I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. STH adalah golongan cacing usus (Nematoda Usus) dalam. perkembanganya membutuhkan tanah untuk menjadi bentuk infektif.

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS (Soil Transmitted Helmints) PADA ANAK DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PUUWATU

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian bersifat analitik karena akan membandingkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI AIR PERASAN BUAH MERAH (Pandanus sp.) PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PERBEDAAN METODE FLOTASI MENGGUNAKAN LARUTAN ZnSO 4 DENGAN METODE KATO-KATZ UNTUK PEMERIKSAAN KUANTITATIF TINJA

PREVALENSI KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA SISWA SDN I KROMENGAN KABUPATEN MALANG

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

INFEKSI CACING USUS PADA ANAK SEKOLAH SDN I MANURUNG KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

Risal Wintoko. Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University. Abstract

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

The prevalence and types of soil-transmitted helmint eggs (STH) in basil vegetable of grilled fish traders in Palu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan,

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Nugraha Telur Cacing Vol.2 No.1

Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Padang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA PARASITES LOAD SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN LAPORAN ILMIAH

Infection risk of intestinal helminth on elementary school student in different ecosystem of Tanah Bumbu district in 2009

pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang memerlukan

PARASIT. Yuga

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun

RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER. (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN LABORATORIUM PARASITOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6 %. Kejadian kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak, khususnya anak Sekolah Dasar (SD) sebesar 9-90%. Kelompok ekonomi lemah juga mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang adanya kemampuan dalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya (Sudomo, 2008). STH adalah golongan cacing usus (Nematoda Usus) dalam perkembanganya membutuhkan tanah untuk menjadi bentuk infektif. Golongan STH yang habitatnya pada usus manusia adalah Ascaris lumbricoides, Hookworm (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), Strongiloides stercoralis, Trichuris trichiura. Golongan STH yang habitatnya pada usus hewan adalah Toxocara canis, Toxocara Cati, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma caninum (Widiyono, 2005). Penyakit kecacingan Soil Transmitted Helminth (STH) jarang menyebabkan kematian, namun pada keadaan kronis dapat menyebabkan kekurangan gizi

2 yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan akhirnya menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak, khususnya pada anak usia sekolah. Keadaan ini akan berakibat buruk pada kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah (Soeripto,1990). Pendeteksian infeksi cacing dapat dilakukan dengan beberapa teknik pemeriksaan, salah satunya adalah teknik pemeriksaan laboratorium. Telur cacing dapat didiagnosa secara mikroskopis dengan bantuan mikroskop. Metode pemeriksaan telur cacing dengan bahan tinja yaitu metode langsung dan tidak langsung (Laila, 2010). Berdasarkan penelitian Alvy Nur Laila pada tahun 2010, didapatkan Metode langsung (direct slide) mempunyai kelemahan yaitu jika bahan untuk membuat sediaan secara langsung terlalu banyak, maka preparat menjadi tebal sehingga telur menjadi tertutup oleh unsur lain. Unsur lain ini yang menyebabkan telur sulit ditemukan dan apabila preparat terlalu tipis, preparat cepat kering sehingga telur mengalami kerusakan. Berdasarkan penelitian Adnan tahun 2011, metode direct slide ini cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telurtelurnya. Penggunaan eosin pada penelitian ini dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.

3 Menurut Maksum pada tahun 2012, teknik konsentrasi mempunyai keuntungan cepat prosedur pemeriksaannya, sehingga baik untuk kerja lapangan khususnya telur-telur Ascaris lumbricoides, Hookworm, Trichuris trichiura, Taenia sp dan Hymenolepis nana. Metode konsentrasi juga menghasilkan persediaan yang bersih dibandingkan metode lain karena kotoran di dasar lambung dan elemen-elemen parasit ditemukan pada lapisan permukaan larutan. Pada tahun 2009, Izzah Aulia telah meneliti tentang sensitivitas antara metode direct slide dan metode konsentrasi dalam mendeteksi Entamoeba histolytica dan didapatkan hasil bahwa metode konsentrasi lebih sensitif. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbandingan metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan. Hingga saat ini belum ada penelitian tentang perbandingan sensitivitas antara metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan. Pada tahun 2011 telah dilakukan penelitian di SDN 2 Kampung Baru dengan metode direct slide akan tetapi didapatkan data yang kurang valid, maka penulis tertarik melanjutkan penelitian kecacingan pada SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dengan metode direct slide dan metode konsentrasi untuk melihat metode mana yang lebih sensitif.

4 B. Rumusan Masalah Kelebihan metode direct slide yaitu cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya dan menghasilkan persediaan yang kurang bersih. Kekurangan metode konsentrasi yaitu menghasilkan persediaan yang bersih dibandingkan metode lain karena kotoran di dasar lambung dan elemen-elemen parasit ditemukan pada lapisan permukaan larutan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan suatu permasalahan penelitian yaitu bagaimanakah sensitivitas pemeriksaan feses dengan metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas pemeriksaan feses dengan metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan serta untuk ketepatan diagnosis guna memberikan terapi pada pasien penyakit kecacingan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang baik, mengetahui sensitivitas pemeriksaan

5 feses dengan metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan. 2. Bagi Masyarakat Dapat meningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kecacingan serta informasi bagaimana sensitivitas pemeriksaan feses dengan metode direct slide dan metode konsentrasi dalam menegakkan diagnosis kecacingan. 3. Bagi Ilmu Kedokteran Dapat menjelaskan sensitivitas pemeriksaan feses dengan metode direct slide dan metode konsentrasi untuk membantu para klinisi agar dapat secara tepat mendiagnosis kecacingan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu parasitologi khususnya di bidang helminthologi. E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Cara menegakkan diagnosis penyakit kecacingan adalah dengan melakukan pemeriksaan tinja. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis. Selain itu, diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut atau hidung karena muntah, maupun melalui tinja (Margono, 2000). Pemeriksaan feses pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan secara kualitatif dan pemeriksaan secara kuantitatif. Pemeriksaan feses secara kualitatif, yaitu pemeriksaan yang didasarkan pada ditemukkan telur

6 pada masing-masing metode pemeriksaan tanpa dihitung jumlahnya. Pemeriksaan feses secara kuantitatif yaitu pemeriksaan feses yang didasarkan pada penemuan telur pada tiap gram feses (Margono,2000). Pemeriksaan telur cacing Kualitatif Kuantitatif Metode Direct Slide (Langsung) Metode Kato Katz Metode Apung (Flotation method) Metode Stoll Metode Selotip (Cellotape Method) Metode Konsentrasi Metode Sediaan Tebal Metode Sedimentasi Formol Ether Gambar 1. Kerangka Teori

7 2. Kerangka Konsep Pemeriksaan telur cacing Pemeriksaan feses dengan metode direct slide Pemeriksaan feses dengan metode konsentrasi Metode direct slide ini cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya (Adnan, 2011). Metode konsentrasi menghasilkan persediaan yang bersih dibandingkan metode lain karena kotoran di dasar lambung dan elemen-elemen parasit ditemukan pada lapisan permukaan larutan (Maksum, 2012). Dihitung sensitivitas Gambar 2. Kerangka Konsep F. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Teknik pemeriksaan feses dengan metode konsentrasi lebih sensitif dibandingkan metode direct slide dalam mendiagnosis kecacingan.