4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TRANSDUSER PANAS

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN KONVERSI TEMPERATUR KE ARUS DAN TEGANGAN MENGGUNAKAN PERALATAN TIME MEASUREMENT

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Diagram skematik termokopel Gambar 2.2. Pengukuran EMF

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

BAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB II LANDASAN TEORI

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

BAB II LANDASAN TEORI

CHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

Analisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

TERMOKOPEL (P3) NABIL AHMAD RIZALDI JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PENGUKURAN TEMPERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35)

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas

BAB II LANDASAN TEORI

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

BAB II LANDASAN TEORI

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University

KONSTRUKSI DAN KALIBRASI TERMOKOPEL TIPE K

BAB III PERANCANGAN SISTEM

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian

PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN TEKANAN dan KALIBRASI INSTRUMENTASI

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

Sub Pokok Bahasan dan TIK

Oleh. SAEFUL KARIM and SUNARDI

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 8 No. 2 Desember 2006

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERMINOLOGI PADA SENSOR

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

BAB II DASAR TEORI Sejarah Singkat Termoelektrik. mempunyai peranan penting dalam aplikasi praktik.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG

LISTRIK ARUS SEARAH (Oleh : Sumarna)

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

Conductor dan Dielektrik

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGUKURAN BESARAN LISTRIK KODE / SKS : KD / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

Komponen dan RL Dasar

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

Jembatan Arus Searah dan Pemakaiannya

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB III PERANCANGAN DAN METODE PENELITIAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM PENGUKURAN TERMOMETER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

BAB II 1 LANDASAN TEORI

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE)

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741.

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1...

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

ELEKTRONIKA DASAR. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB 3 METODE PENGUJIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Resistor. Gambar Resistor

Tabel 4.1 Perbandingan desain

Transkripsi:

bath, responnya adalah 0.5 detik. Termistor yang sama pada udara mempunyai waktu respon 10 detik. Ketika dilindungi dalam teflon atau bahan yang lain untuk perlindungan melawan keadaaa lingkungan, waktu respon akan meningkat. PENGKONDISI SINYAL Karena termistor menunjukkan perubahan tahanan yang besar dengan suhu, maka ada banyak kemungkinan aplikasi rangakian. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun juga, rangkaian jembatan dengan deteksi nol digunakan karena keadaan nonlinier dari termistor membuatnya sulit digunakan untuk sebagai pengukur aktual. Karena perangkat ini adalah tahanan, perhatian untuk memastikan bahwa daya terdissipasi pada termistor tidak melebihi batas yang ditentukan atau kemungkinan interferensi dengan lingkungan yang mempengaruhi pengukuran suhu. Konstanta dissipasi adlah bagian termistor sebab daya dalam miliwatt diperluakan untuk pencapaian suhu termistor 1 o C diatas linkungan. Harga dasar bervariasi dari 1mW/ o C pada udara bebas sampai 10mW/ o C atau lebih pada kamar minyak. 4.5 THERMOKOPEL Pada bab sebelumnya, kita telah membahas perubahan tahanan bahan sebagai fungsi waktu. Misal perubahan tahanan didasarkan pada variabel parameter pada pengukuran tahanan. Ada ketergantuangan lain dari tingkah laku listrik dari bahan pada suhu yang dibentuk oleh basis pengukuran suhu. Efek ini dikarakterisasi oleh transduser penghasil tegangan dalam emf yang diproduksi yang sebanding dengan suhu. Emf ditentukan hampir linier dengan suhu dan dapat diperbaharui untuk konstanta bahan. Perangkat yang mengukur suhu pada basis termoelektrik disebut termokopel. 4.5.1 Efek Termoelektrik Teori dasar dari efek termokopel ditemukan dari sifat perpindahan listrik dan panas dari logam yang berbeda. Dalam keadaan tertentu, ketika suhu yang berbeda diberikan pada logam, vibrasi dan pergerakan atom elektron diakibatkan dalam cara perbedaan potensial pada bahan. Perbedaan potensial ini dihubungkan dengan fakta bahwa elektron lebih panas. arus yang bervariasi untuk logam yang berbeda pada suhu yang sama disebabkan perbedaan konduktivitas panasnya. Jika rangakaian tertutup oleh hubungan konduktor, arus akan ditemukan yang mengalir pada loop tertutup. Deskripsi yang tepat tentang efek ini adalah emf ada karena keberadaan arus yang mengalir dalam rangkaian. Pada gambar 4.6a, kita lihat reprsentasi gambar dari efek ini di mana dua logam yang berbeda A dan B digunakan pada lup tertuttup yang dihubungkan dengan temperatur T1 dan T2. kita tidak dapat membuat lup tertutup dengan logam yang sama karena perbedaan potensial pada masing-masing kaki akan menjadi sama, yang menyebablab tidak adanya tegangan emf. Sebagai catatan adlah emf dihasilakan sebanding dengan perbedaan suhu diantara dua titik. 57

Gambar 4.6. Efek Seebeck dan Efek Peltier. EFEK SEEBECK Dengan menggunakan teori zat padat kondisi diatas dapat dianalisa untuk menunjukkan bahwa emf dapat diberikan dengan integral temperatur. T 2 ( Q Q ) dt T1 A B dimana = emf yang dihasilkan dalam volt T1,T2 = temperatur ssambungan dalam o K Q A,Q B = konstanta perpindahan panas dari dua logam Persamaan tersebut, yang menggambarkan efek seebeck, menunjukkan bahwa emf yang dihasilkan sebanding dengan perubahan temperatur, dan perbedaan konstanta perpindahan panas. Sehingga jika logamnya sama maka emf samadengan nol, dan jika temperatur sama emf juga nol. Dalam praktek, akan ditemukan dua konstanta Q A dan Q B yang hampir tidak tergantung dari temperatur dan hubungannya hampir linier. ( T ) 2 T1 dimana = konstanta dalam volt/ o K T1,T2 = temperatur ssambungan dalam o K EFEK PELTIER Sesuatu tang menarik dan kadaang-kadang diperluakn untuk perluasan yang mempunyai sifat sama dengan termoelektrik yang telah didiskusikan di atas terjadi ketika efek seebeck balik dipertimbangkan. Dalam kasus ini, kita membuat lup tertutup dari dua logam yang berbeda, A dan B sebagaimana sebelumnya. Sekarang tegangan eksternal diberikan ke sistem untuk menghasilkan arus yang mengalir dalam rangkaian sebagaiman ditunjukkan dalam gambar 4.6b. karena perbadaan sifat perpindahan elektrotermal dari logam, maka ditemukan bahwa slah satu sambungan akan terpanaskan dan sambungan yang alain akan menjadi terdinginkan, sehingga perangkat ini disebut refrigrator,. Proses ini berdasarkan pada efek peltier. 58

4.5.2 Termokopel Untuk menggunakan efek seebeck sebagai dasar dari transduser suhu, kita perlu menetapkan hubungan antara emf terukur dari termokopel dan suhu yang tidak diketahui. Kita pertama melihat bahwa satu temperatur harus bisa diketahui karena tegangan seebeck sebanding dengan differensial suhu pada sambungan. Lebih jauh setiap sambungan dari logam yang berbeda yang dibuat dengan loop termokopel entuk perangakat pengukuran, perluasan, dan sebagainya akan memberikan kontribusi emf tergantung pada perbedaan logam, dan variasi suhu sambungan. Untuk menyediakan keluaran yang pasti berdasar suhu yang diukur, digunakan sebuah susunan seperti pada gambar 4.7a. gambar ini menjelaskan bahwa pengukuran sambungan T M terbuka ke lingkungan yang suhunya akan diukur. Sambungan ini dibentuk oleh dua logam A dan B. Dua sambungan yang lain dibentuk oleh logam C, yang kemudian dihubungkan ke perlengkapan pengukuran. Referensi sambungan ditentukan secara bersama, yang disebut dengan T R. Ketika emf terukur, menyebabkan tegangan jatuh pada elemen resistif. Pada susunan ini tegangan rangkaian terbuka terukur (pada impedansi tinggi) yang selanjutnya sebuah fungsi perbedann temperatur(t M -T R ) dan tipe dari logam A dan B. Tegangan dihasilkan mempunyai magnitud yang tergantung pada magnitudo absolut pada perubahan suhu dan polaritas tergantung pada temperatur mana yang lebih besar. (a) (b) Gambar 4.7. (a) sistem termokopel tiga kawat, (b) sistem termokopel dengan perluasan TIPE-TIPE TERMOKOPEL Konfigurasi standar tertentu dari termokopel menggunakan logam tertentu telah diadopsi dan memberikan penandaan, sebagai contoh ditunjukkan dalam tabel 4.2. masing-masing tipe mempunyai penjelasan-penjelasan,seperti range, linieritas. Keadaan lingkungan, sensitivitas dan sebagainya, yang dipilih tergentung dari aplikasi yang dibuat. Pada stiap tipe, variasi ukuran konduktor diterapkan untuk kasusu tertentu, misalnya pengukuran oven, lokasi pengukuran tinggi, dan sebagainya. Kurva tegangan dan temperatur ditunukkan pada gambar 4.8 yang menunjukkan suhu referensi pada 25 o C dan beberapa tipe dari termokopel. Kita dapat memberikan catatn penting dari kurva yang ada. Pertama, kita lihat bahwa tipe J dan K mempunyai slope yang besar, sehinnga mempunyai sensitivita syang tinggi, membuat pengukura lebih mudah. Untuk tipe R dan S slopenya kecil dan sensitivitasnya rendah. Mereka mepunyai keuntungan penting seperti range pengukuran yang lebih besar, termasuk suhu yang sangat tinggi dan merupakan bahan yang sangat lembam. Penjelasan lain dari kurva adalah kurvanya tidak linier. 59

TABEL TERMOKOPEL Tabel termokopel secara sederhana meberikan tegangan yang dihasilakan oleh termokopel ketika sambungan referensi berada pada referensi suhu tertentu, dan pengukuran sambungan pada suhu yang ditentukan. Berdasarka tabel, sebagai contoh kita lihat untuk tipe J pada suhu 210 o C dengan refernsi 0 o C, maka tegangannya adalah : V(210 o C) = 11.34 mv Tipe Bahan Kisaran Normal J T K E S R Iron-konstantan Copper-kostantan Chromel-alumel Chromel-konstantan 90% platinum+10% rhodium-platinum 87% platinum + 13% rhodium - platinum -190 760 o C -200 371 o C -190 1260 o C -100 1260 o C 0-1482 o C 0 1482 o C Tipe J TC output (mv) Tipe E Tipe R Temperatur ( 0 C) Gambar 4.8.Kurva tegangan TC dengan Temperatur menunjukkan sensitivitas dan nonlinearitas tipe thermocouple yang berbeda. Jika kita mengukur tegangan 4.768 mv dengan tipe S dengan referensi 0 0 C, dapat kita lihat pada tabel bahwa T(4.768 mv) = 560 0 C (tipe S, ref 0 0 C) Dalam pengukuran sebenarnya, nilai tegangan yang terukur tidaklah selalu tepat seperti nilai dalam tabel. Jika hal ini terjadi, kita harus melakukan interpolasi terhadap nilai-nilai dalam tabel. Secara umum, nilai temperatur dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan interpolasi berikut: TH TL T M = T L + (V M - V L ) (4-14) VH VL Dari persamaan diatas, tegangan terukur V M terletak antara tegangan V H yang lebih tinggi dan tegangan V L yang lebih rendah, dimana V H dan V L terdapat dalam tabel. Temperatur yang sesuai dengan nilai tegangan ini adalah T H dan T L, seperti ditunjukkan pada contoh 4.9. 60

PERUBAHAN TABEL REFERENSI Meskipun tabel thermocouple telah disiapkan untuk temperatur junction tertentu, tetapi dimungkinkan penggunaan tabel ini untuk temperatur referensi yang berbeda dengna cara penggeseran skala tabel. Kunci yang harus diingat adalah bahwa tegangan harus sesuai dengan perbedaan antara referensi dan pengukuran temperatur junction. Dengan demikian, jika suatu nilai referensi baru lebih besar dari tabel referensi, semua tegangan pada tabel akan lebih rendah untuk thermocouple ini. Nilai ini akan dijadikan sebagai nilai referensi baru. Misalkan kita mempunyai TC tipe J dengan referensi 30 0 C. Pada tabel dengan referensi 0 0 C, tipe J pada 30 0 C akan menghasilkan 1.54 mv. Ini berarti pada temperatur berapapun dengan TC ini akan menghasilkan tegangan 1.54 mv kurang dari yang terdapat pada tabel. Sehingga, mengacu pada tabel, 400 0 C menghasilkan V = 21.85 1.54 = 20.13 mv 150 0 C menghasilkan V = 8.00 1.54 6.28 mv -90 0 C menghasilkan V = -4.21 1.54 = -5.75 mv Dengan cara yang sama, jika referensi baru lebih rendah dari referensi, semua tegangan pada tabel akan menjadi lebih besar. Sebagai contoh, misalkan suatu thermocouple tipe K dengan referensi 26 0 C. Pertama, dengan interpolasi, dapat ditentukan tegangan yang sesuai pada tabel dengan referensi 0 0 C. V(-26 0 0.95 1.14 C) = -1.14 + (-26+30) 25 30 V(-26 0 C) = -0.98 mv (tipe K, 0 0 C ref) Kemudian, setiap tegangan pada tabel harus ditambahkan dengan 0.98 mv, sehingga 400 0 C menghasilkan V = 1.40 + 0.98 = 17.38 mv 150 0 C menghasilkan V = 6.13 + 0.98 = 7.11 mv -90 0 C menghasilkan V = -3.19 + 0.98 = -2.21 mv 4.5.3 Transducer Thermocouple Penggunaan termokopel untuk transducer temperatur telah berkembang dari proses dasar dengan termokopel yang masih kasar, ke teknik pembuatan secara seksama. SENSITIVITAS Dari tabel ditunjukkan bahwa range tegangan termokopel kurang dari 100 mv. Sensitivitas terutama tergantung dari tipe sinyal yang diterapkan dan juga termokopel itu sendiri. Dari gambar 4.8, terlihat bahwa tipe berikut mempunyai sensitivitas yang terbaik dan terjelek. Tipe J : 0.05 mv/ 0 C Tipe R : 0.006 mv/ 0 C KONSTRUKSI Kebanyakan suatu termokopel merupakan suatu hasil penyatuan atau penggulungan junction antara dua metal. Tetapi ada juga termokopel yang dibungkus didalam lapisan pelindung atau bahkan disegel dalam kaca untuk melindungi dari lingkungan yang bisa merusak. Ukuran kabel dari termokopel ditentukan oleh aplikasinya, antara lain kabel #10, atau kabel #30 AWG atau kabel mikro 0.02 mm. 61

l 0 T > T 0 KONDISI SINYAL Secara umum, elemen paling penting dalam pengkondisian sinyal TC adalah kebutuhan untuk melakukan pengukuran pada impedansi tinggi. Meskipun resistansi dc internal dari TC sangat kecil, tegangan yang dihasilkan juga sangat kecil. Dengan demikian, jika arus tingi dialirkan ke TC, bisa terjadi kesalahan pembacaan sekian persen. Tegangan TC juga diukur dengan sirkuit potensiometer, dijelaskan dalam bab 2, dimana dapat dilakukan pengukuran pada impedansi tertentu secara efektif. Perkembangan teknik modern telah memungkinkan pengukuran alat secara elektronik seperti penggunaan electrometer yang mengandung transistor efek medan dengan sifat impedansi inputnya yang tinggi atau konfigurasi op-amp yang tepat dengan impedansi input yang tinggi. Faktor lain dari pentingnya penggunaan TC adalah kebutuhan akan pengetahuan referensi temperatur dari junction. Dalam banyak aplikasi, terutama penggunaan medan, termometer digunakan untuk menentukan temperatur lokal. Faktor koreksi, seperti yang telah dibicarakan pada bagian sebelumnya, digunakan untuk membuktikan tegangan TC yang telah terukur dimana digunakan untuk menentukan temperatur. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan untuk menempatkan junction referensi pada point jauh dari pengukuran junction. Sebagai contoh, jika temperatur pada sekitar pengukuran junction bervariasi dalam range yang lebar. Pada kasus ini, extension wires (kabel tambahan) digunakan, yang terbentuk dari materil yang sama dengan TC itu sendiri. 4.6. TRANSDUCER SUHU YANG LAIN 4.6.1. Bimetal Strip Transducer temperatur jenis ini mempunyai karakteristik: kurang akurat, mempunyai histerisis, respon waktu yang lambat, dan berharga rendah. Alat ini sering digunakan dalam banyak aplikasi, terutama jika siklus on/off lebih diinginkan daripada kontrol yang kontinyu. PERTAMBAHAN PANAS Kita telah mengetahui bahwa semakin besar energi panas akan menyebabkan molekul dari suatu padatan mengalami kenaikan amplitudo dan frekuensi. Sifat ini diharapkan untuk dapat berkolaborasi dengan penambahan volume padatan, karena molekul cenderung untuk menempati volume yang lebih besar. Efek ini bervariasi antara material karena berbagai faktor, termasuk ukuran dan berat molekul, struktur pola, dan yang lainnya. Sehingga jika kita mempunyai batang dengan panjang l 0 pada temperatur T 0 seperti ditunjukkan pada gambar 4.10, dan temperatur naik ke T, maka batang akan mengalami pertambahan panjang menjadi l, l = l 0 [1 + T] (4-16) dimana T = T T 0 dan adalah koefisien pertambahan panjang dari bahan. Beberapa nilai koefisien pertambahan ditunjukkan pada tabel 4.3. T 0 l > l 0 Gambar 4.10. Suatu padatan mengalami penambahan panjang sesuai dengan temperatur. 62