PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA NEONATUS UNTUK MENGURANGI NYERI AKIBAT PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN: MANAJEMEN NYERI PADA BAYI KURANG BULAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan

Pain Relief/Bebas Nyeri pada Neonatus

Pengaruh penerapan Developmental care terhadap stres fisiologis pada BBLR di Ruang Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta. Abstrak

EDITORIAL PENGANTAR REDAKSI SUSUNAN REDAKSI JURNAL KEPERAWATAN ANAK. Pembina: H. Edy Wuryanto S.Kp., M.Kep

Sri Suharti Akademi Keperawatan Baitul Hikmah Bandar Lampung

PEMBERIAN SUKROSA DAN NON-NUTRITIVE SUCKING

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009).

PENGARUH INTERVENSI GLUKOSA ORAL 30% TERHADAP RESPON NYERI BAYI DENGAN IMUNISASI DI PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

EFEKTIFITAS METODE 5 S (SWADDLING, SIDE/ STOMACH POSITION, SUSHING, SWINGING, SUCKING) TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI PENTAVALEN

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Afrika 11,9%, terendah di Eropa 6,2% dan Asia Tenggara 11,1% (Beck, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

EMPENG EFEKTIF MENURUNKAN NYERI BAYI SAAT PENGAMBILAN DARAH VENA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

parameter kriteria nilai skor Usia < 3 tahun tahun tahun 2 13 tahun 1 Jenis kelamin Laki-laki 2 Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

PENURUNAN RESPON NYERI AKUT PADA BAYI PREMATUR YANG DILAKUKAN PROSEDUR INVASIF MELALUI DEVELOPMENTAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

Mekanisme anatomi, fisiologi dan. Pengaruh Menyusui, Glukosa 40% dan Memeluk Bayi terhadap Respon Nyeri pada Bayi Cukup Bulan (Suatu Uji Klinis)

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah

EKA KHARISMA PUTRI NIM : S

Clinical Science Session Pain

PENGARUH FACILITATED TUCKING DAN MUSIK TERHADAP RESPON NYERI BAYI PREMATUR KETIKA PENGAMBILAN DARAH. Zubaidah, Elsa Naviati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

Larutan Glukosa Oral Sebagai Analgesik pada Pengambilan Darah Tumit Bayi Baru Lahir: Uji Klinis Acak Tersamar Ganda

Nyeri merupakan suatu pengalaman

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

PENINGKATAN SUHU BAYI PREMATUR MELALUI TERAPI SENTUHAN

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURUU DENGAN KESTABILAN TANDA VITAL PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT AN NISA TANGERANG 2014

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN ASI DAN NON-NUTRITIVE SUCKING UNTUK MENGURANGI RASA NYERI SAAT PROSEDUR INVASIF MINOR PADA BAYI BARU LAHIR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif merupakan suatu unit yang telah dirancang

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB III METODE PENELITIAN

EFFECT OF GLUCOSE ON THE RESPONSE PAIN BABY IN PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

META ANALISIS EFEKTIFITAS EARLY SKIN TO SKIN CONTACT TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

SATUAN ACARA PENYULUHAN

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

Berdasarkan SKRT tahun 2001, bayi berat

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai

INOVASI KEPERAWATAN NESTING PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH. Nesting berasal dari kata nest yang berarti sarang. Filosofi ini diambil dari sangkar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

Teknik Distraksi Guided Imagery sebagai Alternatif Manajemen Nyeri pada Anak saat Pemasangan Infus

Transkripsi:

PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA NEONATUS UNTUK MENGURANGI NYERI AKIBAT PENGAMBILAN SAMPEL DARAH Francisca Shanti Kusumaningsih Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia E-mail: shanticisca@gmail.com Abstrak Selama proses perawatan di rumah sakit, neonatus secara rutin mendapatkan tindakan invasif yang menimbulkan nyeri. Nyeri pada neonatus memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnya yaitu mengakibatkan perilaku, fisiologi dan respon metabolik yang negatif. Oleh karena itu penatalaksanaan yeri secara farmakologis maupun nonfarmakologi sangat diperlukan. Penatalaksanaan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian air susu ibu (ASI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen ASI untuk mengurangi nyeri saat dilakukan prosedur venapungsi. Metode penelitian ini adalah studi kasus pada enam bayi kurang bulan yang dilakukan venapungsi pengambilan sampel darah. Hasil penelitian ini menunjukkan sesaat segera sebelum diberikan ASI, rerata denyut jantung dan saturasi oksigen adalah 140x/menit dan,5%. Rerata denyut jantung dan saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi dilakukan adalah 147,8 x/menit, 93,1%; 147,1 x/menit, 93,5%; 146,1 x/menit, %; 142,5 x/menit,,6%. Skor nyeri yang dihitung menggunakan premature infants pain profile (PIPP) pada 0, 1, 3, dan 5 menit setelah prosedur venapungsi (jarum dilepas dari bayi) dilakukan adalah 7,0; 5,8; 3,3; 2,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian ASI sebanyak dua milliliter pada dua menit sebelum dilakukan tindakan venapungsi dapat mengurangi nyeri dan waktu menangis bayi akibat prosedur venapungsi pengambilan sampel darah. Kata kunci: Neonatus; venapungsi; air susu ibu, nyeri PENDAHULUAN Neonatus prematur pada umumnya memerlukan perawatan yang intensif dalam jangka waktu pendek dan panjang. Dalam proses perawatan di rumah sakit neonatus secara rutin mendapatkan tindakan invasif yang menimbulkan nyeri (Agarwal, Hegedorn, & Gardner, 2006). Anand (2001) menjelaskan bahwa nyeri bisa disebabkan oleh beberapa prosedur diagnostik seperti pungsi arteri, bronkoskopi, endoskopi, penusukan tumit, lumbal pungsi, Retinopaty of Prematurity (ROP), dan vena pungsi. Nyeri juga diakibatkan efek terapeutik seperti insersi atau pelepasan akses sentral, intubasi, ekstubasi selang dada, injeksi intramuskuler, pemasangan kateter vena, ventilasi mekanik, postural drainase, dan suction endotrakeal. Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri pada neonatus yang dirawat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup neonatus dimasa yang akan datang (American Academy of Pediatrics, 2000). Hal ini karena sekarang telah diyakini bahwa neonatus meskipun prematur, secara anatomi dan fisiologi telah mampu merasakan, mempersepsikan dan bereaksi terhadap nyeri secara fisiologis dan psikologis (Sahoo, Rao, Nesargi et al., 2013). Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 9

Nyeri pada neonatus dapat mengakibatkan perilaku, fisiologi dan respon metabolik yang negatif (Anand & Carr, 1989 dalam Sahoo, Rao, Nesargi et al., 2013). Perubahan fisiologis yang ekstrim bisa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hipoksia, hiperkarbia, asidosis, ventilator asinkron, pneumothorak, trauma reperfusi, kongesti vena, dan intraventrikular hemoragik. Paparan nyeri merupakan suatu stimulus yang dapat merusak perkembangan otak bayi dan berkontribusi terhadap gangguan belajar dan perilaku di masa anakanak (Bard, Abdallah, Hawari et al., 2010). Nyeri pada neonatus sulit untuk dievaluasi secara subyektif karena ketidakmampuan neonatus mengekspresikan secara verbal. Respon neonatus terhadap nyeri dapat dinilai melalui perubahan respon tubuh, perubahan perilaku, perubahan hormonal, perubahan anatomis dan pergerakan tubuh (Mackenzie, Acworth, Norden et al., 2005), menangis, meringis, perubahan denyut jantung, peningkatan tekanan darah (Tsao, Evans, Meldrum, Altman, & Zeltzer, 2007). Menurut Stevens, Johnston, Petryshen, dan Taddio (19), alat untuk mengkaji nyeri bayi secara umum dan sudah tervalidasi untuk bayi premature dan matur selama dilakukan tindakan yang menyebabkan nyeri adalah premature infants pain profile (PIPP). Penatalaksanaan nyeri pada neonatus adalah dengan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian ASI. Shah, Herbozo, Aliwalas, dan Shah (2012) dalam Systematic reviews dengan judul breastfeeding or breastmilk for procedural pain in neonates merekomendasikan pemberian ASI untuk mengurangi nyeri pada neonatus yang dilakukan tindakan yang menimbulkan nyeri. Neonatus yang diberikan ASI saat dilakukan tindakan yang menimbulkan nyeri mempunyai peningkatan frekuensi detak jantung lebih rendah, penurunan durasi menangis yang lebih rendah dibandingkan dengan plasebo (air), empeng atau massage. Air susu ibu sebaiknya digunakan pada prosedur tindakan untuk mengurangi nyeri pada neonatus daripada plasebo, empeng, posisi atau tidak diberikan intervensi. Penelitian yang dilakukan oleh Sahoo, Rao, Nesargi et al. (2013) juga menunjukkan bahwa pemberian ASI secara signifikan juga dapat mengurangi nyeri pada neonatus yang sedang dilakukan venapungsi, meskipun kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan dextrose 25%. Neonatus yang di rawat di Ruang Perinatologi sering mengalami prosedur pengambilan sampel darah dan menggunakan infus yang hampir setiap hari dilakukan pengulangan penusukan karena infus macet atau bengkak. Hal ini berarti Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 10

neonatus akan sering mengalami prosedur yang menyebabkan nyeri dimana akan memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Pemberian sukrosa untuk mengurangi nyeri pernah dilakukan di ruangan, tetapi persediaan sukrosa tidak selalu ada di ruangan. Untuk mengurangi nyeri saat prosedur tersebut, neonatus juga diberikan pacifier (empeng) atau bahkan tidak diberikan intervensi. Neonatus yang dirawat di Ruang Perinatologi mempunyai sediaan ASI yang disimpan oleh ibu di dalam lemari es. Ibu juga mudah untuk dihubungi apabila persediaan ASI tidak cukup untuk neonatus. Oleh karena itu peneliti merasa yakin bahwa pemberian ASI untuk mengurangi nyeri pada neonatus yang sedang dilakukan tindakan yang menimbulkan nyeri bisa dilaksanakan di ruangan. TINJAUAN TEORITIS Nyeri pada Neonatus Nyeri merupakan fenomena multidimensi yang dipengaruhi oleh persepsi sensori dan emosional individu (Melzack & Wall, 15 dalam Kenner & McGrath, 2004). Sherwood (2009) menjelaskan bahwa nyeri merupakan mekanisme proteksi untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Persepsi nyeri berada pada area kortek (fungsi evaluatif kognitif) yang muncul akibat stimulus menuju saraf spinotalamikus dan talamiko kortikalis (Hall & Anand, 2005). Bayi preterm mempunyai komponen anatomis, neurofisiologis, dan hormonal untuk mempersepsi nyeri. Kontrol inhibitorik desendens pusat kurang berkembang sehingga respons terhadap stimulus nyeri lebih hebat dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Serabut saraf yang tidak bermyelin mampu mentransmisikan nyeri. Menurut Lissauer dan Fanaroff (2009), reseptor sensorik dan neuron kortikal telah berkembang pada usia gestasi 20 minggu. Pada usia gestasi 24 minggu timbul sinapsinaps kortikal, dan pada usia gestasi 30 minggu telah terjadi mielinisasi pada jaras nyeri dan perkembangan sinaps medulla spinalis dengan serabut-serabut sensorik. Indikator Penilaian Nyeri pada Bayi Nyeri harus dinilai secara rutin dengan menggunakan skala yang tepat. Indikator untuk menentukan bayi sedang mengalami nyeri yang dapat dilihat adalah respon fisiologis, perubahan tingkah laku dan respon biokimia. Tenaga kesehatan yang professional diharapkan mempunyai kemampuan untuk menilai nyeri bayi secara objektif, dan membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan analgetik yang sesuai (Burton & Mackinnon, 2007). Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 11

Instrument penilaian nyeri pada bayi harus dipilih berdasarkan usia dan perkembangannya sehingga didapatkan informasi yang akurat dan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah. Berbagai instrumen penilaian nyeri bayi adalah: premature infants pain profile (PIPP), neonatal facial coding scale (NFCS), neonatal infant pain scale (NIPS), CRIES Score, Pain assessment tool (PAT). Alat untuk mengkaji nyeri bayi secara umum dan sudah tervalidasi untuk bayi premature dan matur selama dilakukan tindakan yang menyebabkan nyeri adalah PIPP (Stevens et al., 19). Prematur infant pain profile mempunyai tujuh indikator pengukuran yang meliputi perilaku, fisiologi, dan indikator kontekstual. Usia gestasi dan perilaku bayi juga dimasukkan dalam penjumlahan nilai. Pengukuran PIPP terdiri dari usia gestasi, status perilaku, penonjolan dahi, pejaman mata, lekukan nasolabial, denyut jantung dan saturasi oksigen. Penatalaksanaan Nyeri pada Bayi American Academy of Pediatrics (2000) merekomendasikan prinsip umum dalam pencegahan dan manajemen nyeri antara lain dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Metode nonfarmakologis antara lain glukosa/ sukrosa, non nutritive sucking (NNS)/ empeng/ pacifier, skin to skin contact /kangaroo care/ metode kanguru, stimulasi multi sensori, membedong/ swaddling/ bundling, facilitated tucking position, breastmilk/ breastfeeding. Penatalaksanaan farmakologis yang dapat digunakan pada bayi adalah: opioid (morfin, fentanyl), anestesi (lidokain, EMLA, ketamin, thiopental), dan acetaminophen. Terapi farmakologis untuk menghilangkan atau meredakan nyeri diberikan pada prosedur nyeri berat (mayor), tetapi tidak diberikan untuk prosedur yang menimbulkan nyeri ringan (minor) seperti pengambilan sampel darah atau pemasangan infus. Pemberian obat-obatan dalam jangka waktu lama dan dosis yang kurang tepat dapat menyebabkan hipotensi dan depresi sistem pernapasan (Mountcastle, 2009). Salah satu metode nonfarmakologis yang efektif untuk menurunkan nyeri pada tindakan yang menimbulkan nyeri adalah memberikan air susu ibu (Sahoo, Rao, Nesargi et al., 2013; Shah et al., 2012; Upadhyay, Aggarwal, Narayan, Joshi, Paul, & Deorari, 2004). Air susu ibu merupakan air susu yang dihasilkan oleh kelenjar mamae ibu. Air susu ibu mempunyai rasa yang manis karena mengandung laktosa dan zatzat lain. Dibandingkan dengan formula lain, ASI mengandung konsentrasi tryptophan yang lebih tinggi (Heine, 1999) yang merupakan prekusor melatonin. Melatonin terbukti meningkatkan konsentrasi beta Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 12

endorphin (Barrett, Kent, & Voudoris, 2000) dan memungkinkan untuk menjadi suatu mekanisme efek nosiseptif ASI. Pemberian air susu ibu sebagai pereda nyeri dinilai lebih natural, mudah didapatkan, mudah untuk digunakan, tidak memerlukan tambahan biaya, dan tidak mempunyai risiko (Schollin, 2004). HASIL KEGIATAN Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada enam bayi yang akan dilakukan vena pungsi untuk pengambilan sampel darah yang memenuhi kriteria inklusi: usia gestasi 34 minggu, Apgar skor 5 pada menit ke 5, mendapatkan nutrisi enteral/ sudah minum oral, tidak menggunakan analgetik opioid, sedatif, atau Phenobarbital. Kegiatan ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Perinatologi, Special Care Nursery (SCN) 2 dan SCN 3. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri. Untuk mengetahui reliabilitas observer, dilakukan dengan merekam satu kegiatan venapungsi pengambilan sampel darah kemudian dilakukan dua kali penilaian dengan skor PIPP dalam waktu yang berbeda oleh mahasiswa sendiri. Penilaian pertama dan kedua mempunyai selisih waktu tiga hari. Hasil penilaian tersebut kemudian dihitung. Peneliti mendapatkan kesamaan nilai lebih dari 70%, maka observasi yang dilakukan dengan instrument PIPP adalah reliable. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian ASI dilakukan pada rerata waktu 1 jam 39 menit setelah waktu minum terakhir. Sesaat segera sebelum diberikan ASI, rerata denyut jantung adalah 140x/menit. Rerata denyut jantung pada 0, 1, 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi dilakukan adalah 147,8 x/menit, 147,1 x/menit, 146,1 x/menit, 142,5 x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa respon nyeri yang dialami oleh bayi meningkatkan denyut jantung pada 0-30 detik pertama dan mulai menurun pada menit pertama dan terus berkurang pada menit-menit berikutnya. Pada menit kelima denyut jantung mendekati tingkat yang sama seperti saat sebelum dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri. Sesaat segera sebelum diberikan ASI, rerata saturasi oksigen adalah,5%. Rerata saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi dilakukan adalah 93,1%, 93,5%, %,,6%. Hal ini menunjukkan bahwa respon nyeri yang dialami oleh bayi menurunkan saturasi oksigen pada 0-30 detik pertama dan mulai meningkat pada menit pertama dan terus bertambah pada menit-menit berikutnya. Pada menit kelima saturasi oksigen mendekati tingkat yang sama seperti saat Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 13

sebelum dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri. Venapungsi pengambilan sampel darah dilakukan antara 8-10 detik. Skor nyeri yang dihitung menggunakan PIPP pada 0, 1, 3, dan 5 menit setelah prosedur venapungsi (jarum dilepas dari bayi) dilakukan adalah 7, 0;5,8; 3,3; 2,5. Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum, bayi yang dilakukan prosedur mengalami peningkatan nyeri pada 30 detik pertama dan pada menit pertama sudah mengalami penurunan nyeri sampai batas nyeri ringan/tidak nyeri. Hal ini berarti juga bahwa pemberian ASI pada bayi yang dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri dapat menurunkan nyeri pada 1 menit pertama setelah tindakan. setelah dilakukan prosedur venapungsi adalah 17,3 detik. Waktu menangis pada bayi prematur lebih lama dibandingkan dengan bayi matur karena selain karena respon nyeri yang dialami lebih tinggi juga karena pada bayi prematur masih banyak syaraf tidak bermielin, sehingga transmisi nyeri pada bayi prematur lebih lambat. Tabel 1. Karakteristik Responden Parameter R1 R2 R3 R4 R5 R6 Berat badan 3000 2262 1900 3100 3200 1825 (gr) Usia gestasi 38 36 35 38 38 35 (mgg) Usia koreksi 3 3 3 8 5 3 (hari) Lama waktu 90 105 95 105 97 105 setelah minum terakhir (menit) Waktu 8 10 8 10 9 8 pengambilan sampel (detik) Lama waktu menangis (detik) 17 19 18 18 14 18 Skor PIPP lebih tinggi pada bayi yang lahir pada usia 32-36 minggu 6 hari (rerata 5,5) daripada usia 36 minggu (rerata 4,1). Hal ini bisa disebabkan karena kontrol inhibitorik desendens pusat bayi prematur kurang berkembang dibandingkan bayi yang matur, sehingga respon terhadap stimulus nyeri lebih hebat. Konsentrasi sel reseptor perifer lebih tinggi pada bayi dibanding orang dewasa, terlebih pada bayi prematur memiliki kulit yang lebih tipis sehingga sehingga respon terhadap nyeri lebih tinggi. Respon tangisan pada bayi terjadi selama 14-18 detik dengan rerata lama waktu menangis Tabel 2. Denyut Jantung Dan Saturasi Oksigen R1 R2 R3 R4 R5 R6 Baseline 143 99 131 95 150 141 92 135 140 Setelah venapungsi 0-30 detik 147 97 152 90 150 148 95 1-1,5 menit 98 143 93 155 95 90 149 92 146 93 3-3,5 menit 98 143 93 152 91 92 147 5-5,5 menit 140 98 140 95 147 143 91 140 Tabel 3. PIPP SCORE R1 R2 R3 R4 R5 R6 Re rat a 0-30 detik 7 7 8 6 6 8 7,0 1-1,5 menit 6 7 8 2 5 7 5,8 3-3,5 menit 4 5 3 0 4 4 3,3 5-5,5 menit 2 3 3 0 3 4 2,5 Total 4,75 5,5 5,5 3,3 4,5 5,75 Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 14

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ASI dapat mengurangi nyeri yang dialami oleh bayi akibat prosedur venapungsi pengambilan sampel darah. Tangisan pada bayi juga terjadi dengan waktu yang singkat. Hal ini disebabkan ASI mempunyai rasa yang manis karena mengandung laktosa. Dibandingkan dengan formula lain, ASI mengandung konsentrasi tryptophan yang lebih tinggi (Heine, 1999). Tryptophan merupakan prekusor melatonin. Melatonin terbukti meningkatkan konsentrasi beta endorphin (Barrett et al., 2000) dan memungkinkan untuk menjadi suatu mekanisme efek nosiseptif ASI. Pemberian ASI sebagai pereda nyeri memiliki banyak keuntungan karena dinilai lebih natural, mudah didapatkan, mudah untuk digunakan, tidak memerlukan tambahan biaya, dan tidak mempunyai risiko bila dilakukan secara berulang (Schollin, 2004). Tetapi pada pelaksanaan penelitian ini kendala yang dialami justru pada tidak tersedianya ASI pada bayi yang akan dilakukan prosedur venapungsi pengambilan sampel darah. Bayi yang dirawat di ruang perinatologi tidak memiliki persediaan ASI karena ibu tidak memerah susu untuk bayinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 5 orang ibu, ibu tidak memompa ASI untuk anaknya karena tidak tahu bagaimana cara memompa dan menyimpan ASI, ibu mengeluh ASI belum keluar, produksi ASI masih sedikit, berpikir bahwa bayinya sudah cukup minum hanya dengan susu formula, dan kurang memahami manfaat pemberian ASI untuk anaknya. Secara umum ibu tidak mengetahui fisiologis menyusui dan manfaat pemberian ASI. Hal ini merupakan tantangan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan cakupan ASI mengingat manfaat ASI yang sangat besar. Melihat masalah diatas, langkah yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan edukasi pada ibu tentang fisiologi menyusui dan manfaat pemberian ASI. Dengan memberikan edukasi pada ibu akan meningkatkan pemahaman ibu tentang kebutuhan bayi dan meningkatkan kepercayaan diri dan keinginan ibu untuk bisa memenuhi kebutuhan bayi. Kepercayaan diri ibu yang tinggi terhadap kemampuan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan meningkatkan bonding ibu dan bayi. Sehingga secara tidak langsung akan mendukung developmental care bayi. KELEMAHAN Kelemahan dari penelitian ini adalah prosedur vena pungsi pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas yang berbeda, yaitu pada dua orang responden. Sehingga kemungkinan respon nyeri akan berbeda karena stimulus yang diterima dilakukan oleh orang yang berbeda. Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 15

KESIMPULAN ASI yang diberikan sebanyak 2 ml dalam waktu 2 menit sebelum dilakukan tindakan venapungsi pengambilan sampel darah dapat mengurangi nyeri yang dialami oleh bayi dan dapat mengurangi waktu menangis bayi akibat prosedur venapungsi pengambilan sampel darah. SARAN Pemberian ASI sebagai pereda nyeri sebaiknya dilakukan karena memiliki banyak keuntungan antara lain; lebih natural, mudah didapatkan, mudah untuk digunakan, tidak memerlukan tambahan biaya, dan tidak mempunyai risiko bila dilakukan secara berulang. Pemberian ASI sebagai pereda nyeri sebaiknya dilakukan karena secara tidak langsung akan meningkatkan cakupan ASI, meningkatkan bonding ibu dan bayi, dan developmental care bayi. Memberikan edukasi secara langsung kepada ibu mengenai fisiologis menyusui dan manfaat ASI untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri ibu. DAFTAR PUSTAKA Academy of Breastfeeding Medicine Protocol Committee. (2010). Nonpharmacologic management of procedure-related pain in the breastfeeding infant. Breastfeed Med, 5(6), 315-9. American Academy of Pediatrics. (2000). Prevention and management of pain and stress in the neonate. Pediatrics, 105, 454-61. Agarwal, R., Hogedom, M.L., & Gardner, S.L. (2006). Pain and pain relief: Handbook of neonatal care (pp. 191-218). St. Louis: Mosby. Anand, K.J., & The International Evidence- Based Group for neonatal Pain. (2001). Consensus statement for the prevention and management of pain innewborn. Arch Pediatr Adolesc Med, 155. Badr, L. K., Abdallah, B., Hawari, M., Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P. (2010). Determinans of premature infants pain responses to heelsticks. Pediatrics Nursing, 36(3), 129-136. Barrett, T., Kent, S., & Voudoris, N. (2000). Does melatonin modulate betaendorphin, cortocosterone, and pain threshold?. Life Sciences, 66,467-76. Burton, J., & MacKinnon, S. (2007). Selection of a tool to assess postoperative pain on a neonatal surgical unit. Infant, 3(5), 188-1. Hall, R. W., & Anand, K. J. (2003). Short and long term impact of neonatal pain and stress. NeoReviews, 6, 69-74. Heine, W. E. (1999). The significance of tryptophan in infant nutrition. Advances in Experimental Medicine and Biology, 467, 705-10. Sahoo, J.P., Rao, S., Nesargi, S., Ranjit T., Ashok, C., & Bhat, S. (2013). Expressed breastmilk vs 25% dextrose in procedural pain in neonates, a double blind randomized controlled trial. Indian Pediatr, 50(2), 1-5. Kenner, C. & McGrath, J. M. (2004). Developmental care of newborn. Philadelphia: Mosby. Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 16

Lissauer, T., & Fanaroff, A. (2009). At a glance neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Schollin, J. (2004). Analgesic effect of expressed breastmilk in procedural pain in neonates. Acta Paediatrica, 93, 453-5. Shah, P. S., Herbozo, C., Aliwalas, L. L., & Shah, V. S. (2012). Breastfeeding or breast milk forprocedural pain in neonates. Cochrane Database of Systematic Reviews. Issue 12. Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC Stevens, B. J., Johnston, C. C., & Horton L. (1993). Multidimensional pain assessment in premature neonates: pilot study. Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 22, 531-41. Stevens, B., Johnston, C., Petryshen, P., & Taddio, A. (19). Premature infant pain profile: Development and initial validation. Clin J Pain, 12, 13-22. Tsao, J. C. I., Evans, S., Meldrum, M., Altman, T., & Zeltzer, L. K. (2007). A review of CAM for procedural pain in infancy: Part I. Sucrose and non nutritive sucking. Adance Acces Publication, 5(4), 371-381. Upadhyay, A., Aggarwal, R., Narayan, S., Joshi, M., Paul,V. K., & Deorari, A. K. (2004). Analgesic effect of expressed breast milk in procedural pain in term neonates: a randomized, placebo-controlled, double-blind trial. Acta Paediatr, 93(4), 453-5. Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016 17