TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI LAHAN BASAH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK GROWTH AND YIELD

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

JMHT Vol. XV, (1): 17-23, April 2009 Artikel Ilmiah ISSN: X

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

MODEL PERTUMBUHAN DAN HASIL HUTAN TANAMAN Eucalyptus grandis HILL EX MAIDEN DI AEK NAULI SIMALUNGUN SUMATRA UTARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Penelitian Kehutanan Sumatrana

PENDAHULUAN Latar Belakang

Baharinawati W.Hastanti 2

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Stok Karbon dan Nilai Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri Pulp

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

CAPAIAN KEGIATAN LITBANG

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN KONSEPTUAL MODEL PERTUMBUHAN DAN HASIL TEGAKAN HUTAN SITI LATIFAH. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.33/MENHUT-II/2009 TENTANG PEDOMAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Transkripsi:

TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI LAHAN BASAH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN Penulis: Hengki Siahaan Agus Sumadi Editor: Harbagung Mamat Rahmat Disain Sampul dan Tata Letak: Hendra Priatna Hak Penerbitan ada pada Penerbit Universitas Muhammadiyah Palembang Jl. Jenderal A. Yani 13 Ulu Palembang Phone: 0711-514103, Fax : 0711-514103/08127833088 Email: info@umpalembang.ac.id Cetakan Pertama, November 2016 ISBN: 978-602-6875-30-3 Diterbitkan oleh: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG Anggota IKAPI No: 005/SMS/2005 Sanksi pelanggaran pasal 113 UU No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari UU nomor : 19 tahun 2002, bahwa : Kutipan pasal 113 (1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagai mana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf 1 untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidanan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) (2) Setiap orang yang dengan tanpa hak/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) (3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan penggandaan hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) (4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,- (empat miliar rupiah)

TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI LAHAN BASAH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN Penulis HENGKI SIAHAAN AGUS SUMADI Editor HARBAGUNG MAMAT RAHMAT Universitas Muhammadiyah Palembang 2016

KATA PENGANTAR Kelestarian pengelolaan hutan tanaman harus didukung dengan perencanaan yang baik pada tingkat manajemen tapak. Perencanaan pada tingkat tapak membutuhkan berbagai informasi dalam bentuk perangkat pengelolaan, yang salah satu bentuk dari perangkat tersebut adalah informasi pertumbuhan dan hasil dari jenis tanaman/tegakan yang dikelola. Informasi pertumbuhan dan hasil tersebut dapat berbentuk tabel tegakan maupun berbentuk model pertumbuhan/ hasil. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.30/Menhut-II/2014 tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) dan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (RKUPHHK-HTI) yang dijabarkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.7/VI-BUHT/2014 tentang Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan RKUPHHK-HTI, perusahaan pemegang IUPHHK-HTI diwajibkan melibatkan institusi penelitian dan perguruan tinggi dalam penyusunan tabel tegakan. Berkenaan dengan hal tersebut, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Palembang telah menjalankan amanah peraturan tersebut dalam bentuk kegiatan bimbingan teknis dalam rangka penyusunan Tabel Tegakan di tiga perusahaan pemegang ijin IUPHHK- HTI di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yaitu di PT. Sebangun Bumi Andalas Wood Industries (SBA WI), PT. Bumi Mekar Hijau (BMH), dan PT. Bumi Andalas Permai (BAP). Tabel Tegakan disusun untuk hutan tanaman industri jenis Acacia crassicarpa dan Acacia mangium yang dikembangkan pada lahan basah. di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel iii

Tabel tersebut disusun secara terpisah untuk masing-masing jenis, tipe lahan, dan lokasi pengembangan. Tipe lahan pada ketiga areal konsesi perusahaan tersebut terdiri atas tiga tipe, yaitu marine clay, gambut dangkal (kedalaman < 1 meter) dan gambut dalam (kedalaman >1 meter) yang selanjutnya dikategorikan ke dalam kelas kesesuaian lahan IV, VI, dan VII. Kami berharap semoga Tabel Tegakan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik pemerintah, akademisi, maupun dunia usaha. Khusus bagi ketiga perusahaan pemegang ijin IUPHHK-HTI di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, semoga Tabel Tegakan ini dapat membantu dalam menyusun perencanaan pengelolaan HTI pada tingkat tapak. Palembang, November 2016 Kepala Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang, Ir. Choirul Ahmad, ME. NIP. 196701291994031007 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 II. KONDISI LAHAN DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN... 5 A. Letak dan Luas Areal... 5 B. Kondisi Tanah dan Ekosistem... 5 C. Penilaian Kualitas Lahan dan Pemilihan Jenis... 6 III. PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PETAK UKUR... 11 A. Pembuatan dan Lokasi PUP... 11 B. Pengumpulan Data... 12 C. Penyusunan Model Pertumbuhan... 12 D. Pengujian dan Validasi Model Hasil Tegakan... 13 E. Penyusunan Tabel Tegakan... 14 IV. MODEL HASIL TEGAKAN... 15 A. IUPHHK-HTI PT. SBA WI... 15 B. IUPHHK-HTI PT. BAP... 19 C. IUPHHK-HTI PT. BMH... 23 V. TABEL TEGAKAN... 27 DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 33 iii v di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel v

di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel vi

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis untuk memenuhi bahan baku bagi industri berbasis kayu, terutama industri pulp dan kertas, sehingga secara simultan dapat mengurangi tekanan terhadap hutan alam yang saat ini telah mengalami deplesi. Berdasarkan Statistik Kehutanan Tahun 2014, luas hutan tanaman di Indonesia baru mencapai 5.042.400 ha dan di Sumatera Selatan baru mencapai 555.600 ha (KLHK, 2015), sehingga berbagai upaya masih diperlukan untuk meningkatkan realisasi pembangunan hutan tanaman di Indonesia termasuk di Provinsi Sumatera Selatan. Keberhasilan pembangunan HTI sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ketersediaan informasi pertumbuhan dan hasil (growth and yield) dari jenis-jenis hutan tanaman yang dikembangkan (Krisnawati, 2007; Harbagung, 2010). Perencanaan pembangunan HTI yang didasarkan atas informasi pertumbuhan yang akurat sangat diperlukan dalam pencapaian pengelolaan hutan secara lestari. Penyusunan informasi pertumbuhan dilakukan berdasarkan serangkaian pengumpulan data pertumbuhan tanaman dalam bentuk plotplot pengukuran sementara dan plot-plot pengukuran yang bersifat serial atau lebih dikenal sebagai Petak Ukur Permanen (PUP). Dari data pertumbuhan yang dikumpulkan secara series pada berbagai tipe tapak dan rezim pengelolaan dapat diperoleh informasi pertumbuhan tanaman yang akurat dan terandalkan. di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 1

Informasi pertumbuhan hutan tanaman dapat disajikan dalam bentuk persamaan matematik, yang biasa disebut dengan model pertumbuhan atau model hasil, maupun dalam bentuk tabel hasil yang biasa disebut Tabel Tegakan. Model hasil merupakan bentuk informasi pertumbuhan yang paling ideal, karena setiap saat dapat dikonversi menjadi tabel hasil (Clutter et al., 1983). Namun untuk kepentingan praktis, kedua bentuk informasi tersebut dapat disajikan secara bersamaan. Dalam Tabel Tegakan biasanya disajikan informasi dimensi tegakan menurut perkembangan umur pada kondisi tapak dan rezim pengelolaan tertentu. Penyusunan Tabel Tegakan merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh pemegang ijin IUPHHK-HTI. Kewajiban tersebut tertuang dalam Permenhut P.30/Menhut-II/2014 tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala dan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri yang dijabarkan dalam Perdirjen Bina Usaha Kehutanan No. P.7/VI-BUHT/2014 tentang Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri. Disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa Tabel Tegakan dibuat berdasarkan data sampel hasil pemantauan/pengukuran potensi tegakan hutan tanaman yang dilakukan oleh masing-masing pemegang ijin IUPHHK-HTI bekerjasama dengan Badan Litbang Kehutanan atau Perguruan Tinggi. Sebagai institusi penelitian, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Palembang, secara Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dan kapasitas sumberdaya manusia, merupakan intitusi yang kompeten dalam memberikan bimbingan teknis 2 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

dalam penyusunan Tabel Tegakan sebagaimana diamanatkan dalam peraturan-peraturan tersebut, khususnya untuk pemegang ijin IUPHHK- HTI di Sumatera Bagian Selatan. Pada tahap awal ini bimbingan teknis diberikan pada beberapa perusahaan HTI pada lahan basah di Kabupaten OKI Sumatera Selatan. Di Sumatera Selatan terdapat beberapa perusahaan pemegang ijin IUPHHK-HTI yang mengembangkan jenis tanaman kehutanan pada lahan basah. Lahan basah mempunyai karakteristik yang spesifik terkait dengan kondisi lahan yang tergenang, sehingga jenis yang dapat dikembangkan di daerah ini adalah jenis-jenis tertentu yang dapat beradaptasi dengan kondisi yang anaerob. Jenis tanaman yang dikembangkan pada lahan gambut di Sumatera Selatan adalah jenis Acacia crassicarpa dan Acacia mangium yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan lahan basah. Penilaian produktivitas hutan tanaman pada lahan basah perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan lahan basah untuk pengembangan HTI. Tulisan ini menyajikan hasil analisis penilaian produktivitas lahan basah pada tiga perusahaan pemegang ijin IUPHHK- HTI di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), yaitu PT. Sebangun Bumi Andala Wood Industries (SBA WI), PT. Bumi Mekar Hijau (BMH), dan PT. Bumi Andalas Permai (BAP). Hasil penilaian disajikan dalam bentuk Tabel Tegakan pada berbagai umur, kerapatan, dan tipe lahan. B. Tujuan Penulisan buku ini dimaksudkan untuk menyajikan Tabel Tegakan hutan tanaman jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa yang ditanam pada lahan basah di Kabupaten OKI, Provinsi Sumatera Selatan. Hutan tanaman tersebut terdapat pada areal konsesi IUPHHK- di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 3

HTI Sinar Mas Group yang terdiri atas tiga perusahaan yaitu PT. SBA WI, PT. BMH, dan PT. BAP. 4 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

BAB. II KONDISI LAHAN DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN A. Letak dan Luas Areal Secara administrasi pemerintahan, areal pengembangan HTI lahan gambut oleh tiga perusahaan (Grup Sinar Mas) pemegang ijin IUPHHK- HTI terdapat di Kecamatan Tulung Selapan, Air Sugihan, Cengal, Pangkalan Lampam, dan Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Berdasarkan pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), lokasi pengembangan HTI tersebut mencakup beberapa sub DAS yang merupakan bagian dari DAS Musi. Sub DAS tersebut adalah Sub DAS Sugihan, Sub DAS Batang, Sub DAS Mengkudu, sub DAS Riding, sub DAS Lebong Hitam, sub DAS Lumpur, dan sub DAS Jeruju. Total luas areal konsesi ketiga perusahaan yang tergabung dalam Grup Sinar Mas tersebut adalah 585.425 ha. Luas konsesi masing-masing perusahaan adalah 142.355 ha (PT. SBA WI), 250.370 ha (PT. BMH), dan 192.700 ha (PT. BAP). B. Kondisi Tanah dan Ekosistem Berdasarkan peta proxy Sumatera, areal pengembangan HTI di Kabupaten OKI terdiri dari ekosistem hutan rawa, rawa gambut, mangrove dan rivarian. Namun demikian pasca pengelolaan hutan melalui sistem HPH tahun 1990-an ekosistem asli tersebut telah menyusut dan sebagian besar telah berubah menjadi hutan sekunder dan semak belukar. Pada era pengelolaan hutan dalam bentuk hutan tanaman, kawasan ini, khususnya lahan-lahan terdegradasi dikelola menjadi hutan tanaman, sehingga saat ini ekosistem lahan basah di Kabupaten OKI didominasi oleh ekosistem hutan tanaman akasia (Anonim, 2014). di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 5

Pembangunan hutan tanaman pada lahan basah terdegradasi dapat mempertahankan cadangan karbon yang masih tersisa dan bahkan dapat menyerap karbon melalui pertumbuhan tanaman. Sumadi et al (2013) melaporkan bahwa hutan tanaman Acacia crassicarpa pada IUPHHK- HTI dapat menyerap karbon hingga 612 ton/ha pada umur 6 tahun atau rata-rata 102 ton/ha/tahun. Serapan karbon ini masih lebih besar dari emisi akibat pengelolaan hutan sebesar 87 ton/ha/tahun. Namun demikian, pembangunan HTI pada lahan basah terutama pada lahan gambut perlu dilakukan secara hati-hati karena subsidensi gambut akibat pembuatan kanal dapat mengakibatkan emisi yang lebih besar (Agus, 2013). Kondisi tanah pada areal konsesi IUPHHK-HTI di Kabupaten OKI didominasi oleh tanah gambut dan sebagian termasuk tanah alluvial (marine clay). Ordo tanah yang dijumpai dapat berupa ordo histosol, spodosol, inceptisol, dan ordo ultisol. Dalam manajemen pengelolaan perusahaan, jenis tanah marine clay digolongkan ke dalam dua kelas kesesuaian lahan berdasarkan teksturnya, yaitu kelas kesesuaian lahan IV untuk lahan bertekstur sedang dan kelas kesesuaian lahan V untuk tanah bertekstur agak kasar sampai kasar. Tanah gambut dikategorikan ke dalam dua kelas kesesuaian lahan berdasarkan kedalaman gambutnya, yaitu kelas kesesuaian lahan VI untuk lahan gambut dengan kedalaman gambut < 1 meter dan kelas lahan VII untuk gambut dengan kedalaman > 1 meter. C. Penilaian Kualitas Lahan dan Pemilihan Jenis Penilaian kualitas lahan pada areal konsesi pada tiga perusahaan Grup Sinar Mas dilakukan berdasarkan beberapa parameter kualitas lahan, yaitu jenis (ordo) tanah, tekstur, drainase, ketebalan dan 6 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

kematangan gambut, serta bahaya banjir. Setiap parameter dibedakan menjadi beberapa tingkat/level yang mempunyai bobot (indeks) lahan yang berbeda. Jumlah indeks lahan pada seluruh parameter kualitas lahan tersebut digunakan sebagai dasar untuk penentuan kelas kesesuaian lahan. Berdasarkan penilaian tersebut, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi 7 kelas, yaitu kelas kesesuaian lahan I, II, III, IV, V, VI, dan VII (Tabel 1 dan Tabel 2). Tabel 1. Kriteria penilaian indeks kualitas lahan HTI Sinar Mas Grup di Kabupaten OKI Sumatera Selatan No Kriteria/Parameter Sub kriteria Indeks lahan 1. Ordo tanah Histosol 2 Spodosol 4 Inceptisol 8 Ultisol 10 2. Tekstur tanah Kasar 1 Agak kasar 3 Sedang 4 Agak halus 5 Halus 7 3. Drainase Baik 6 Buruk 3 4. Kedalaman gambut 0 1 meter 2 1 3 meter 1 3 meter 0 5. Kematangan gambut Saprist 3 Hemist 1,5 Fibrist 0 6. Bahaya banjir Ada -3 Tidak ada 0 Sumber: Petunjuk teknis penilaian kualitas lahan HTI Sinar Mas Grup Pemilihan jenis tanaman pada HTI lahan basah Grup Sinar Mas didasarkan pada kelas kesesuaian lahan. Pada kelas kesesuaian lahan I- III, jenis yang ditanam adalah Eucalyptus pelita, pada kelas kesesuaian lahan IV dan V, ditanam jenis Acacia mangium serta pada kelas di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 7

kesesuaian lahan VI dan VII ditanam jenis Acacia crassicarpa (Tabel 2). Selain untuk pemilihan jenis tanaman, kelas kesesuaian lahan juga dijadikan sebagai dasar pemeliharaan tanaman, baik pemilihan jenis dan intensitas pemupukan, maupun pengendalian gulma. Tabel 2. Indeks kualitas lahan dan pemilihan jenis tanaman pada HTI Sinar Mas Grup di Kabupaten OKI Sumatera Selatan No Jumlah indeks lahan Tekstur tanah/ kedalaman gambut Kelas kesesuaian lahan Jenis tanaman 1. > 17 halus-agak halus I Eucalyptus pelita sedang II Eucalyptus pelita kasar-agak kasar III Eucalyptus pelita 2. 13-17 sedang IV Acacia mangium kasar-agak kasar V Acacia mangium 3. < 13 gambut < 1 m VI Acacia crassicarpa gambut > 1 m VII Acacia crassicarpa Sumber: Petunjuk teknis penilaian kualitas lahan HTI Sinar Mas Grup Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 2,5 m dan 3 m x 2 m. Persen hidup tanaman berkisar antara 0-100% dengan rata-rata 48%. Kematian tanaman umumnya terjadi karena tumbang. Tumbangnya tanaman terjadi karena lemahnya daya tumpu perakaran tanaman pada tanah. Hal ini terjadi pada lahan gambut yang mempunyai tingkat kematangan yang rendah. Lahan gambut dengan tingkat kematangan rendah mempunyai bobot isi (bulk density) yang juga rendah sehingga tidak mampu menahan beban biomassa tanaman. Daur penanaman, baik untuk Acacia mangium maupun Acacia crassicarpa adalah 6 tahun, namun pada beberapa lokasi dijumpai tanaman berumur 7-10 tahun karena penundaan pemanenan. Penundaan pemanenan dilakukan pada petak penanaman yang mempunyai kerapatan rendah akibat terjadinya kematian tanaman, khususnya pada lahan bergambut. Tegakan yang mempunyai kerapatan rendah masih 8 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

berpeluang mengalami pertumbuhan diameter sehingga volume tegakan masih meningkat. di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 9

10 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

BAB. III PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PETAK UKUR A. Pembuatan dan Lokasi PUP Petak ukur untuk penyusunan Tabel Tegakan hutan tanaman pada IUPHHK-HTI pada lahan gambut di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan dibuat pada berbagai tipe tapak dan rezim pengelolaan. PUP dibuat berbentuk lingkaran seluas 0,02 ha atau jari-jari lingkaran (r) 7,98 meter. PUP dibangun pada dua jenis tanaman yang dikembangkan yaitu jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa, sesuai dengan lokasi pengembangan masing-masing jenis. Jenis Acacia mangium ditanam pada tipe lahan wetland marine clay (kelas kualitas tapak IV) sedangkan Acacia crassicarpa, selain ditanam pada wetland marine clay juga ditanam pada lahan gambut dengan kedalaman < 1 meter (kelas kualitas tapak VI) dan gambut dengan kedalaman > 1 meter (kelas kualitas lahan VII). Jumlah PUP pada masing-masing jenis dan tipe lahan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah PUP pada masing-masing jenis dan tipe lahan HTI Sinar Mas Grup di Kabupaten OKI Sumatera Selatan Jenis Tipe lahan / kelas kesesuaian lahan Jumlah PUP yang dibuat pada IUPHHK HTI PT. SBA PT. BAP PT. BMH WI Acacia mangium Marine clay (IV) 238 342 - Marine clay (V) 473 127 198 Acacia crassicarpa Peat VI 262 106 - Peat VII 466 118 116 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 11

B. Pengumpulan Data Data tegakan yang dikumpulkan adalah tinggi (T) dan diameter (D) setiap pohon dalam PUP. Sebelum pengukuran dilakukan pohonpohon dalam PUP diberi nomor urut agar pengukuran dapat dilakukan secara sistematis. Pengukuran pohon dilakukan secara langsung menggunakan hypsometer (untuk tinggi) dan phi-band (untuk diameter). Hasil pengukuran tinggi dan diameter individu pohon dalam setiap PUP selanjutnya dirata-ratakan untuk menghitung tinggi dan diameter tegakan. Volume pohon merupakan besaran turunan dari nilai tinggi dan diameter pohon yang dihitung berdasarkan model penduga volume pohon (Sumadi, 2007). C. Penyusunan Model Pertumbuhan Model pertumbuhan yang disusun adalah model tegakan keseluruhan (whole stand model) dengan menggunakan variabel tegakan sebagai satuan dasar pengukuran, meliputi umur (A) dan kerapatan tegakan (N). Untuk mendapatkan model pertumbuhan tersebut, data variabel A dan N dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda (Draper and Smith, 1992). Persamaan matematis dibangun dengan menggunakan model Schumacer (1939). Model tersebut menghubungkan nilai logaritma variabel pertumbuhan (ln Y) dengan kebalikan umur (1/A). Model ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan variabel lain yaitu kerapatan tegakan (Vanclay, 1994; Clutter et al., 1983) sehingga persamaan matematisnya menjadi sebagai berikut: Ln Y = a + b/a + c/n... (1) Ln Y = a + b/a + c ln (N)... (2) 12 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

D. Pengujian dan Validasi Model Hasil Tegakan Untuk mengetahui apakah sebuah model dapat diterima atau cukup memadai perlu melalui proses pengujian dan validasi model. Kriteria uji statistik yang digunakan dalam pengujian dan validasi model hasil tegakan adalah sebagai berikut: 1. Koefisien determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi merupakan proporsi variasi total di sekitar nilai tengah yang dapat dijelaskan oleh regresi (Draper & Smith 1992). R 2 dihitung menggunakan rumus berikut ini: R 2 ( Yˆ Y ) 2 2 ( Yi Y ) 2. Validasi model Validasi dilakukan dengan menghitung simpangan rata-rata (mean error/me), simpangan agregat (SA) dan akar rata-rata kuadrat simpangan (root mean squared error/rmse). Simpangan rata-rata menyatakan rata-rata kesalahan tanpa melihat tandanya (negatif atau positif), simpangan agregat merupakan besarnya kesalahan berdasarkan jumlah nilai pengamatan dan dugaan, sedangkan RMSE menyatakan akurasi dugaan (Huang et al., 2003; Husch et al., 2003; Krisnawati, 2007) yang dinyatakan dengan rumus: ( )... (4)... (5) ( )... (6) di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 13

Keterangan: Y = dimensi tegakan meliputi diameter tegakan (Dbh, dalam cm), tinggi tegakan (H, dalam meter), dan volume tegakan (V, dalam m 3 /ha) A = umur tegakan (tahun) N = kerapatan tegakan (jumlah pohon tiap hektar) Yi = nilai pengamatan Ŷ = nilai dugaan a, b, c = konstanta regresi ln = logaritma natural E. Penyusunan Tabel Tegakan Tabel disusun berdasarkan persamaan (model hasil) terbaik/terpilih untuk masing-masing dimensi tegakan, yaitu tinggi, diameter, dan volume tegakan. Dalam Tabel Tegakan, kolom pertama sebagai wadah peubah umur tegakan, sedangkan kolom kedua untuk kerapatan tegakan yaitu jumlah pohon yang masih hidup per satuan luas (hektar) pada saat umur yang bersangkutan (kolom 1). Sebagaimana disebutkan dimuka, umur dan kerapatan tegakan ditetapkan sebagai peubah penentu (independent variable) dalam model hasil (lihat persamaan (1) dan persamaan (2)). Kolom 3, kolom 4, dan kolom 5 berisi gambaran perkembangan diameter, tinggi, dan volume tegakan yang merupakan proyeksi nilainilai parameter tegakan pada berbagai tingkat umur dan kerapatan tegakan, dihitung berdasarkan persamaan-persamaan terpilih. 14 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

BAB. IV MODEL HASIL TEGAKAN A. IUPHHK-HTI PT. SBA WI 1. Jenis Acacia crassicarpa pada tipe lahan marine clay IV Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada lahan marine clay IV disajikan pada tabel 4, tabel 5, dan tabel 6. Tabel 4. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 3.32-2.02/A + 26.8/N 2.83-1.76 0.29 87.5 2. Ln Dbh = 4.19-1.94/A - 0.136 ln N 2.74-1.91 0.31 87.7 Tabel 5. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.32-2.05/A + 1.04/N 1.68-0.92 0.14 92.1 2. Ln H = 3.35-2.05/A - 0.005 ln N 1.68-1.34 0.20 92.1 Tabel 6. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.84-4.49/A - 129/N 27.22-8.45 5.69 83.0 2. Ln V = 1.28 5.00/A + 0.722 ln N 24.73-6.31 4.33 86.1 Didasarkan pada besarnya koefisien determinasi (R 2 adj), serta kecilnya RMSE, ME, dan nilai absolut SA, maka model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 15

tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada lahan marine clay IV adalah bentuk persamaan (7), persamaan (8), dan persamaan (9). Ln Dbh = 4.19-1.94/A - 0.136 Ln N... (7) Ln H = 3.32-2.05/A - 1.04/N... (8) Ln V = 1.28-5.00/A - 0.722 Ln N... (9) 2. Jenis Acacia crassicarpa pada tipe lahan peat VI Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada lahan peat VI disajikan pada tabel 7, tabel 8 dan tabel 9. Tabel 7. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 3.01 1.38/A + 58/N 2.26-1.28 0.18 86.2 2. Ln Dbh = 4.37-1.28/A - 0.196 Ln N 2.00-0.72 0.10 88.5 Tabel 8. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.25 1.61/A 19.1/N 1.70-0.50 0.08 88.2 2. Ln H = 2.87 1.64/A + 0.054 Ln N 1.70-0.72 0.11 88.2 Tabel 9. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.92 3.3/A - 229/N 21.18-1.81 1.78 89.2 2. Ln V = 1.63 3.53/A + 0.605 Ln N 21.84-1.72 1.69 88.6 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI 16 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

pada lahan peat VI adalah bentuk persamaan (10), persamaan (11), dan persamaan (12). Ln Dbh = 4.37-1.28/A - 0.196 Ln N... (10) Ln H = 3.25-1.61/A - 19.1/N... (11) Ln V = 5.92-3.3/A - 229/N... (12) 3. Jenis Acacia crassicarpa pada tipe lahan peat VII Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada lahan peat VII disajikan pada tabel 10, tabel 11, dan tabel 12. Tabel 10. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 2.73 1.14/A +158/N 1.87-1.54 0.18 87.0 2. Ln Dbh = 4.77-1.07/A - 0.276 Ln N 1.82-1.23 0.14 87.4 Tabel 11. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.02 1.54/A + 67.6/N 1.56-1.09 0.13 91.4 2. Ln H = 4.09 1.48/A - 0.148 ln N 1.52-0.29 0.03 91.7 Tabel 12. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.73 3.14/A - 263/N 27.39-6.41 4.46 84.3 2. Ln V = 2.81 3.21/A + 0.387 Ln N 27.24-6.69 4.64 84.1 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. SBA WI di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 17

pada lahan peat VII adalah bentuk persamaan (13), persamaan (14), dan persamaan (15). Ln Dbh = 4.77-1.07/A - 0.276 Ln N... (13) Ln H = 4.09-1.48/A 0.148 Ln N... (14) Ln V = 5.73-3.14/A 263/N... (15) 4. Jenis Acacia mangium pada tipe lahan marine clay IV Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia mangium di PT. SBA WI pada lahan marine clay IV disajikan pada tabel 13, tabel 14 dan tabel 15. Tabel 13. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia mangium di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 3.02 1.42/A +95.8/N 1.86-0.86 0.13 91.7 2. Ln Dbh = 4.39-1.37/A - 0.189 Ln N 2.09-1.05 0.16 91.6 Tabel 14. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia mangium di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.14 1.75/A + 48.2/N 1.56-0.60 0.09 93.9 2. Ln H = 3.92 1.71/A - 0.111 Ln N 1.56-1.45 0.21 94.1 Tabel 15. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia mangium di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 6.08 3.79/A - 258/N 25.16-4.17 4.01 89.9 2. Ln V = 2.15 3.96/A + 0.545 Ln N 25.94-5.67 5.37 90.3 18 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia mangium di PT. SBA WI pada lahan marine clay IV adalah bentuk persamaan (16), persamaan (17), dan persamaan (18). Ln Dbh = 3.02-1.42/A 95.8/N... (16) Ln H = 3.14-1.75/A 48.2/N... (17) Ln V = 6.08-3.79/A 258/N... (18) B. IUPHHK-HTI PT. BAP 1. Acacia crassicarpa pada tipe lahan marine clay IV Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan marine clay IV disajikan pada tabel 16, tabel 17 dan tabel 18. Tabel 16. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 3.04-1.68/A+101/N 2.08-1.78-0.27 90.3 2. Ln Dbh = 4.56-1.65/A-0.21 Ln N 2.01-0.86-0.13 90.5 Tabel 17. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.20-1.84/A+25.9/N 1.59-0.76-0.11 92.2 2. Ln H = 3.58-1.84/A-0.052 Ln N 1.91-1.01-0.22 92.2 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 19

Tabel 18. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 6.31-4.47/A-298/N 27.34-5.20-4.99 88.6 2. Ln V = 1.81-4.56/A + 0.62 Ln N 28.06-5.68-5.43 89.0 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan marine clay IV adalah bentuk persamaan (19), persamaan (20) dan persamaan (21). Ln Dbh = 4.56-1.65/A 0.21 Ln N... (19) Ln H = 3.20-1.84/A 25.9/N... (20) Ln V = 6.31-4.47/A 298/N... (21) 2. Acacia crassicarpa pada tipe lahan peat VI Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan peat VI disajikan pada tabel 19, tabel 20 dan tabel 21. Tabel 19. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 2.89-1.14/A+118/N 1.94-0.78-0.12 93.6 2. Ln Dbh = 4.75-1.03/A-0.26 Ln N 1.94-0.91-0.14 93.8 Tabel 20. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 2.98-1.29/A+78.6/N 1.59-0.75-0.12 96.4 2. Ln H = 4.24-1.22/A-0.18 Ln N 1.54-0.39-0.06 96.5 20 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Tabel 21. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP tipe pada lahan peat VI No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.73-2.94/A- 167 /N 34.33-6.19-6.30 91.4 2. Ln V = 3.02-3.10/A+ 0.38 Ln N 34.75-8.19-8.18 91.5 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan marine clay VI adalah bentuk persamaan (22), persamaan (23) dan persamaan (24). Ln Dbh = 2.89-1.14/A 118/N... (22) Ln H = 4.24-1.22/A 0.18 Ln N... (23) Ln V = 5.73 2.94/A 167/N... (24) 3. Acacia Crassicarpa pada tipe lahan peat VII Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan peat VII disajikan pada tabel 22, tabel 23 dan tabel 24. Tabel 22. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 2.83-1.20/A+132/N 1.43-0.71-0.11 86.5 2. Ln Dbh = 4.66-1.08/A-0.25 Ln N 1.31-0.77-0.12 88.6 Tabel 23. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.03-1.40/A+61.9/N 1.34-0.26-0.04 89.4 2. Ln H = 3.92-1.34/A-0.12 Ln N 1.30-0.58-0.10 90.0 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 21

Tabel 24. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.85-3.03/A-257 /N 27.90-2.45-3.25 84.7 2. Ln V = 2.80-3.20/A+0.41 Ln N 28.07-4.06-23.4 83.8 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BAP pada lahan marine clay VII adalah bentuk persamaan (25), persamaan (26) dan persamaan (27). Ln Dbh = 4.66-1.08/A 0.25 Ln N... (25) Ln H = 3.92-1.34/A 0.12 Ln N... (26) Ln V = 5.85 3.03/A 257/N... (27) 4. Acacia mangium pada tipe lahan marine clay IV Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia mangium di PT. BAP pada lahan marine clay IV disajikan pada tabel 25, tabel 26 dan tabel 27. Tabel 25. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia mangium di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 2.94-1.33/A+86.4/N 1.71-1.72-0.20 82.1 2. Ln Dbh = 3.83-1.32/A-0.12 Ln N 1.73-1.62-0.19 82.0 Tabel 26. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia mangium di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 2.78-1.49/A+137/N 1.96-2.99-0.30 81.5 2. Ln H = 4.41-1.46/A-0.22 Ln N 1.89-2.73-0.27 81.8 22 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Tabel 27. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia mangium di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.88-3.59/A-308/N 24.18-10.0-6.03 79.7 2. Ln V = 2.19-3.65/A+0.49 Ln N 24.97-10.1-6.09 80.0 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia mangium di PT. BAP pada lahan marine clay IV adalah bentuk persamaan (28), persamaan (29) dan persamaan (30). Ln Dbh = 2.94-1.33/A 86.4/N... (28) Ln H = 4.41-1.46/A 0.22 Ln N... (29) Ln V = 5.88 3.59/A 308/N... (30) C. IUPHHK-HTI PT. BMH 1. Acacia crassicarpa pada tipe lahan marine clay IV Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada lahan marine clay IV disajikan pada tabel 28, tabel 29 dan tabel 30. Tabel 28. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 3.13-1.43/A+4.13/N 2.07-1.66-0.22 93.6 2. Ln Dbh = 3.79-1.33/A-0.11 Ln N 1.88-0.65-0.09 94.6 Tabel 29. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 3.13-1.48/A+2.72/N 1.50-0.82-0.10 95.5 2. Ln H = 3.24-1.45/A-0.02 Ln N 1.49-0.58-0.07 95.5 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 23

Tabel 30. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan marine clay IV No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 5.37-3.00/A-69.0/N 23.58-5.83-3.82 88.8 2. Ln V = 2.01-3.37/A+0.52 Ln N 21.47-4.31-2.87 91.9 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada lahan marine clay IV adalah bentuk persamaan (31), persamaan (32) dan persamaan (33). Ln Dbh = 3.79-1.33/A 0.11 Ln N... (31) Ln H = 3.24-1.45/A 0.02 Ln N... (32) Ln V = 2.01 3.37/A 0.52 Ln N... (33) 2. Acacia crassicarpa pada tipe lahan peatvii Bentuk persamaan serta nilai uji statistik model hasil diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada lahan peat VII disajikan pada tabel 31, tabel 32 dan Tabel 33. Tabel 31. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil diameter tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln Dbh = 2.80-1.33/A+167/N 1.24-1.10-0.69 87.8 2. Ln Dbh = 4.70-1.29/A-0.25 Ln N 1.17-0.13-0.89 88.5 Tabel 32. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil tinggi tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln H = 2.94-1.50/A+123/N 1.33-0.06-0.01 90.8 2. Ln H = 4.37-1.47/A - 0.19 Ln N 1.27-0.78-0.12 91.4 24 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Tabel 33. Bentuk dan nilai uji statistik model hasil volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan peat VII No Model hasil RMSE SA ME R 2 adj 1. Ln V = 6.04-3.64/A-297/N 24.14-2.22-2.89 88.6 2. Ln V = 2.83-3.70/A+0.42 Ln N 24.17-2.37-3.09 88.5 Model hasil terpilih untuk menggambarkan perkembangan diameter, tinggi dan volume tegakan Acacia crassicarpa di PT. BMH pada lahan peat VII adalah bentuk persamaan (34), persamaan (35) dan persamaan (36). Ln Dbh = 4.70-1.29/A 0.25 Ln N... (34) Ln H = 4.37-1.47/A 0.19 Ln N... (35) Ln V = 2.83 3.70/A 0.42 Ln N... (36) di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 25

26 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

BAB. V TABEL TEGAKAN Tabel Tegakan yang disusun dalam buku ini merupakan informasi praktis yang menggambarkan produktivitas tegakan Acacia crassicarpa dan Acacia mangium yang dibangun pada berbagai tipe lahan basah pada areal konsesi Hutan Tanaman Industri Sinar Mas Grup di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Informasi ini sangat diperlukan dalam menyusun rangkaian kegiatan perusahaan maupun dalam mengambil tindakan silvikultur yang diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan dengan tujuan untuk menghasilkan kayu sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Informasi pertumbuhan dan hasil pada Tabel Tegakan disajikan dalam kolom-kolom yang berisi parameter dan dimensi hasil tegakan. Kolom pertama yang berisi umur tegakan disusun dengan rentang 1-6 tahun, sedangkan pada kolom ke dua disajikan kerapatan tegakan (N/ha) pada saat umur yang bersangkutan (kolom 1). Rentang kerapatan tegakan pada masing-masing umur dibuat cukup lebar agar Tabel Tegakan dapat digunakan pada kondisi-kondisi yang ekstrim, misalnya pada kondisi tingkat survival yang sangat rendah. Lebar rentang kerapatan tegakan dibuat 100-2.000 pohon/hektar, dengan rentang yang berbeda pada masing-masing umur. Kolom selanjutnya (kolom 3, kolom 4, dan kolom 5) berisi gambaran perkembangan diameter, tinggi, dan volume tegakan yang merupakan proyeksi nilai-nilai parameter tegakan pada berbagai tingkat umur dan kerapatan tegakan pada kolom 1 dan kolom 2. Pada Tabel Tegakan juga disajikan nilai riap rata-rata tahunan (mean annual increment - MAI) yang merupakan nilai volume tegakan di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 27

hingga waktu tertentu dibagi dengan umur tegakan pada saat tersebut (kolom 6). Dalam buku ini, Tabel Tegakan disusun menurut perusahaan IUPHHK-HTI, jenis tanaman, dan tipe lahan yaitu meliputi: Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV (Lampiran 1), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan (7), persamaan (8) dan persamaan (9). Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VI (Lampiran 2), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan (10), persamaan (11) dan persamaan (12). Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VII (Lampiran 3), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 13, persamaan 14 dan persamaan 15. Tabel Tegakan tanaman Acacia mangium di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV (Lampiran 4, yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 16, persamaan 17 dan persamaan 18. Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV (Lampiran 5), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 19, persamaan 20 dan persamaan 21. Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VI (Lampiran 6), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 22, persamaan 23 dan persamaan 24. Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. BAP pada tipe lahan peat VII (Lampiran 7), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 25, persamaan 26 dan persamaan 27. 28 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Tabel Tegakan tanaman Acacia mangium di PT. BAP pada tipe lahan marine clay IV (Lampiran 8), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 28, persamaan 29 dan persamaan 30. Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan marine clay IV (Lampiran 9), yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 31, persamaan 32 dan persamaan 33. Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. BMH pada tipe lahan peat VII (Lampiran 10). yang merupakan hasil pemroyeksian dengan menggunakan persamaan 34, persamaan 35 dan persamaan 36. Tabel Tegakan yang tersusun dapat diperluas atau disajikan dengan interval umur dan kerapatan yang lebih kecil dengan memproyeksikan nilai-nilai umur dan kerapatan tersebut pada model yang digunakan (terpilih). Misalnya interval umur dapat diperkecil menjadi 0,5 tahun atau 0,25 tahun sesuai dengan kebutuhan. di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 29

30 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

DAFTAR PUSTAKA Agus, F., 2013. Konservasi dan rehabilitasi lahan gambut untuk penurunan emisi karbon: aplikasi untuk Provinsi Sumatera Selatan. Prosiding Workshop ITTO: Stakeholder Consultation the Application of Method and Technologies to Enhance the Restoration of the PSF Ecosystem. Palembang, 25 April 2013. Anonim, 2014. Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi PT. Sebangun Bumi Andalas Wood Industries Sumatera Selatan. Ekologika. Jakarta. Clutter, J. L., J. C. Fortson., L. V. Pienar., G. H. Brister, and R.L. Bailey, 1983. Timber Management: A Quantitative Approach. John Wiley & Sons Inc. New York. Draper, N., and H. Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan. Bambang Sumantri, penerjemah. Applied Regression Analysis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Harbagung, 2010. Teknik dan Perangkat Pengaturan Hasil: Sintesa Hasil Penelitian Kuantifikasi Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor. Huang, S., Y. Yang, and Y. Wang, 2003. A critical look at procedures for validating growth and yield models. Di dalam: Amaro A., D. Reed, and P. Soares. Modelling Forest Systems. CABI Publishing. London. Husch, B., T. W. Beers, and J. A. Kersaw, 2003. Forest Mensuration. Fourth Edition. John Wiley and Son Inc. New York. Johnson, R. A., G. K Bhattacharyya, 1992. Statistic: Principle and Methods. John Wiley & Sons Inc. New York. KLHK, 2015. Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014. KLHK. Jakarta. Krisnawati, H. 2007. Modelling stand growth and yield for optimizing management of Acacia mangium Willd. Plantation in Indonesia. Desertasi. University of Melbourne. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.30/Menhut-II/2014 tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala dan Rencana Kerja pada di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 31

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri. 16 Mei 2014. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.7/VI- BUHT/2014 tentang Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri. 23 Juli 2014. Schumacher, F. X. 1939. A new growth curve and its application to timber yield studies. Journal of Forestry 37: 819 820. Sumadi, A. 2007. Model penduga volume untuk penaksiran volume pohon berdiri jenis A. Crassicarpa di PT. SBA Wood Industries. Prosiding Seminar Peran Iptek dalam Mendukung Pembangunan Hutan Tanaman dan Kesejahteraa Masyarakat, tanggal 7 Desember 2006 di Ogan Komering Ilir. Hlm 53-57. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Palembang. Sumadi, A., M., Rahmat dan T. R. Saefulloh. 2013. Penyerapan karbon pada hutan tanaman Acacia crassicarpa di lahan gambut terdegradasi PT. SBA WI. Prosiding Workshop ITTO: Stakeholder Consultation the Application of Method and Technologies to Enhance the Restoration of the PSF Ecosystem. Palembang, 25 April 2013. Vanclay, J. K. 1994. Modelling forest growth and yield: Application to mixed tropical forest. http://jkv.50 meggs.com. Diakses 25 Apr 2008. 32 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

LAMPIRAN Lampiran 1. Umur (thn) 1 2 Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan marine clay IV Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m 3 /ha) MAI (m 3 /ha/thn) 2000 3.37 3.56 5.86 5.86 1950 3.39 3.56 5.75 5.75 1900 3.40 3.56 5.65 5.65 1850 3.41 3.56 5.54 5.54 1800 3.42 3.56 5.43 5.43 1750 3.44 3.56 5.32 5.32 1700 3.45 3.56 5.21 5.21 1650 3.46 3.56 5.10 5.10 1600 3.48 3.56 4.99 4.99 1550 3.49 3.56 4.87 4.87 1500 3.51 3.56 4.76 4.76 1450 3.53 3.56 4.64 4.64 1400 3.54 3.56 4.53 4.53 1350 3.56 3.56 4.41 4.41 1300 3.58 3.56 4.29 4.29 1250 3.60 3.56 4.17 4.17 1200 3.62 3.56 4.05 4.05 1150 3.64 3.56 3.93 3.93 1100 3.66 3.56 3.80 3.80 1050 3.68 3.56 3.68 3.68 1000 3.71 3.56 3.55 3.55 1800 9.03 9.93 66.14 33.07 1750 9.07 9.93 64.81 32.40 1700 9.10 9.93 63.47 31.73 1650 9.14 9.93 62.11 31.06 1600 9.18 9.93 60.75 30.37 1550 9.22 9.93 59.37 29.69 1500 9.26 9.93 57.98 28.99 1450 9.30 9.93 56.58 28.29 1400 9.34 9.93 55.17 27.58 1350 9.39 9.93 53.74 26.87 1300 9.44 9.93 52.29 26.15 1250 9.49 9.93 50.83 25.42 1200 9.54 9.93 49.35 24.68 1150 9.60 9.93 47.86 23.93 1100 9.66 9.93 46.35 23.17 1050 9.72 9.93 44.82 22.41 1000 9.78 9.93 43.27 21.63 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 33

Lampiran 1 (lanjutan) Umur (thn) 3 4 Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m3/ha) 950 9.85 9.94 41.69 20.85 900 9.92 9.94 40.10 20.05 850 10.00 9.94 38.48 19.24 800 10.08 9.94 36.83 18.41 MAI (m3/ha/thn) 1600 12.68 13.98 139.78 46.59 1550 12.73 13.98 136.61 45.54 1500 12.79 13.98 133.42 44.47 1450 12.85 13.98 130.19 43.40 1400 12.91 13.98 126.93 42.31 1350 12.98 13.98 123.64 41.21 1300 13.04 13.98 120.32 40.11 1250 13.11 13.98 116.96 38.99 1200 13.19 13.98 113.56 37.85 1150 13.26 13.98 110.13 36.71 1100 13.34 13.98 106.65 35.55 1050 13.43 13.98 103.13 34.38 1000 13.52 13.98 99.56 33.19 950 13.61 13.98 95.94 31.98 900 13.71 13.98 92.26 30.75 850 13.82 13.98 88.53 29.51 800 13.93 13.98 84.74 28.25 750 14.06 13.99 80.88 26.96 700 14.19 13.99 76.95 25.65 650 14.33 13.99 72.95 24.32 600 14.49 13.99 68.85 22.95 1400 15.18 16.58 192.55 48.14 1350 15.25 16.58 187.56 46.89 1300 15.33 16.58 182.51 45.63 1250 15.41 16.58 177.42 44.35 1200 15.50 16.58 172.27 43.07 1150 15.59 16.58 167.05 41.76 1100 15.68 16.58 161.78 40.44 1050 15.78 16.58 156.43 39.11 1000 15.89 16.59 151.02 37.75 950 16.00 16.59 145.53 36.38 900 16.12 16.59 139.96 34.99 850 16.24 16.59 134.30 33.57 800 16.38 16.59 128.55 32.14 750 16.52 16.59 122.69 30.67 700 16.68 16.59 116.73 29.18 650 16.85 16.59 110.65 27.66 600 17.03 16.60 104.44 26.11 550 17.23 16.60 98.08 24.52 34 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Lampiran 1 (lanjutan) Umur (thn) 5 6 Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m3/ha) 500 17.46 16.60 91.56 22.89 450 17.71 16.61 84.85 21.21 400 18.00 16.61 77.93 19.48 MAI (m3/ha/thn) 1200 17.08 18.37 221.19 44.24 1150 17.18 18.37 214.50 42.90 1100 17.28 18.37 207.72 41.54 1050 17.39 18.37 200.86 40.17 1000 17.51 18.38 193.91 38.78 950 17.63 18.38 186.86 37.37 900 17.76 18.38 179.71 35.94 850 17.90 18.38 172.44 34.49 800 18.05 18.38 165.06 33.01 750 18.20 18.38 157.54 31.51 700 18.38 18.38 149.89 29.98 650 18.56 18.39 142.08 28.42 600 18.77 18.39 134.10 26.82 550 18.99 18.39 125.93 25.19 500 19.24 18.40 117.56 23.51 450 19.51 18.40 108.95 21.79 400 19.83 18.40 100.07 20.01 350 20.19 18.41 90.87 18.17 300 20.62 18.42 81.30 16.26 250 21.14 18.43 71.27 14.25 200 21.79 18.45 60.67 12.13 1000 18.68 19.68 229.08 38.18 950 18.81 19.68 220.75 36.79 900 18.95 19.68 212.30 35.38 850 19.09 19.68 203.72 33.95 800 19.25 19.68 194.99 32.50 750 19.42 19.68 186.11 31.02 700 19.60 19.68 177.07 29.51 650 19.80 19.69 167.84 27.97 600 20.02 19.69 158.42 26.40 550 20.26 19.69 148.77 24.80 500 20.52 19.70 138.88 23.15 450 20.82 19.70 128.71 21.45 400 21.15 19.71 118.21 19.70 350 21.54 19.71 107.35 17.89 300 22.00 19.72 96.04 16.01 250 22.55 19.74 84.20 14.03 200 23.25 19.76 71.67 11.94 150 24.17 19.79 58.23 9.70 100 25.54 19.86 43.45 7.24 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 35

Lampiran 2. Umur (thn) 1 2 Tabel Tegakan tanaman Acacia crassicarpa di PT. SBA WI pada tipe lahan peat VI Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m 3 /ha) MAI (m 3 /ha/thn) 2000 4.95 5.11 12.25 12.25 1950 4.98 5.10 12.21 12.21 1900 5.00 5.10 12.18 12.18 1850 5.03 5.10 12.14 12.14 1800 5.06 5.10 12.09 12.09 1750 5.09 5.10 12.05 12.05 1700 5.11 5.10 12.00 12.00 1650 5.14 5.10 11.96 11.96 1600 5.18 5.09 11.90 11.90 1550 5.21 5.09 11.85 11.85 1500 5.24 5.09 11.79 11.79 1450 5.28 5.09 11.73 11.73 1400 5.31 5.09 11.66 11.66 1350 5.35 5.08 11.59 11.59 1300 5.39 5.08 11.52 11.52 1250 5.43 5.08 11.44 11.44 1200 5.48 5.07 11.35 11.35 1150 5.52 5.07 11.26 11.26 1100 5.57 5.07 11.15 11.15 1050 5.62 5.06 11.04 11.04 1000 5.68 5.06 10.92 10.92 1800 9.59 11.41 62.98 31.49 1750 9.64 11.41 62.75 31.37 1700 9.70 11.40 62.51 31.25 1650 9.76 11.40 62.25 31.13 1600 9.82 11.39 61.98 30.99 1550 9.88 11.39 61.70 30.85 1500 9.94 11.38 61.40 30.70 1450 10.01 11.38 61.07 30.54 1400 10.08 11.37 60.73 30.36 1350 10.15 11.37 60.36 30.18 1300 10.22 11.36 59.97 29.99 1250 10.30 11.36 59.55 29.77 1200 10.38 11.35 59.10 29.55 1150 10.47 11.34 58.61 29.30 1100 10.56 11.33 58.08 29.04 1050 10.66 11.32 57.51 28.75 1000 10.76 11.31 56.88 28.44 950 10.87 11.30 56.20 28.10 900 10.99 11.29 55.45 27.73 850 11.11 11.27 54.63 27.32 800 11.24 11.26 53.72 26.86 36 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel

Lampiran 2 (lanjutan) Umur (thn) 3 4 Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m 3 /ha) MAI (m 3 /ha/thn) 1600 12.15 14.90 107.43 35.81 1550 12.23 14.89 106.94 35.65 1500 12.30 14.89 106.41 35.47 1450 12.39 14.88 105.85 35.28 1400 12.47 14.88 105.26 35.09 1350 12.56 14.87 104.62 34.87 1300 12.65 14.86 103.94 34.65 1250 12.75 14.85 103.21 34.40 1200 12.85 14.84 102.43 34.14 1150 12.96 14.83 101.58 33.86 1100 13.08 14.82 100.67 33.56 1050 13.20 14.81 99.67 33.22 1000 13.32 14.79 98.59 32.86 950 13.46 14.78 97.41 32.47 900 13.60 14.76 96.12 32.04 850 13.75 14.74 94.69 31.56 800 13.92 14.72 93.11 31.04 750 14.09 14.70 91.35 30.45 700 14.29 14.67 89.38 29.79 650 14.50 14.64 87.16 29.05 600 14.72 14.61 84.63 28.21 1400 13.88 17.01 138.58 34.64 1350 13.97 17.00 137.74 34.44 1300 14.08 16.99 136.84 34.21 1250 14.19 16.98 135.88 33.97 1200 14.30 16.97 134.85 33.71 1150 14.42 16.96 133.74 33.43 1100 14.55 16.95 132.53 33.13 1050 14.68 16.93 131.22 32.81 1000 14.82 16.92 129.80 32.45 950 14.97 16.90 128.25 32.06 900 15.13 16.88 126.54 31.63 850 15.30 16.86 124.66 31.16 800 15.48 16.84 122.58 30.64 750 15.68 16.81 120.26 30.07 700 15.89 16.78 117.67 29.42 650 16.13 16.75 114.74 28.69 600 16.38 16.70 111.42 27.86 550 16.66 16.66 107.62 26.91 500 16.98 16.60 103.23 25.81 di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan 37

Lampiran 2 (lanjutan) Umur (thn) 5 6 Kerapatan (n/ha) Dbh (cm) H (m) Vol (m 3 /ha) MAI (m 3 /ha/thn) 450 17.33 16.53 98.11 24.53 400 17.74 16.44 92.07 23.02 1200 15.25 18.40 159.04 31.81 1150 15.37 18.38 157.73 31.55 1100 15.51 18.37 156.31 31.26 1050 15.65 18.35 154.76 30.95 1000 15.80 18.34 153.09 30.62 950 15.96 18.32 151.25 30.25 900 16.13 18.30 149.24 29.85 850 16.31 18.27 147.02 29.40 800 16.51 18.25 144.57 28.91 750 16.72 18.22 141.84 28.37 700 16.95 18.19 138.78 27.76 650 17.19 18.15 135.33 27.07 600 17.47 18.10 131.41 26.28 550 17.77 18.05 126.93 25.39 500 18.10 17.99 121.75 24.35 450 18.48 17.91 115.71 23.14 400 18.91 17.82 108.58 21.72 350 19.41 17.70 100.05 20.01 300 20.01 17.54 89.72 17.94 250 20.73 17.32 77.01 15.40 200 21.66 16.99 61.25 12.25 1000 16.49 19.35 170.89 28.48 950 16.66 19.33 168.84 28.14 900 16.83 19.31 166.59 27.77 850 17.02 19.28 164.12 27.35 800 17.23 19.26 161.38 26.90 750 17.45 19.22 158.33 26.39 700 17.68 19.19 154.91 25.82 650 17.94 19.15 151.06 25.18 600 18.23 19.10 146.69 24.45 550 18.54 19.05 141.69 23.61 500 18.89 18.98 135.91 22.65 450 19.28 18.90 129.17 21.53 400 19.73 18.80 121.21 20.20 350 20.26 18.67 111.69 18.61 300 20.88 18.50 100.15 16.69 250 21.64 18.27 85.97 14.33 200 22.61 17.92 68.37 11.40 38 di Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel