ). 4

mengklaim wilayah Laut China Selatan. Diantara tetangga-tetangganya, Filipina, Vietnam, dan Jepang yang besuara paling keras memprotes aksi China. Aksi-aksi yang menunjukkan perlawanan terhadap aksi China ditanggapi oleh pemerintah China dengan aksi represive. Melalui duta besarnya untuk Filipina, Liu Jianchao, China menyatakan bahwa mereka tengah mengirim kapal perang ke daerah sengketa yakni sekitar Pulau Spratly. Kebijakan represif tersebut menunjukkan keseriusan China menguasai wilayah Laut China Selatan khususnya kepulauan Spratly, dan kepulauan Paracel. Sebab pemerintah China masih beranggapan bahwa Laut China Selatan merupakan bagian dari kedaulatannya karena dahulu merupakan bagian wilayah dari Dinasti Tang di abad ke 7. 11 Keinginan keras China kembali tampak dalam pernyataan juru bicara kementerian luar negerinya, Hong Lei, yang mengulang pernyataan sebelumnya bahwa kedaulatan China atas Kepulauan Spratly dan Paracel tidak dapat dipertentangkan. 12 Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik di Laut China Selatan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan bagaimana posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik di Laut China Selatan. 11 Okezone, China Kirim Kapal Perang ke Pulau Spratly, dalam http://international.okezone.com/read/2011/06/09/413/466410/china-kirim-kapal-perang-ke-pulauspratly (diakses 20 Juni 2011). 12 Kompas Online, RI Upayakan Percepatan DOC Laut China Selatan, dalam http://internasional.kompas.com/read/2011/06/08/08153820/ri.upayakan.percepatan.doc.laut.c hina.selatan (diakses 20 Juni 2011). 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Menjelaskan latar belakang terjadinya konflik di Laut China Selatan. b. Menjelaskan posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik di Laut China Selatan dan sikap Republik rakyat China di Laut China Selatan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai konstelasi politik internasional setelah berakhirnya perang dingin, khususnya di wilayah Laut China Selatan. Dan penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang studi Hubungan Internasional khususnya pengetahuan tentang posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik di Laut China Selatan 1.4 Penelitian Terdahulu Penelitian ini akan dibandingkan dengan beberapa penelitian lain, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Athanasius Aditya Nugraha, dalam jurnalnya yang berjudul Manuver Politik China dalam Konflik Laut Laut China Selatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan sebenarnya kepentingan China di Laut China Selatan sangatlah banyak, mulai dari kepentingan ekonomi sampai kemampuan proyeksi kekuatan militer dan penggentar nuklir. China tidak hanya ingin memperluas Zona Ekonomi Eksklusif di Laut China Selatan tetapi juga 6

ingin megendalikan lautan untuk mencapai proyeksi kekuatan yang lebih jauh. Penguasaan wilayah laut China Selatan tidak dapat disangkal lagi dapat memberikan China keunggulan di kawasan Asia Pasifik mulai dari kedaulatan wilayah, keunggulan ekonomi dan energi sampai kemampuan strategis militer China. Adapun penelitian selanjutnya yang kedua, dilakukan oleh Satyawan (2010) yang berjudul Komunikasi Negoisasi China Terhadap Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan. Penelitian tersebut membahas tentang kepentingan China di Laut China Selatan. Pembahasan lebih mengarah pada strategi China untuk mengimplementasikan keinginan yang dimiliki, sehingga terjadi sengketa dengan negara-negara lain yang wilayahnya mengelilingi Laut China Selatan. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga membahas tentang pengembangan negoisasi China dengan negara-negara lain yang bersengketa dan pihak lain yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kedaulatan Laut China Selatan secara keseluruhan diklaim oleh China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Klaim yang tumpang tindih antara negaranegara tersebut semakin meningkat ketika krisis minyak pada tahun 1973, yang kemudian ditambah berlakunya UNCLOS. Ketetapan PBB yang terkandung dalam UNCLOS, secara efektif menyebabkan konflik dan gesekan militer antara negara-negara yang bersengketa. Tapi China mengklaim Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya yang tidak terbantahkan dan tidak dapat diganggu gugat. Akan tetapi, kebijakan China terlihat kurang konsisten. Hal tersebut dikarenakan China menawarkan 7

penyelesaian sengketa dengan jalan damai, tetapi di sisi lain China menggunakan kekuatannya untuk menguasai beberapa kepulauan di Laut China Selatan. Akhirnya China mencari penyelesaian dengan melakukan diplomasi, hingga disepakatinya Declaration on the Conduct of Parties in the Southh China Sea. Tapi hasil dari deklarasi tersebut belum mampu menyelesaikan sengketa. Meskipun belum menyelesaikan sengketa, hubungan diplomatik antara ASEAN dengan China lebih baik daripada esensi sengketa Laut China Selatan. 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional Dalam konsep ini menjelasakan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu Negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu memenuhi kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional maka negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik,ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan. Menurut Mohtar Mas oed, kepentingan nasional setiap Negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu Negara atas Negara lain, 13 sebagaimana dalam bukunya Disiplin dan Metodologi : Kemampuan minimum Negara bangsa adalah melindungi identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan Negara bangsa lain. Diterjemahkan dalam pengertian yang lebih spesifik, Negara bangsa harus bisa mempertahankan integritas teritorialnya ( yaitu identitas fisiknya ), mempertahankan rezim ekonomi politiknya ( yaitu identitas politiknya ),yang mungkin saja demokratis, otoriter, sosialis atau komunis dan sebagainya, serta,memelihara norma-norma etnis, religious, 13 Mas oed Mohtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi. Jakarta: PT.Pustaka LP3ES Indonesia, hal 140. 8

linguistic dan sejarahnya ( yaitu identitas kulturalnya ). 14 Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui teknik teknik paksaan maupun kerjasama. Oleh sebab itu, kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu Negara untuk bertahan hidup dalam politik Internasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negara adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (militer) dan kesejahteraan (ekonomi). Kepentingan nasional diidentikkan dengan tujuan nasional. 1.5.1.1 Ekonomi Berbagai kebijakan ekonomi untuk meningkatkan posisi ekonomi Negara dianggap sebagai kepentingan nasional. Misalnya memperbaiki neraca perdagangan, memperkuat industri dalam negeri, menjamin akses minyak dalam negeri, gas dan energi lainnya. Kepentingan nasional dalam bidang ekonomi akan mencakup usaha pemerintah untuk memenuhi tuntutan perbaikan ekonomi melalui tindakan Internasional, meningkatkan kemampuan negara di dalam sistem itu sendiri, dimana saat ini kemampuan sebuah negara diukur dari perkembangan tingkat industri dan teknologinya dan juga mencakup bentuk perluasan diri atau 14 Mas oed Mohtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi. Jakarta: PT.Pustaka LP3ES Indonesia, hal 141. 9

imperialisme. Selain itu, bisa digunakan untuk mencari keuntungan, termasuk mendapatkan bahan mentah, pasar dan rute perdagangan yang tidak dapat diperoleh dari perdagangan biasa dan diplomasi. Aspek kepentingan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat meliputi produksi, distribusi, konsumsi barang-barang dan jasa. Sistem perekonomian yang diterapkan oleh suatu negara akan memberi corak terhadap kehidupan perekonomian negara yang bersangkutan. Misalnya sistem perekonomian liberal dengan orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, sebaliknya sistem perekonomian sosialis dengan sifat perencanaan dan pengendalian oleh pemerintah kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. 15 1.5.1.2 Military Security Konsep ini sebenarnya mengacu pada situasi dan keadaan dimana unsurunsur pokok yang membentuk suatu negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau warga negara, ekonomi, pemerintah, sistem konstitusi dan nilai-nilai hakiki yang dianut terjamin eksistensi dan fungsinya, tanpa gangguan pihak manapun. 16 Dalam hal ini sumber gangguan terhadap keamanan bisa berasal dari dalam atau internal maupun luar atau eksternal suatu negara. Dalam konteks keberadaan suatu negara di tengah sistem Internasional, masalah keamanan dipandang sebagai salah satu aspek penting kepentingan nasional yang harus diperjuangkan dan 15 andriyani, Aspek aspek ketahanan nasional, dalam http://andriyani22.blogspot.com/2011/05/aspek-aspek-ketahanan-nasional.html ( di akses 28 maret 2012 ). 16 La Ode Ida, Perspektif Keamanan Nasional Dalam Rangka Kepentingan Nasional dalam http://laodeidacenter.wordpress.com/2012/03/09/perspektif-keamanan-nasional-dalam-rangkakepentingan-nasional/ di akses 29 April 2012. 10

dipelihara, di samping kepentingan ekonomi. Dalam menjaga keamanan, faktor militer masih menduduki posisi penting dalam keamanan negara, walaupun dalam lingkungan keamanan Internasional ditekankan penyelesaian konflik melalui pendekatan politik, ekonomi, dan diplomasi, namun masih banyak negara menganggap cara militer merupakan usaha terpenting untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional. Keamanan militer disusun untuk menghadapi berbagai ancaman yang mengancam keutuhan wilayah negara. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut, sebuah negara memiliki kebijakan untuk memperkuat struktur dan kapasitas persenjataan, personal militer, dan menggelar pertahanan nasional yang dapat menangkal kekuatan militer asing yang akan menyerang negara bersangkutan. Untuk menjadi Negara yang kuat diperlukan kemampuan untuk berperang, sehingga peningkatan kapasitas militer suatu Negara adalah mutlak hukumnya. Penggunaan kapasitas militer dalam penyelesaian masalah Internasional selalu di artikan sebagai tindakan kekerasan. Jika semakin besar jaminan militer suatu negara, maka semakin besar pula jaminan keamanan yang dimiliki oleh Negara tersebut. Keamanan itu sendiri bisa diartikan sebagai kondisi atau perasaan aman dari kekerasan atau bahaya. 1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif 17. Penulis berusaha 17 Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang hanya menjelaskan (mendeskripsikan) variabel penelitian tanpa mencari (menjelaskan) hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. 11

menjelaskan posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik di Laut China Selatan. 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data Dikarenakan penelitian ini menggunakan data jenis sekunder maka teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi kepustakaan, baik dari buku, jurnal, surat kabar, dokumen resmi maupun dari internet. Pengumpulan data diawali dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin. Kemudian, data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam beberapa bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan. 1.6.3 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisa data dilakukan melalui analisa nonstatistik, dimana data tabel, grafik dan angka yang tersedia diuraikan dan ditafsirkan kedalam bentuk kalimat atau paragraf. Tehnik analisis data tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan yakni, klasifikasi data, mereduksi dan memberi intepretasi pada data yang diseleksi dengan menggunakan konsep tersebut. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Batasan Waktu Penelitian Penelitian ini hanya berorientasi pada data-data sekunder yang mendukung pendekatan yang dipakai oleh peneliti. Data-data tersebut dikumpulkan sejak 1947 sampai dengan tahun 2011. 1.7.2 Batasan Materi Penelitian Penelitian ini difokuskan pada posisi Republik Rakyat China dalam 12

dinamika konflik di Laut China Selatan. Faktor tersebut akan dilihat dengan menekankan bahwa perilaku sebuah negara dibatasi oleh kapasitas negara tersebut dalam sistem internasional. Untuk lebih jelas memahami fokus penelitian, perhatikan gambar berikut ini : Gambar 1.1 Locus, dan Focus Penelitian Pendekatan: -Konsep kepentingan nasional Penelitian Terdahulu: - Balance of Power -Diplomasi Locus: Republik Rakyat China Metode Penelitian: Studi Kepustakaan Permasalahan: Bagaimana posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik Laut China Selatan? Focus: Posisi Republik Rakyat China dalam dinamika konflik Laut China Selatan 1.8 Sistematika Penulisan Tulisan ini terdiri dari empat bab. Bab pertama merupakan Pendahuluan. Bab kedua berjudul Permasalahan Laut China Selatan dari sudut pandang Republik Rakyat China, bab ketiga berjudul posisi Republik Rakyat China dalam konflik di Laut Cina Selatan dan bab keempat merupakan Kesimpulan. Bab pertama yang merupakan Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian 13

pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua berjudul Permasalahan Laut China Selatan dari sudut pandang Republik Rakyat China. Pada bab ini penulis akan menjelaskan konflik antar negara-negara kawasan Laut China Selatan yang disebabkan oleh adanya klaim yang tumpang-tindih atas kepemilikan, dan pendudukan pulau pulau yang ada di kawasan Laut Cina Selatan. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan persepsi strategis Republik Rakyat China di Laut China Selatan. Bab ke-tiga berjudul Posisi Republik Rakyat China dalam Konflik Laut China Selatan. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan posisi Republik Rakyat China yang akan di ukur dengan kapabilitas ekonomi, militer Republik Rakyat China dan kepentingan politik negara tersebut. Bab ke-empat merupakan Penutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas serta saran-saran yang dianggap perlu dalam usaha menuju perbaikan dan kesempurnaan. 14