BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Penduduk Miskin (Dalam Juta) Percentace (%)

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Pengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh Sekretariat. Menteri Negara Kependudukan BKKBN Jakarta (1994:5) adalah unit terkecil dari

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi, juga menciptakan lapangan kerja dan mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kebutuhan pokok /utama manusia pada umumnya.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

Hakekat Perencanaan. Model Perencanaan. Proses Perencanaan Program 5/24/2017. Community Development Program. Prinsip community development program

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

A /'\ purposive. pzzq. ' sampling METODE PENELITIAN sampling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan pokok dari pelaksanaan program yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sulitnya mengendalikan peningkatan pengangguran merupakan masalah

Kemiskinan di Indonesa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang ditulis Hernawati tentang Upaya Meningkatkan

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian.

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Tata cara pelaksanaan pendataan dan pemetaan Keluarga MELALUI POSDAYA

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

dikonsumsi (termasuk kebutuhan pangan dan non pangan).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan itu sangatlah luas. Kemiskinan bisa saja terjadi dikalangan masyarakat manapun, bisa terjadi diberbagai tingkat usia manapun maupun diberbagai tingkat pendapatan masyarakat. Persoalan kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka. Umumnya ketika orang berbicara mengenai kemiskinan, maka yang dimaksud adalah kemiskinan material, dimana seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok. Padahal, kemiskinan tidak hanya terkait dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi kemiskinan juga terkait erat dengan berbagai dimensi kehidupan lainnya seperti kesehatan, pendidikan, jaminan masa depan, dan peranan sosial. Garis kemiskinan adalah besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya baik kebutuhan hidup minimum untuk makanan atau bukan makanan. Konsep garis kemiskinan seringkali dipakai untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang dapat dipakai seseorang untuk

2 memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan perumahan yang diharapkan mampu menjamin kehidupannya. Dari sini maka tidak terlalu sulit untuk mengatakan bahwa orang miskin akan nampak pada kurangnya bahan makanan, pakaian, dan perumahan yang dimiliki seseorang atau kelompoknya (Todaro, 2006:87). Kemiskinan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional /BKKBN adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya. Miskin atau kurang sejahtera diidentifikasikan dalam keluarga sebagai berikut: 1. Pra Keluarga Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keluarga berencana. Secara operasional mereka tampak dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut: a. Menjalankan ibadah sesuai agamanya, b. Makan minimal 2 kali per hari, c. Pakaian lebih dari satu pasang, d. Sebagian besar lantai rumahnya bukan dari tanah, dan e. Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Secara optimal mereka tidak mampu memenuhi salah satu indikator sebagai berikut: a. Menjalankan ibadah secara teratur, b. Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan, c. Minimal memilki baju baru sekali dalam setahun, d. Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10 60 tahun yang buta huruf latin, e. Semua anak berusia 7 15 tahun bersekolah, f. Salah satu anggota keluarga berpenghasilan tetap, dan

3 g. Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masing dapat melaksanakan fungsinya dengan baik (Roro, 2011:3). Terkadang yang kita ketahui, kemiskinan banyak terjadi di daerah-daerah terpencil saja. Namun tentu saja, kemiskinan bisa terjadi di mana saja. Begitupun dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung. Berikut adalah jumlah kepala keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung berdasarkan wilayah tahun 2011: Tabel 1.1 Jumlah Kepala Keluarga Pra Sejahtera di Kota Bandung Berdasarkan Wilayah Tahun 2011 No. Wilayah Jumlah Kepala Keluarga Pra Keluarga Sejahtera 1. Bojonagara 629 2. Cibeunying 2.552 3. Tegalega 6.641 4. Karees 4.369 5. Ujungberung 3.275 6. Gedebage 1.248 Jumlah 18.714 Sumber: BPS,Bandung Dalam Angka 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 tampak bahwa jumlah KK Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung berdasarkan wilayah tahun 2011 sebanyak 18.714 kepala keluarga, wilayah Tegalega memiliki jumlah kepala keluarga pra keluarga sejahtera tertinggi sebesar 6.641 kepala keluarga, sedangkan wilayah Bojonagara merupakan yang terendah yaitu 629 kepala keluarga. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengetaskan kemiskinan ialah dengan memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada rakyat miskin di Indonesia. Kebijakan pemerintah terkait dengan bantuan tersebut diakibatkan semakin bertambahnya jumlah masyarakat miskin, Jenis bantuan saat ini yang diberikan langsung oleh pemerintah kepada masyarakat Indonesia salah

4 satunya Kota Bandung yang dilatarbelakangi adanya kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak). Bantuan ini ditujukan kepada rakyat miskin karena ingin membantu dalam hal financial yaitu BLSM (Bantuan Langsung Sementara masyarakat). Berikut data masyarakat penerima BLSM di Kota Bandung menurut wilayah Tahun 2013: Tabel 1.2 Data Penerima BLSM di Kota Bandung Menurut Wilayah Tahun 2013 No. Wilayah Jumlah Penerima BLSM 1. Bojonagara 320 2. Cibeunying 1.100 3. Tegalega 4.234 4. Karees 2.350 5. Ujungberung 1.500 6. Gedebage 698 Jumlah 10.202 Sumber : Dinas Sosial Kota Bandung Tingkat pendidikan dibagi kedalam 5 kategori yaitu tidak tamat SD, SD dan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan kepala keluarga di Kota Bandungkhususnya kepala keluarga pra keluarga sejahtera dan yang mendapatkan BLSM masih rendah terbukti bahwa kebanyakan kepala keluarga sekolah sampai tamatan SD dan SLTP. Data berikut menggambarkan bagaimana tingkat pendidikan di Kota Bandung berdasarkan Kepala Keluarga Pra KS.

5 Tabel 1.3 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan menurut Wilayah Wilayah Tidak Tamat SD Tahun 2011 Tamat SD-SLTP Tamat SLTA Tamat AK/PT Bojonagara 40 130 117 33 Cibeunying 280 320 372 28 Tegalega 578 1644 1923 89 Karees 43 1242 987 78 Ujungberung 98 410 900 92 Gedebage 98 300 270 30 Sumber : BPS Bandung Dalam Angka 2012 Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya (Ala, 1996:6). Kemiskinan yang sedang diteliti di Kota Bandung ini penulis kategorikan ke dalam kategori kemiskinan absolut, karena penelitian difokuskan kepada golongan masyarakat miskin kepala keluarga pra keluarga sejahtera yang berarti bahwa hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan masyarakat tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan minimum mereka. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dari minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan menjadikan orang berkeinginan untuk merantau ke kota-kota besar salah satunya Kota Bandung. Namun, hal tersebut belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Kehidupan di perkotaan menjadi semakin keras saat semua orang berusaha untuk mendapat kesejahteraan. Banyak orang yang mempunyai kemampuan di bidangnya dapat dengan mudah mencapainya, namun banyak juga yang malah menganggur di perkotaan tersebut.

6 Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang kemiskinan di Kota Bandung dilihat dari jumlah penduduk dan sosial budaya. Selengkapnya judul penelitian yang akan penulis angkat adalah STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana deskripsi pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota b. Bagaimana deskripsi pengeluaran keluarga pra keluarga sejahtera di Kota c. Bagaimana deskripsi beban tanggungan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota d. Bagaimana deskripsi pekerjaan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota e. Bagaimana deskripsi intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera di Kota f. Bagaimana deskripsi tempat tinggal keluarga pra keluarga sejahtera di Kota 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. b. Untuk mengetahui pengeluaran keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. c. Untuk mengetahui beban tanggungan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. d. Untuk mengetahui pekerjaan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. e. Untuk mengetahui intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung.

7 f. Untuk mengetahui tempat tinggal keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang terkait diantaranya adalah: a. Bagi penulis dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Bagi pembuat kebijakan dapat berguna sebagai bahan informasi dalam melakukan langkah-langkah yang perlu ditempuh guna mengurangi kemiskinan di Indonesia c. Bagi kalangan akademis dapat berguna sebagai bahan kajian dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan tentang betapa pentingnya adanya pemerataan kesejahteraan rakyat d. Bagi masyarakat luas dapat berguna sebagai bahan informasi yang benar tentang kemiskinan di Kota Bandung, dan umumnya di Indonesia.