21 Februari Ibid 6 Peristilahan dan Batasan-Batasan Tunagrahita

dokumen-dokumen yang mirip
Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

TUNAGRAHITA. M. Umar Djani Martasuta

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

PERISTILAHAN DAN BATASAN TUNAGRAHITA PERISTLAHAHAN ; *TUNAGRAHITA MERUPAKAN KATA LAIN DARI RETARDASI MENTAL(MENTAL RETARDATION) *TUNA BERARTI MERUGI.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

KLASIFIKASI. Sistem AAMR - Mild retardation (IQ s/d 70) - Moderate retardation (IQ s/d 50-55) - Severe retardation (IQ s/d 35-40)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses perkembangan ini tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Bagaimana? Apa? Mengapa?

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita

Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd) PENGARUH MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd)

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekurangan, salah satunya adalah keterbelakangan mental.

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Kita sadari bahwa tidak semua anak di dunia ini dilahirkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

Transkripsi:

3 ANAK TUNAGRAHITA III.1 ANAK TUNAGRAHITA DAN PERKEMBANGANNYA Pengertian akan tumbuh kembang anak mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dari ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. 4 Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan sebagai hasil proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. 5 Pada anak tunagrahita, pertumbuhan dan perkembangan mengalami kemunduran. Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation) yang berarti keterbelakangan mental. Tuna berarti merugi grahita berarti pikiran. 6 A state of incomplete mental development of such a kind and degree that the individual is incapable of adapting himself to the normal environment of his fllow in such a way to maintain existence independently of supervision, control, or external support. 7 Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental ( fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya ) disertai 4 Widodo Judarwanto, Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnew&kode=953&tbl=article, 21 Februari 2008. 5 Ibid 6 Peristilahan dan Batasan-Batasan Tunagrahita http://www.ditplb.or.id, 31 Januari 2008 7 James S. Payne & James R Patton, Mental Retardation ( Ohio: Bell & Howell Company, 1981 ), h 31. 6

ketidakmampuan/ kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri. Semuanya itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. Keterbelakangan mental biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Dengan mengetahui tingkat kecerdasan anak tunagrahita itu sendiri, orang tua dan tenaga pengajar dapat dengan bijak menentukan pendidikan dan pelatihan bagi anak. 8 Tingkat kecerdasan dapat diukur melalui tes intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). Tes intelegensi mengetahui seberapa dewasa dia dapat berpikir dan kemampuannya mengatasi masalah yang dihadapi. American Asociation on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes. Sedangkan pengertian tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded yang meliputi fungsi intelektual lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku. Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi: 9 1. Tunagrahita ringan memiliki IQ 50-70 2. Tunagrahita sedang memliki IQ 55-40 3. Tunagrahita berat dan sangat berat memiliki IQ <30 Namun tes ini tidak dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki. Ada beberapa kemampuan khusus yang tidak berhubungan secara langsung dengan intelegen. Anak tunagrahita dapat memiliki kemampuan yang lebih dalam musik dan menggambar. 8 Stella Stillson Slaughter, The Mentally Retarded Child and His Parent, ( New York: Harper and Brothers, 1960). h 22. 9 Apakah Anak Tunagrahita mempunyai klasifikasi? http://www.ditplb.or.id, 31 Januari 2008. 7

Penglasifikasian Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools, sebagai berikut: 10 1. Educable Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar. 2. Trainable Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik. 3. Custodial Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus. Tingkat kecerdasannya yang rendah juga dapat ditemukan dalam keganjilan fisiknya. Dua sisi dari wajah dan kepala yang tidak simetris, kepala lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan anak-anak normal. Keganjilan juga dapat dilihat dari gerakangerakan ototnya. 11 Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam menggerakkan ototototnya. Secara klinis, Tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut: 12 1. Sindroma Down/ mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik. 2. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar. 3. Mikrocephalus dan Makrocephalus; dengan ciri-ciri ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar). 10 Ibid 11 Stella, op.cit., h 10. 12 http://www.ditplb.or.id, 31 januari 2008. 8

Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown 13 : 1. Lamban dalam memelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam memelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus. 2. Kesulitan dalam menggeneralisasikan dan memelajari hal-hal yang baru. 3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat. 4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan tunagrahita berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala. 5. Kurang dalam menolong diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar. 6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak tunagrahita berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan main. 7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tungrahita berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membenturbenturkan kepala, dll. Sebagian besar keterbelakangan mental disebabkan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Luka di kepala pada saat jatuh, dapat menyebabkan keterbelakangan ini. Kecelakaan pada kelahiran, walaupun banyak dokter yang tidak menyetujuinya, juga menjadi penyebabnya. Pemberian vaksin pada bayi yang daya tahan tubuhnya lemah 13 Brown, et al, 1991; Wolery & Haring, 1994, Exeptional Children, fifth edition, ( 1966 ). h 485-486, 9

dapat menyebabkan radang pada otak. Gangguan hebat tersebut mengakibatkan kelainan syaraf dan metabolisme otak yang tidak berjalan dengan semestinya. 14 Seorang anak mulai terlihat menderita keterbelakangan mental, pada saat mereka lahir. Tanda-tanda itu terlihat pada saat mereka lamban dalam memberikan reaksi. Hal tersebut terus berlanjut pada masa perkembangannya. Mereka lamban dalam belajar, berbicara, berjalan. Mereka dapat terus bersikap kekanak-kanakan dalam waktu yang sangat panjang. Anak yang memiliki keterbatasan intelektual, memiliki masalah beradaptasi dengan pekerjaan kelas. 15 Orang tua dan tenaga pengajar perlu mengetahui penyebab keterbelakangan mental pada anak secara pribadi. Hal ini penting untuk mengetahui bagaimana cara kerja otak mereka. Dengan begitu dapat mencari tahu pengobatan, terapi dan pembelajaran yang sesuai dengan kelainan yang ada pada mereka. 16 Di keluarga, kedua orang tua harus melihat anak tunagrahita sama dengan anak lainnya. Atau jika anak itu seorang diri di dalam keluarga, ia harus belajar menjalin hubungan dengan anak lain seusianya. Lingkungan yang sebagian besar adalah anakanak normal, membantu mereka untuk mencapai kedewasaan mereka. Perhatian yang intensif sangat dibutuhkan mereka. Orang tua maupun tenaga pengajar tidak boleh membiarkan mereka terlalu lama mengalami ketidakberhasilan ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini membuat mereka menjadi semakin tidak tertarik, dan mengurangi semangat untuk berusaha. Dengan demikian kepercayaan diri juga semakin berkurang. 17 14 Stella, op.cit., h 16-18. 15 Donald P Kauchak. dan Paul D. Eggen, Teaching and Learning,. ( Boston: Allyn and Bacon, 1993). h 35. 16 Stella, op.cit., h 21. 17 Donald, op cit., h 38. 10

III.2 ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKAN Pendidikan bagi anak tunagrahita menggunakan perspektif pengayaan. 18 Perspektif pengayaan adalah sebuah pendekatan berdasarkan kemampuan dan kekuatan. Apa yang dapat dilakukan oleh anak serta apa yang dapat dilakukan oleh sekolah menjadi penting dalam menciptakan lingkungan belajar dengan pendekatan ini. Menurut Montessori, kegiatan belajar dapat bertahan lama jika kondisi belajarnya sesuai dan tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak. 19 Montessori menekankan pentingnya konsentrasi, perkembangan inisiatif, dan kondisi belajar yang memberikan ruang bagi siswa untuk memeroleh rasa pencapaian pribadi. Proses belajar harus menciptakan pondasi bagi kedisiplinan diri dan keahlian yang relevan dengan kehidupan. Hal ini merupakan faktor penting dalam pengangkatan harkat manusia. Pendidikan merupakan persyaratan fundamental bagi perkembangan manusia dan merupakan dasar bagi manifestasi harkat martabat manusia. Sebuah sekolah dan sebuah masyarakat harus merespon kebutuhan dan kemampuan yang berbeda dari setiap unsur di dalamnya. Perbedaan individu dilihat sebagai kekayaan untuk memperkaya satu dengan yang lainnya, bukan sebagai permasalahan. Heterogenitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk meningkatkan konteks pembelajaran, membangun interaksi sosial yang lebih beragam dan membentuk dasar untuk menghargai perbedaan. Dalam pelaksanaannya setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar satu sama lain. Pendidikan melibatkan pembelajaran kompetensi, kepercayaan diri dan toleransi. Dengan demikian pendidikan dapat berorientasi pada perkembangan. Setiap siswa merupakan instruktur dan pendukung sosial satu sama lain. Mereka akan berkembang melalui pengajaran dan dukungan dari teman sebayanya. Kohn menekankan bahwa integritas pribadi dan standar etnis yang tinggi dikembangkan 18 Edvard Befring,, Perspektif Pengayaan: Pendekatan Pendidikan Luar Biasa terhadap Sekolah Inklusif, http://www.idp-europe.org/indonesia/buku-inklusif/pdf/7-perspektif_pengayaan.pdf, 31 Januari 2008. 19 Ibid. Montessori (1870-1952). 11

terutama melalui interaksi dan berbagi tangggung jawab, dan dapat terganggu jika orang belajar untuk menganggap sesama manusia sebagai saingan karena mereka harus membuktikan bahwa mereka lebih baik dibanding yang lain. 20 III.3 ANAK TUNAGRAHITA DAN PELATIHAN Pendekatan pelatihan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah : 21 1. Occuppasional Therapy ( Terapi Gerak ) Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak fungsional anggota tubuh ( gerak kasar dan halus ). 2. Play Therapy ( Terapi Bermain ) Terapi yang diberikan anak tungrahita dengan cara bermain, misalnya: memberikan pelajaran terapi hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli. 3. Activity Daily Living ( ADL ) atau Kemampuan Merawat Diri Untuk memandirikan anak tungrahita, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendriri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain. 4. Life Skill ( Keterampilan Hidup ) Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha. 5. Vocational Therapy ( Terapi Bekerja ) Selain diberikan latihan keterampilan, anak tunagrahita juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang dimilkinya, anak tunagrahita diharapkan dapat bekerja. 20 Ibid. Kohn (1986 ). 21 Bagaimana Implikasi Pendidikan bagi Anak Tunagrahita. http://www.ditplb.or.id, 31 Januari 2008. 12