BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

Manfaat DNS dalam Pengembangan Biogas sebagai Energi Alternatif Di KPSP SETIA KAWAN OLEH: HARIYANTO

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN EKONOMI INDUSTRI AGRIBISNIS SAPI PERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. para pesaing. Perusahaan yang profit atau nonprofit membutuhkan sebuah perencanaan

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

I. PENDAHULUAN. Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

7.2. PENDEKATAN MASALAH

PEDOMAN KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PERSUSUAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan. masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal terbentuk dari peraturan-peraturan, kebijakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA PT. BUKIT BERLIAN PLANTATION IFAN SYAHPUTRA

BAB III LANDASAN TEORI. Basic.NET 2003 dan Microsoft SQL Server Menurut Anoraga (1995:8), koperasi berasal dari kata co dan operation,

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas, karena keberhasilan seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. orang-seorang demi kepentingan bersama. Sejak lahirnya koperasi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu pengaturan terhadap sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian nasional Indonesia yang saat ini dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. beserta analisisnya untuk mengukur laba yang diperloeh oleh perusahaan. Dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BENTUK-BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS (ORGANISASI BISNIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. B. Pengertian dan Pemahaman Umum Mengenai Non Government. Apa sebenarnya NGO itu? NGO merupakan singkatan dari Non Government

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Dalam masa krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK

BAB III LANDASAN TEORI

SEVTIYENI HANDAYANI HUSNAN /FE/EA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut Undang-undang. kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PERSUSUAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

BAB 1 PENDAHULUAN. koperasi memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sektor perekonomian yang semakin maju tentunya akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Indonesia menyebabkan

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan diperlukan oleh sejumlah besar pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 22/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG KOPERASI SKALA BESAR

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS. Pada bab ini penulis akan melakukan kajian terhadap buku-buku dan

ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB I PENDAHULUAN. bank. Uang sebagai salah satu produk bank setiap hari di gunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah, baik

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Koperasi dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia karena koperasi dibangun berdasarkan atas asas kekeluargaan dan tujuan utama koperasi adalah memakmurkan anggotanya. Koperasi simpan pinjam produsen susu adalah salah satu bentuk koperasi yang berhasil dalam kegiatannya mengelola dana dan menyalurkan hasil dari para anggota. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 pasal 4 tentang landasan, asas dan tujuan koperasi, bahwa koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Koperasi menurut Sonny (2003:1) adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya. Perkembangan koperasi susu di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup sugnifikan, usaha persusuan sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan persusuan di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu Tahap I (periode sebelum tahun 1980) disebut fase perkembangan sapi perah, Tahap II (periode 1980 1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap III (periode 1997 sampai sekarang) disebut periode stagnasi. Pada tahap I, perkembangan peternakan sapi perah dirasakan masih cukup lambat karena usaha ini masih bersifat sampingan oleh para peternak. Pada tahap II, pemerintah melakukan impor sapi perah secara besar-besaran pada awal tahun 1980-an. Tujuan dilakukannya impor besar-besaran adalah untuk merangsang peternak untuk lebih 1

2 meingkatkan produksi susu sapi perahnya. Selain itu, peningkatan populasi sapi perah ditunjang oleh permintaan akan produk olahan susu yang semakin meningkat dari masyarakat. Di samping itu, pemerintah mencoba melalukan proteksi terhadap peternak rakyat dengan mengharuskan Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk menyerap susu dari peternak. Sedangkan untuk tahap III, perkembangan sapi perah mengalami penurunan dan stagnasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kejadian krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Di samping itu, pemerintah mencabut perlindungan terhadap peternak rakyat dengan menghapus kebijakan rasio susu impor dan susu lokal terhadap IPS (Inpres No.4/1998). Kebijakan ini sebagai dampak adanya kebijakan global menuju perdagangan bebas barrier. Berdasarkan dengan kebijakan tersebut, maka peternak harus mampu bersaing dengan produk susu dari luar negeri, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Eksistensi koperasi persusuan sudah melekat dalam sistim agribisnis persusuan di Indonesia. Salah satu kinerja koperasi yang memeberikan nilai tambah bagi peternak yakni adanya bimbingan dan konsultasi kepada peternak disamping peran utamanya dalam memberikan jaminan pemasaran susu. Koperasi persusuan didukung dengan kelembagaan yang terorganisasi dalam wadah GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) sehingga pemasaran susu lebih terjamin melalui jaringan pemasaran susu yang dimiliki GKSI. Adanya koperasi persusuan juga mempermudah peternak dalam penyediaan input produksi seperti penyediaan pakan, kawin suntik hingga fasilitas pemberian kredit lunak kepada peternak (http://pascapeternakan.unsoed.ac.id). Pada umumnya, keefektifan serta keefisienan kinerja sangat penting peranannya bagi kemajuan perusahaan, termasuk koperasi. suatu perusahaan bisa dikatakan baik apabila sudah memenuhi standart, kriteria atau visi dan misi yang telah ditentukan. Salah satu alat yang diperguakan oleh perusahaan untuk menjaga kontinuitas laju perusahaan agar menjadi perusahaan yang berkualitas adalah dengan menerapkan sistem pengendalian internal. Dalam setiap perusahaan peran

3 sistem pengendalian internal sangat penting karena sistem pengendalian internal yang baik akan berpengaruh besar terhadap laju perusahaan, baik dari segi internal maupun eksternal. Terdapat lima komponen pengendalian internal diantaranya lingkungan pengendalian, penilaian resiko, infomasi dan komunikasi, pengawasan, dan aktivitas pengendalian (James 2007:195). Dengan keberhasilan penerapan sistem pengendalian internal pada perusahaan, pada hal ini sistem pengendalian internal akan diterapkan pula pada koperasi yang fokus utamanya adalah untuk menjadikan koperasi menjadi sebuah organisasi yang lebih unggul serta berkualitas baik dari segi internal maupun segi eksternal. Pemerintah Indonesia menggalakkan pendirian koperasi yang tujuan utamanya adalah mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, akan tetapi hingga saat ini tujuan utama dari koperasi tersebut belum sepenuhnya tercapai dan belum terlaksana dengan baik. Maka dari itu penerapan sistem pengendalian internal pada koperasi diperlukan untuk mengefektikan serta mengefesienkan kinerja pada koperasi dan diharapkan dengan diterapkannya sistem pengendalian internal tersebut dapat membantu mewujudkan visi dan misi utama koperasi. Sehubungan dengan diterapkannya sistem pengendalian internal, ada sebuah produk yang digunakan oleh para akuntan dan auditor serta pemakai laporan keuangan sebagai otoritas sistem pengendalian internal yaitu COSO. COSO adalah sebuah organisasi swasta yang beranggotakan The American Accounting Assosiation (AAA), Aicpa, The Institute Of Internal Auditor (IIA),The Institute Of Management Accountants (IMA),Da The Financialexecutives Institute (FEI) (Krismsaji 2002:222). Pengendalian efektif dalam suatu organisasi dimulai dan di akhiri dengan filosofi manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian itu penting, maka mereka akan melihat apakah kebijakan dan prosedur-prosedur pengendalian yang efektif telah diterapkan. Perilaku mengenai pengendalian ini akan dikomunikasikan kepada para bawahan melalui gaya operasional manajemen. Jika sebaliknya manajemen hanya menerapkan kebutuhan pengendalian hanya di

4 bibir saja, maka tujuan pengendalian dan perilaku yang diinginkan tidak akan tercapai. Keberhasilan suatu kinerja tentunya disertai dengan adanya sumberdaya manusia yang memadai, karena keefektifan dan keefesienan kinerja sangat diperlukan dalam memajukan sebuah visi dan misi organisasi. Seorang auditor sangat dibutuhkan peranannya dalam mengevaluasi harta perusahaan terutama laporan keuangan untuk menghindari resiko penyalahsajian dalam laporan keuangan. Karenanya para auditor diharuskan untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup memadai tentang pengendalian internal serta tentang laporan keuangan untuk perencanaan audit serta seluruh kinerjanya. Dalam hal ini sumberdaya manusia yang memadai serta efektif sangat dibutuhkan dalam sistem pengendalian internal. Maka dengan diadakannya perekrutan karyawan sangat di anjurkan guna mendapatkan karyawan yang benar-benar mampu serta andal dalam membantu mewujudkan keberhasilan suatu perusahaan (Amir Jusuf 2000:176). Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KOPERASI SUSU SETIA KAWAN NONGKOJAJAR. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Setia Kawan Nongkojajar dengan pertimbangan sebagai berikut : Koperasi Susu Nongkojajar berdiri pada tahun 1911 dan merintis pemasaran produksi susu sejak tahun 1959. Dalam perkembangannya, saat ini koperasi dapat memasarkan produksi susu sapi hingga 50.000-60.000 liter/hari. Dan koperasi Setia Kawan juga bekerja sama dengan beberapa instansi salah satunya adalah dengan PT.NETSLE dalam pemasaran susu segar. Berikut data perkembangan KPSP Setia Kawan:

5 Tabel 1.1 Data perkembangan KPSP Setia Kawan Uraian 2010 2011 2012 PRODUKSI (Ltr) 23.523.521 22.811.582 22.982.232 IPS (Kg) 23.724.219 21.019.038 22.709.200 ANGGOTA (Org) 7.481 7.747 7.941 KARYAWAN (Org) 142 136 135 POPULASI (Ekor) 16.910 17.624 18.002 SHU (Rp) 1.929.950.700 1.829.263.069 1.932.966.503 OMSET (Rp) 116.808.978.665 117.848.636.927 126.534.250.504 ASET (Rp) 53.826.292.203 50.119.000.625 66.361.754.107 SIMPANAN (Rp) 3.150.440.605 3.006.568.432 3.136.286.515 AKTIVA TETAP (Rp) 8.328.836.974 10.673.105.371 9.530.219.428 Sumber : KPSP Setia Kawan 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal pada koperasi susu Setia Kawan Nongkojajar? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sistem yang diterapkan pada koperasi susu Setia Kawan Nongkojajar 2. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal pada koperasi Setia Kawan dengan dibandingkan dengan definisi teoritis yang dikemukakan oleh para ahli 3. Memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan penerapan sistem pengendalian internal yang terdapat di Koperasi Setia Kawan Nongkojajar 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan upayaupaya pengembangan dan pemberdayaan usaha peternakan susu sapi di wilayah Nongkojajar Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Adapun manfaat yang

6 diharapkan dari penelitian ini secara akademis maupun praktis adalah sebagai berikut: Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Menambah pengalaman dan melatih peneliti untuk berfikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan b. Sebagai sarana penerapan ilmu dalam kehidupan nyata 2. Bagi Universitas a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya b. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat 3. Bagi Perusahaan a. Mendapat masukan bagi perusahaan guna menyusun kebijaksanaan dan ancaman di masa yang akan datang b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan strategi dan sistem yang selama ini ditetapkan guna meningkatkan kesejahteraan dan tujuan keberhasilan perusahaan 1.5 Batasan Masalah Terkait dengan luasnya lingkup, permasalahan dan waktu serta keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan sistem pengendalian internal, maka penelitian dibatasi pada penerapan sistem pengendalian internal terhadap koperasi Setia Kawan Nongkojajar.