BAB III KAJIAN ISI. dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN FILOLOGIS. filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kumpulan beribu ribu pulau, sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara

BUKU MAKRIPATING KAPAL (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS DAN KAJIAN MISTIK)

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI*

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN

Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa. Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang lan salam karaharjan tumrap kita sami.

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ. Yesi Permata Eko Wardani

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

Serat Pawukon di Surakarta (Sebuah Kajian Filologis dan Kodikologis)

DAMEL MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI BASIS WEB TUMRAP SISWA VIII SMP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

STRUKTURALISME GENETIK NOVEL JEMINI ANGGITANIPUN SUPARTO BRATA SKRIPSI

PATHISARI. Wosing tembung: cariyos sambung, analisis struktural, gegayutan perangan. xviii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TETANDHINGAN METODE COOPERATIVE SCRIPT SAHA METODE NUMBERED HEADS TOGETHER TUMRAP KASAGEDAN MAOS WACANA AKSARA JAWA SISWA KELAS X SKRIPSI

KAJIAN INFERENSI SALEBETING WACANA MURAL BASA JAWI WONTEN ING KITHA YOGYAKARTA. Arif Rohmawan Mulyana

BEDANIPUN METODE MAKE A MATCH SAHA PICTURE AND PICTURE TUMRAP KAPRIGELAN MAOS WAOSAN SINERAT MAWI AKSARA JAWA SISWA KELAS VIII SMP N 3 GODEAN SKRIPSI

Mengamati Kehidupan Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

MEDIA DOLANAN TELU DADI PARIKAN NGANGGE PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

Assalamu alaikum Wr. Wb. Mugi karaharjan, kawilujengan lan kasarasan tansah Kajiwa kasalira kula panjenengan sami.

PIWULANG MORAL WONTEN ING CAKEPAN GENDHING DOLANAN WONTEN ING BUKU GENDHING-GENDHING DOLANAN ANGGITANIPUN SRI WIDODO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BERFOKUS KEPADA TUHAN

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali.

STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

PEPALI PAGESANGAN TIYANG JAWI WONTEN ING DESA NUNGKULAN KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

2. Satleraman ngengingi Sastra Jawi Kina

TEMBUNG KAHANAN BASA JAWI KINA WONTEN ING BASA JAWI ENGGAL (Adhedhasar Kamus Jawa Kuna-Indonesia kaliyan Baoesastra Djawa) SKRIPSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

SKRIPSI Dipunajengaken. dening

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

MEDIA PASINAON NYEMAK CARIYOS WAYANG KANTHI PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VIII. Skripsi

DAMEL BUKU SINAU MAOS SAHA NYERAT AKSARA JAWA KANTHI IRAH-IRAHAN CARAKA KANGGE SISWA SMP SKRIPSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

Oleh : Mas Kumitir 1 P A M E L E N G

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

SERAT WEDHAPRADANGGA

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ KAWRUH SAJATOSING GÊSANG WONTÊN ING SÊRAT SULUK WARNI-WARNI. Mohamad Wahyu Hidayat

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TRADISI ZIARAH MAKAM SUNAN PANDAN ARAN ING DESA PASEBAN KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN. Agung Kurniadi

DAMEL MEDIA NYEKAR MACAPAT ASMARADANA MAWI ANDROID MOBILE TUMRAP SISWA KELAS VII SMP. Indra Dharmawan

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PIWULANG MORAL WONTÊN ING SÊRAT ÉNDRÅLAKSITÅ

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

Jangka Ranggawarsita Sabda Pranawa Kajarwaaken: R.Rg. Sastrasardaga hal.1/5

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

SÊRAT PURWAKA SURTI (Suatu Tinjauan Filologis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

Sabda Pranawa. Angitanipun R.Ng. Ranggawarsita. Oleh : Mas Kumitir 1

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

Transkripsi:

BAB III KAJIAN ISI Sumber ilmu dan pengetahuan yang berkembang saat ini, merupakan hasil dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar yang kemudian dikembangkan dan dipelajari lebih lanjut oleh para ilmuan. Sumber ilmu dan pengetahuan seperti itu berasal naskah-naskah lampau atau yang biasa disebut dengan manuskrip. Sebagian besar manuskrip di Jawa tertulis dalam bentuk puisi maupun prosa. Ilmu dan pengetahuan yang terkandung pada naskah kuna memiliki beragam jenis mulai dari sejarah, religi: Islam, kejawen, cerita roman, piwulang, wayang, hukum dan lain sebagaianya. Naskah BMK merupakan naskah sains Jawa. Dalam penjabarannya, teks BMK ditulis menggunakan istilah-istilah mistik Islam. Dalam memahami naskah seperti ini, tidak bisa langsung serta merta mengerjakan dan menyimpulkan kandungan isi yang termuat di dalamnya, akan tetapi harus melalui analisis berulang-ulang, pemikiran serta interpretasi secara mendalam. Pemaknaan istilah-istilah yang terdapat di dalam naskah BMK tidak dapat dilakukan dengan suntingan teks dan terjemahan secara gampang. Ada sisi yang sulit yaitu berupa pemikiran dan penafsiran. A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kuda dalam Naskah BMK Perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur pada mahluk hidup disebut tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang 84

85 merupakan salah satu ciri-ciri pokok yang terjadi pada mahluk hidup. Naskah BMK ini berisi tentang penjelasan umur kuda yang dapat diketahui dengan mengamati jumlah dan bentuk gigi kuda. Sementara itu, perubahan jumlah dan bentuk gigi kuda pada masa tertentu diiringi pula dengan perubahan sifat-sifatnya. Dengan demikian kuda mempunyai sifat khusus pada fase-fase tertentu. Berikut ini sifat kuda berdasarkan umur : 1. Kuda umur 0-3 tahun Kuda sejak lahir sudah mempunyai gigi. Jumlah giginya adalah empat pasang, yaitu dua pasang tumbuh pada rahang depan bagian atas dan dua pasang pada rahang depan bagian bawah. Beberapa hari setelah kuda itu lahir, dua pasang gigi akan tumbuh secara bergantian. Proses tumbuhnya gigi kuda sama dengan saat gigi kuda itu lepas, yaitu per-pasang. Kuda pada umur 0-3 tahun ini, jumlah giginya secara keseluruhan adalah enam pasang, yaitu tiga pasang tumbuh pada rahang depan bagian atas dan tiga pasang pada rahang depan bagian bawah. Proses tumbuhnya gigi kuda menjadi enam pasang ini, terjadi hingga umur tiga tahun. Sehingga dapat disimpulkan, paada umur tiga tahun kuda telah mempunyai gigi berjumlah tiga pasang atau enam buah, yaitu enam buah pada rahang atas dan enam buah berada pada rahang bawah. Bentuk gigi kuda pada umur sekian adalah kecil dan berwarna putih. Hal ini disebutkan pada halaman 2-3, sebagai berikut.

86 Kapal bêlo awit lair sangking biyungipun, untu ingkang ngandhap naming 6 ingkang nginggil 6 iji. Punika tanpa mawi cêmêng saha lêkok, tuwin warni alit-alit pêthak.(hlm.2-3) Terjemahan : Anak kuda yang lahir dari induknya, gigi yang ada pada rahang bawah 6 buah dan rahang atas berjumlah 6 buah. Gigi-gigi ini tidak berwarna hitam dan berlekuk-lekuk, akan tetapi berbentuk kecil-kecil berwarna putih Pada kuda yang sudah berumur 3 tahun, akan mulai poèl. Poèl artinya merontokkan gigi-gigi anak, kemudian digantikan dengan gigi-gigi dewasa. Proses poèl terjadi per-pasang yakni dimulai dari sepasang gigi yang berada di tengah rahang bagian depan. Proses Poèl pada kuda, terjadi secara bergantian per-pasang gigi bergantian selama kurang lebih 2 tahun. Mulai dari anak kuda berumur 3 tahun hingga umur kuda kurang lebih 6 tahun. Hal ini dijelaskan pada halaman 3 sebagai berikut. Manawi sampun kalampahan umur 1000 dintên, dados kirang langkung kapal bêlo umur 3 taun, punika wiwit poèl. Têgêsipun awit angtrêntahakên untu bêlo amung sajodho ingkang têngah, ngantos dumugi umur 2000 dintên. (hlm.3) Apabila kuda sudah memasuki umur 1000 hari, jadi kurang lebih anak kuda telah berumur 3 tahun ini mulai poèl. Poèl artinya merontokan gigi anak

87 kuda dimulai dari sepasang gigi yang berada di tengah, hal ini terjadi sampai umur 2000 hari. Adapun sifat kuda umur 0-3 tahun adalah kawuningan wiradat ing dzat supe. Artinya dalam keadaan sifat lupa. Lupa pada kuda, memiliki arti anak kuda itu masih susah untuk dikendalikan. Ia akan sering lupa pada pelajaran yang telah ia pelajari. Pada umur ini juga, adalah pertanda masa kanak-kanak pada kuda. Hal ini dipaparkan pada halaman 14. punika untu kapal bêlo awit lair saking biyungipun, ngantos dumugi umur 1000 dintên. Dados kirang langkung kapal bêlo umur 3 taun. Punika kawuningan wiradat ing dzat supe. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, inggih supe. (hlm. 14) ini gigi anak kuda mulai terlahir dari induknya, sampai berumur 1000 hari. Jadi kurang lebih anak kuda berumur 3 tahun. Pada umur ini, dinamakan keadaan lupa. Yang menyebabkan keadaan sifatnya itu adalah lupa. 2. Kuda umur 4-6 tahun Pada umur sekian ini, kuda pada masa poèl-nya, yaitu proses merontokkan gigi-giginya secara bergantian yang kemudian digantikan gigi-gigi yang baru. Proses pergantian gigi terjadi selama beberapa hari. Gigi yang terlepas, beberapa hari kemudian tumbuhlah gigi-gigi baru dengan bentuk gigi yang lebih panjang dan kuat. Hal ini dijelaskan pada halaman 15-16.

88 punika untu kapal bêlo umur 4 taun tumindak. Wiwit angrêntahakên untu bêlo sajodho ingkang têngah, ngantos dumugi umur 2000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 6 taun. Punika anggènipun angrêntahakên untu bêlo têlas. (hlm. 15-16) ini gigi anak kuda berumur 4 tahun. Anak kuda ini mulai merontokan gigigiginya dimulai dari sepasang gigi yang berada di tengah, sampai berumur 2000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 6 tahun, terjadi peristiwa gigi lepas semua. Kuda yang berumur enam tahun, giginya sudah berganti seluruhnya. Gigi-gigi barunya telah tumbuh memenuhi rahang depan bagian atas dan bawah seperti sebelumnya. Peristiwa berhentinya poèl dan lengkapnya gigi dewasa pada kuda disebut dengan rampas. Adapun rampas akan terjadi kurang lebih setahun setelah poèl. Pada saat kuda rampas bentuk gigi adalah besar-besar dan berwarna kekuning-kuningan atau jêne. Adapun yang dimaksud dengan gigi kuda pada saat rampas adalah besar adalah besar pada ukuran panjang bukan pada ukuran lebarnya. Karena, tempat yang disediakan untuk pertumbuhan gigi pada gerahang atas maupun gerahang kuda adalah sama. Oleh karena itu, yang lebih tepat adalah gigi-gigi kuda

89 yang baru atau gigi dewasa lebih panjang daripada gigi anak. Berikut dijelaskan pada halaman 3-4. Dados kirang langkung kapal bêlo umur 6 taun punika, rêntahipun untu bêlo têlas. Inggih punika ingkang kawastanan rampas. Dening rampasipun wau manawi sampun kalampahan sataun. (hlm. 3-4) Terjemahan : Jadi kurang lebih anak kuda telah berusia 6 tahun ini, peristiwa merontokan gigi lepas semua. Ketika kuda sudah mrontokan gigi dan kemudian digantikan dengan gigi yang baru maka dinamakan rampas. jêne, kados jênenipun jagung. Utawi waradin papak, tuwin warni wujudipun untu agêng-agêng..(hlm.7) gigi anak kuda berwarna jêne yaitu putih kekuning-kuningan, seperti warna jagung, atau berbentuk rata dan rapi. Gigi-gigi kuda seperti ini berbentuk besar-besar. Pada umur 4-6 tahun ini, kuda mempunyai sifat kadunungan wiradat ing dzat 2 bab, yaitu bab 1 kêndho bayu ototipun dan bab 2 ènget. Artinya dalam keadaan otot-otot tubuhnya melemah dan dalam keadaan ingat. Otot-otot pada tubuh kuda, pada umur sekian akan melemah terlebih khusus pada otot perutnya, pertanda bahwa kuda mulai mempunyai sistem reproduksi yang mulai matang. Adapun keadaan sifat ingat ini bararti kuda sudah bukan masa kanak-kanak lagi, sudah bisa mulai dikendalikan. Bahkan ia akan pandai terhadap pelajaran yang telah diajarakan kepadanya. Seperti yang dijelaskan pada halaman 16-17 berikut. kapal bêlo umur 4 taun tumindak. Wiwit angrêntahakên untu bêlo sajodho ingkang têngah, ngantos dumugi umur 2000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 6 taun. Punika anggènipun angrêntahakên untu bêlo têlas. Anaming kapal bêlo ing nalika umur 4 taun tumindak, ngantos dumugi

90 umur 6 taun wau, punika kadunungan wiradat ing dzat 2 bab. Ingkang 1 bab kêndho bayu ototipun. Ingkang 2 bab èngêt. Dening èngêt wau, ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah lantip dhatêng pangajaran. Mila wau kapal bêlo ingkang dawêg wanci umur sumantên, bilih katumpakan malah bandhang dhatêng pangajaran. (hlm. 16-17) anak kuda ketika memasuki umur 4 tahun, sampai berumur 6 tahun ini dinamakan kadunungan wiradat ing dzat 2 bab atau dalam keadaan mempunyai 2 sifat. Yaitu sifat 1 otot-otot pada tubuhnya melemah. Sifat 2 ingat. Adapun ingat ini, yang menyebabkan tumbuhnya keadaan sifat kuda yang cerdas dalam pembelajaran. sehingga anak kuda yang sudah genap pada usia ini jika ditunggangi justru pandai terhadap pembelajaran. 3. Kuda umur 7-9 tahun Pada umur sekian ini, gigi kuda yang telah lengkap seluruhnya mulai berganti warna yaitu berwarna hitam. Hal ini dijelaskan pada halaman 4 sebagai berikut. Dados kapal umur 7 taun punika, untu ingkang ngandhap naming 6 ingkang nginggil 6 iji wau wontên cêmêngipun sadaya ngantos dumugi umur 3000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 9 taun..(hlm. 4) Jadi kurang lebih kuda berumur 7 tahun ini, gigi yang ada di rahang bawah 6 dan rahang atas berjumlah 6 buah dan semuanya berwarna hitam. Sampai mencapai umur 3000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 9 tahun.

91 Perubahan warna pada gigi kuda tidak selalu terjadi. Menurut Wempi seorang pelatih kuda pacu, perubahan warna pada gigi kuda dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor makanan dan perawatan. Dewasa ini, pakan kuda tidak hanya berasal dari bahan alami misalnya rumput, konsentrat dan bekatul, biji-bijian, akan tetapi sudah tersedia makanan olahan pabrik seperti pellete, dan bren. Selain faktor makanan, juga sistem perawatan. Kuda mempunyai struktur gigi yang semakin memanjang sesuai dengan umurnya. Solusi untuk hal ini, dilakukan kikir gigi kuda. Kikir gigi kuda dilakukan biasanya lima tahun sekali. Tujuan adalah untuk perawatan dan menjadikan sistem pencernaan makanan secara maksimal. Pada umur 7-9 tahun ini, kuda mempunyai sifat kadunungan wiradat ing dzat birahi atau dalam keadaan sifat birahi. Keadaan ini menyebabkan kuda bersifat nakal, agresif, dan tidak bisa diduga, sehingga bisa disebut dengan keadaan yang paling buruk. Hal ini seperti yang dijelaskan pada halaman 21. punika untu kapal umur 7 taun ngantos dumugi umur 3000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 9 taun. Punika kadunungan wiradat ing dzat birahi. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, sura tanpa duga, mangkrak murkangkara, nir baya wiweka, (hlm. 21) Terjemahan : ini adalah gigi kuda berumur 7 tahun hingga berumur 3000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 9 tahun ini, ketepatan masa kuda dalam sifat birahi. Yang menyebabkan keadaan sifat dan sifatini adalah serba tanpa dugaan, hanya teriak-teriak, tanpa bisa berhati-hati

92 Pada umur 7-9 merupakan umur kuda mencapai masa birahi. Sistem reproduksi dalam tubuh kuda sudah siap untuk dibuahi. Apabila kuda tidak segera dikawinkan, maka sifat-sifat yang ia miliki akan mengecewakan pemilik kuda. Selain itu, Pada sifat inilah, pemilik akan memperoleh keuntungan dengan mengawinkan dan mengembangbiakan kuda. Pengembangbiakan kuda ini dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu alami dan bantuan dokter. Amila sami sumêrêpa, sadaya putra wayah kula ingkang sami rêmên ngingah kapal, tuwin rêmên nitih jaran, manawi kapal dawêg wanci umur sumantên, tamtu kadunungan ingkang makatên. Punika ing panggalih sampun ngantos gêla tuwin cuwa, bilih ngantos gêla cuwa, mangka kapal kalampahan ngantos kabucal. inggih punika bêgjanipun ingkang dumugèkakên ngingah, margi punika mangke, kapal wau manawi sampun dumugi ing wanci umuripun kadunungan wiradat ing dzat awon. Lajêng kadunungan wiradat ing dzat sae, lêstantun sapanginggilipun (hlm. 22-23) Terjemahan : Sehingga ketahuilah anak cucu saya semua yang menyukai memelihara kuda, juga menyukai menunggang kuda, apabila kuda genap umur sekian ini, pasti dalam keadaan seperti ini. Sehingga jangan sampai kecewa dan menyesal karena apabila sampai kecewa maka kuda bisa-bisa akan kalian buang. Akan tetapi beruntunganlah bagi orang yang memelihara dan hingga bisa ternak kuda. Kuda apabila sudah sampai pada umur keadaan sifat buruk, kemudian keadaan sifat baik dan lestari seterusnya 4. Kuda umur 10-12 tahun Pada umur sekian ini, gigi kuda sudah tidak mengalami perubahan. Perubahan hanya terjadi pada sifat-sifat kuda. Pada umur 10-12 tahun, kuda mempunyai sifat kadunungan wiradat ing dzat madya wêrda. Maksudnya kuda sudah setengah tua. Pada usia inilah, kuda menjadi utamaning turangga atau tunggangan yang paling utama. Tunggangan paling utama

93 yang berarti pada umur ini kuda memiliki postur tubuh yang kekar, fisik yang kuat, dan tenaga maksimal. Sehingga sangat bermanfaat untuk meringankan perkerjakan manusia. Hal ini dijelaskan pada halaman 26-27. kapal umur 12 taun punika kadunungan wiradat ing dzat madya wêrda. Têgêsipun satêngah sêpuh. Inggih punika mêmpêng ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah. Wiwit tata kautamaning turangga, sampun kathah manahipun ingkang lana, lêstantun sapanginggilipun. (hlm. 26-27) Terjemah : kuda berumur 12 tahun ini keadaan sifat setengah tua Maksudnya setengah tua. Yaitu keadaan kuda dalam keadaan yang menumbuhkan sifat rajin. Mulai dari keutamaan turangga, sudah banyak keadaan hatinya yang tetap, lestari seterusnya. 5. Kuda umur 13-14 tahun Pada umur ini, kuda mempunyai sifat kadunungan wiradat ing dzat purwa wêrda atau sudah mulai tua. Maksudnya kuda itu sudah akan tetap menjadi jatmika nayaning aswa yaitu tunggangan yang utama, kuda yang teliti kokoh dan berhati-hati, tidak goyah pada banyaknya aktivitas yang ia kerjakan. Hal ini dijelaskan pada halaman 28-29. kapal umur 15 taun punika kadunungan wiradat ing dzat purwa wêrda. Têgêsipun wiwit sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah. Têtêp kautamaning turangga, jatmika nayaning aswa, nala surasaronta, titi têtêg ngati-ati, tan kewran sakèhing tatali, lêstantun sapanginggilipun. (hlm. 28-29) kuda berumur 15 tahun ini kadunungan wiradat ing dzat purwa werda. Maksudnya mulai tua. Yang menyebabkan tumbuhnya keadaan hati. Tetap menjadi tunggangan yang utama, sifatnya tenang, teliti kokoh dan berhatihati, tidak goyah pada banyaknya aktivitas yang ia kerjakan, keadaan ini tetap lestari selamanya.

94 6. Kuda umur 16 tahun - seterusnya Pada umur ini, kuda mempunyai sifat kadunungan wiradat ing dzat tuhu wêrda atau dalam keadaan sifat benar-benar tua. Keadaan ini, membuat kuda mempunyai fisik yang lemah, nafasnya pendek-pendek, dan roh nya mulai berkurang. Sehingga kuda tidak bisa dipekerjakan lagi. Kondisi ini yang biasa disebut lungse. Lungse kuda tidak hanya dipengaruhi faktor umurnya, akan tetapi juga faktor perawatan. Semakin baik perawatan kuda tersebut, semakin memperpanjang kekuatan fisik kuda dan secara otomatif memperlambat keadaan lungse pada kuda. kapal umur 16 taun tumindak, dumugi sapanginggilipun. Punika kadunungan wiradat ing dzat tuhu wêrda. Têgêsipun sampun têmên sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên cêkak napas. Sudanipun ing roh, inggih punika kapal ingkang kawastanan sêpuh lungse botên kangge. Amargi kapal punika wosipun ingkang dipunpitados amung satunggal, inggih amung napasipun. Mangka punika napasipun sampun cêkak, lêstantun sapanginggilipun. Terjemah : kuda yang memasuki umur 16 tahun seterusnya sampai kuda mati. Ini dinamakan kadunungan wiradat ing dzat tuhu werda. Maksudnya sudah benar-benar tua. Pada umur ini, nafas kuda mulai pendek. Berkurangnya roh. Yang seperti inilah kuda yang disebut tua lungse dan tidak dapat digunakan lagi. Karena inti yang dicari pada kuda hanya satu yaitu nafasnya. Maka nafas kuda yang pendek-pendek itu sudah lestari sampai kuda mati. (hlm.30-31). B. Ajaran Mistik dalam Naskah BMK Naskah BMK merupakan naskah Jawa yang termasuk dalam jenis sains Jawa. Di dalamnya terdapat tahap-tahap atau fase pertumbuhan dan perkembangan kuda yang dijelaskan dalam istilah mistik Islam. Berikut adalah daftar fase perkembangan kuda, yang menggunakan istilah mistik Islam.

95 1. Fase Wiradat ing dzat supe yang dijelaskan pada halaman 14. 2. Fase Wiradat ing dzat 2 bab: kêndho bayu ototipun, engêt yang dijelaskan pada halaman 15-16, 3. Fase Wiradat ing dzat birahi yang dijelaskan pada halaman 21-25. 4. Fase Wiradat ing dzat purwa wêrda yang dijelaskan pada halaman 26-27. 5. Fase Wiradat ing dzat madya wêrda yang dijelaskan pada halaman 28-29. 6. Fase Wiradat ing dzat tuhu wêrda yang dijelaskan pada halaman 30-31. 1. Fase Wiradat ing dzat supe Kuda memiliki fase anak-anak, yaitu berkisar antara umur 0-3 tahun. Dalam naskah ini disebutkan umur 0-3 tahun adalah fase wiradat ing dzat supe maksudnya adalah pada fase ini kuda memunyai sifat lupa. Lupa pada kuda, memiliki arti anak kuda itu masih susah untuk dikendalikan. Ia akan sering lupa pada pelajaran yang telah ia pelajari. Pada umur ini juga, adalah pertanda masa kanak-kanak pada kuda. Hal ini dipaparkan pada halaman 14. punika untu kapal bêlo awit lair saking biyungipun, ngantos dumugi umur 1000 dintên. Dados kirang langkung kapal bêlo umur 3 taun. Punika kawuningan wiradat ing dzat supe. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, inggih supe. (hlm. 14) ini gigi anak kuda mulai terlahir dari induknya, sampai berumur 1000 hari. Jadi kurang lebih anak kuda berumur 3 tahun. Pada umur ini, dinamakan keadaan lupa. Yang menyebabkan keadaan sifatnya itu adalah lupa. Menurut Wempi seorang pelatih kuda pacu, kuda akan siap dilatih mulai dari umur tiga tahun. Teknik pelatihan pada kuda pacu dilakukan secara bertahap yaitu pada umur tiga tahun dilakukan dengan berjalan-jalan setiap pagi dan sore selama tiga bulan, setelah itu pelatihan dilanjutkan

96 dengan kuda dijalankan setiap pagi dan sore ditunggangi oleh seorang joki selama tiga bulan. Pemilihan jenis jalanan pada saat latihan juga perlu diperhatikan, mulai dari tingkat termudah yaitu kuda dijalankan pada tanah perumput yang luas biasanya pada tanah lapang, kemudian jalanan yang lurus dan datar, dan tahap tersulit yaitu jalanan berkelok dan terjal. Kuda pacu sudah bisa mengikuti kompetisi mulai umur tiga tahun, dan pelatihan minimal enam bulan sebelum kompetisi diadakan. Sama halnya dengan seekor kuda pacu, menurut Mujiono kuda tarik sudah mulai dapat digunakan untuk menarik beban maupun dimanfaatkan tenaganya adalah mulai umur tiga tahun. Karena kuda tarik yang telah berumur tiga tahun sudah dikatagorikan kuda dewasa. 2. Fase Wiradat ing dzat 2 bab: kêndho bayu ototipun, engêt Pada fase ini kuda mengalami dua perkembangan yaitu kêndho bayu ototipun atau otot-otot pada tubuhnya mulai mengendur dan elastis. Maksudnya ketika alat indra dan fungsi tubuh seluruhnya sudah bekerja secara baik, misalnya kakinya sudah mampu digunakan untuk berjalan dan berlari kencang. Kedua engêt atau daya ingat pada kuda yang juga sudah berfungsi. Ketika kuda pacu maupun kuda tarik mulai diajari untuk berjalan, maka ia akan mudah mengingat cara ia berjalan pada jalanan yang berumput dan luas, lurus dan datar, maupun jalanan yang berkelok dan terjal. kapal bêlo ing nalika umur 4 taun tumindak, ngantos dumugi umur 6 taun wau, punika kadunungan wiradat ing dzat 2 bab. Ingkang 1 bab kêndho bayu ototipun. Ingkang 2 bab èngêt. Dening èngêt wau, ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah lantip dhatêng pangajaran. Mila wau kapal bêlo ingkang dawêg wanci

97 umur sumantên, bilih katumpakan malah bandhang dhatêng pangajaran. (hlm. 16-17) anak kuda ketika memasuki umur 4 tahun, sampai berumur 6 tahun ini dinamakan kadunungan wiradat ing dzat 2 bab atau dalam keadaan mempunyai 2 sifat. Yaitu sifat 1 otot-otot pada tubuhnya melemah. Sifat 2 ingat. Adapun ingat ini, yang menyebabkan tumbuhnya keadaan sifat kuda yang cerdas dalam pembelajaran. sehingga anak kuda yang sudah genap pada usia ini jika ditunggangi justru pandai terhadap pembelajaran. 3. Wiradat ing dzat birahi Tidak hanya kuda, akan tetapi hewan lainnya juga memiliki fase pematangan terhadap alat-alat reproduksi dalam tubunya, hal ini lazim disebut dengan birahi pada hewan. Sifat birahi pada kuda betina, dapat dilihat dari keluarnya lendir bening pada bagian selangkangannya. Apabila hal demikian ini terjadi, berarti kuda betina sudah siap untuk bereproduksi. Menurut Mujiono kuda dapat berkembangbiak dengan dua cara, yaitu alami dan buatan. Alami dilakukan dengan cara mengeluarkan kuda betina dan kuda jantan dari kandang untuk kemudian dibawa ke tempat yang luas misalnya padang rumput atau tanah lapang. Cara buatan adalah dengan bantuan dokter hewan yaitu dengan memasukkan cairan semen pada rahim kuda betina. Keberhasilan pembuahan pada kuda dapat diamati setelah tujuh hari kemudian. Apabila kuda betina kembali birahi, berarti pembuahan yang dilakukan belum berhasil.

98 Pada kuda pacu masa ini sangatlah penting untuk diperhatikan untuk mendapatkan keturunan yang berkualitas. Menurut Wempi dalam pembuahan, kuda lokal seringkali dikawinkan dengan kuda persilangan. Bahkan silsilah keturunan pada kuda, akan sangat penting dalam sebuah komprtisi pacuan. Pada fase birahi, kuda sebaiknya mendapatkan perawatan khusus karena kuda dalam keadaan yang buruk. Hal ini dijelaskan pada kutipan teks berikut. kapal umur 9 taun. Punika kadunungan wiradat ing dzat birahi. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, sura tanpa duga, mangkrak murkangkara, nir baya wiweka, (hlm. 21) Terjemahan : kuda berumur 9 tahun ini, tepat masa kuda dalam sifat birahi. Yang menyebabkan keadaan sifat dan sifat ini adalah serba tanpa dugaan, hanya teriak-teriak, tanpa bisa berhati-hati 4. Wiradat ing dzat madya wêrda Pada fase setengah tua ini, kuda mempunyai sifat tenang. Kuda mulai menjadi tunggangan yang utama, sudah jinak dan mudah untuk diatur. Hal demikian ini akan lestari seterusnya. kapal umur 12 taun. Punika kadunungan wiradat ing dzat madya wêrda. Têgêsipun satêngah sêpuh. Inggih punika mêmpêng ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah. Wiwit tata kautamaning turangga, sampun kathah manahipun ingkang lana, lêstantun sapanginggilipun. (hlm. 26-27) Terjemah : kuda berumur 12 tahun ini keadaan sifat setengah tua Maksudnya setengah tua. Yaitu keadaan kuda dalam keadaan yang menumbuhkan sifat rajin. Mulai dari keutamaan turangga, sudah banyak keadaan hatinya yang tetap, lestari seterusnya.

99 5. Wiradat ing dzat purwa wêrda Pada fase wiradat ing dzat purwa wêrda maksudnya adalah masa kuda mulai tua. Ia akan tetap menjadi tunggangan yang utama. Tunggangan yang utama artinya selalu teliti, cermat, dan berhati-hati dalam segala hal. Ia tidak akan goyah terhadap rintangan apapun yang sedang ia hadapi. kapal umur 15 taun. Punika kadunungan wiradat ing dzat purwa wêrda. Têgêsipun wiwit sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah. Têtêp kautamaning turangga, jatmika nayaning aswa, nala surasaronta, titi têtêg ngati-ati, tan kewran sakèhing tatali, lêstantun sapanginggilipun. (hlm. 28-29) kuda berumur 15 tahun ini kadunungan wiradat ing dzat purwa werda. Maksudnya mulai tua. Yang menyebabkan tumbuhnya keadaan hati. Tetap keutamaan turangga, tunggangan yang baik, keadaannya selalu tenang, teliti kokoh dan berhati-hati, tidak goyah pada banyaknya rintangan, lestari selamanya. 6. Wiradat ing dzat tuhu wêrda Fase sangat tua dapat diartikan sebagai masa lungse pada kuda. Pada masa ini kekuatan fisiknya sudah banyak berkurang, nafasnya pun sudah tersengalsengal, dan keadaan lemahnya fisik ini akan lestari. kapal umur 16 taun tumindak, dumugi sapanginggilipun. Punika kadunungan wiradat ing dzat tuhu wêrda. Têgêsipun sampun têmên sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên cêkak napas. Sudanipun ing roh, inggih punika kapal ingkang kawastanan sêpuh lungse botên kangge. Amargi kapal punika wosipun ingkang dipunpitados amung satunggal, inggih amung napasipun. Mangka punika napasipun sampun cêkak, lêstantun sapanginggilipun. (hlm. 30-31) Terjemah : kuda memasuki umur 16 tahun, seterusnya sampai kuda mati. Ini dinamakan kadunungan wiradat ing dzat tuhu werda. Maksudnya sudah benar-benar tua. Pada umur ini, nafas kuda mulai pendek. Berkurangnya roh. Yang seperti inilah kuda yang disebut tua lungse dan tidak dapat digunakan lagi. Karena inti yang dicari pada kuda hanya satu yaitu nafasnya. Maka nafas kuda yang pendek-pendek itu sudah lestari sampai kuda mati.

100 Fase lungse pada kuda menurut Mujiono tidak bisa selalu ditentukan oleh umur. Sebab, lungse pada kuda ternak atau kuda tarik tergantung pada cara dan sistem perawatannya.