TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA Botani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Penyakit Busuk Daun Kentang

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Deskripsi Tanaman Kakao Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma Jenis : Theobroma cacao L. Tanaman kakao merupakan tumbuhan perennial. Tinggi tanaman kakao dapat mencapai setinggi 10 meter. Bunga kakao termasuk bunga cauliflorous, yaitu bunga yang tumbuh langsung dari batang. Warna buah dapat berubah sesuai dengan umur buah. Kakao muda berwarna hijau hingga ungu, saat buah telah masak, kulit luar buah berwarna kuning. Biji kakao dilindungi aril atau salut biji yang lunak berwarna putih. Endosperma biji kakao mengandung kadar lemak yang tinggi (Jamil, 1997). Terdapat banyak kultivar tanaman kakao. Menurut Sunanto (1992), kultivar yang paling banyak ditanam untuk produksi secara besar-besaran hanya tiga kultivar yaitu : a) Kultivar Criollo. Kultivar ini menghasilkan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Fine flavor cacao, Choiced cocoa, Edel cocoa. Buah Kultivar Criollo berwarna merah atau hijau dengan kulit buah tipis,

6 berbintil-bintil kasar dan lunak, dengan biji buah berbentuk bulat. Ukuran buah berukuran besar dengan warna kotiledon putih. kultivar ini banyak digunakan untuk pembuatan coklat yang bermutu tinggi. b) Kultivar Forestero. Kultivar ini menghasilkan biji kakao yang bermutu sedang atau bulk cacao. Buah berwarna hijau, kulitnya tebal dan biji buah berbentuk tipis atau gepeng, dengan kotiledon berwarna ungu. c) Kultivar Trinitario. Kultivar ini merupakan hibrida dari kultivar criollo dan forestero. Buah berwarna merah atau hijau dengan bentuk buah yang beragam. Kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua. Salah satu kultivar trinitario yang terkenal adalah kultivar Upper Amazone Hybride yang memiliki pertumbuhan cepat, berbuah setelah umur 4 tahun, masa panen sepanjang tahun dan sebagian buah berwarna hijau dengan bentuk buah panjang. 2. Syarat Tumbuh Tanaman Coklat Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, intensitas sinar matahari dan kandungan unsur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao. 2.1 Curah Hujan Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Di samping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya dapat memacu serangan penyakit busuk buah (Black pods) (Jamil, 1997)

7 2.2 Temperatur Pengaruh temperatur pada tanaman kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor - faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembungaan, serta kerusakan daun. Temperatur maksimum bagi pertumbuhan kakao adalah 30º C - 32ºC dan temperatur minimum 18º C - 21º C. Temperatur yang lebih rendah dari 10ºC akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Sebaliknya, temperatur yang tinggi akan memacu perbungaan, tetapi kemudian bunga cepat gugur (Knaap, 1958). 2.3 Sinar Matahari Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyinari tanaman kakao akan mengakibatkan batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek. Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh (Alvim, 1952). 2.4 Tanah Syarat tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman kakao meliputi sifat kimia tanah dan sifat fisika tanah. Tanaman kakao dapat tumbuh baik pada ph 6-7,5.

8 Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 persen fraksi liat, 50 persen pasir dan 10-20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi (Departemen Pertanian, 2012) 3. Struktur Jamur Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang - benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya (Volk and Wheeler, 1993). Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang - cabang sehingga membentuk jaring - jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan menyangga alat - alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile and Watkinson, 1994).

9 Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi membran plasma dan sitoplasma. Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benang - benang hifa saja. Jamur tingkat tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim. Prosenkim adalah jalinan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk mengatasi kondisi buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium (Sasmitamihardja, 1990). Sebagian besar jamur membentuk dinding selnya dari kitin, yaitu suatu polisakarida yang mengandung pigmen - pigmen yang kuat namun fleksibel (Kimball, 1999). 4. Pertumbuhan Dan Reproduksi Jamur Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur meliputi kelembaban yang tinggi, persediaan oksigen, dan persediaan bahan organik. Jamur merupakan saprofit dan dapat hidup dari bahan organik yang telah mati atau yang mengalami pembusukan (Peltczar et al., 1986). Temperatur suhu lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Berikut ini macam - macam tipe jamur berdasarkan suhu lingkungan, yaitu : 1) Jamur mesofilik, jamur ini dapat tumbuh pada suhu optimum 25 C - 35 C 2) Jamur termofilik, jamur ini dapat tumbuh pada suhu optimum ± 40 C 3) Jamur psikrofilik, jamur ini dapat tumbuh pada suhu optimum 20 C (Deacon, 1997). Jamur dapat melakukan reproduksi secara seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif). Jamur memperbanyak diri dengan cara memproduksi sejumlah besar spora

10 aseksual jika kondisi habitat tidak sesuai. Untuk mendapatkan kebutuhan energinya, jamur akan mencari dan mengabsorbsi molekul - molekul organik. Melewati dinding selnya, jamur dapat mengabsorbsi molekul - molekul kecil yang kemudian diabsorbsi dan digunakan secara langsung atau disusun menjadi molekul organik dalam sel (Campbell et al., 2003). Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual maupun aseksual. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesialisasi (Campbell et al., 2003). Menurut Peltczar (1986), spora seksual dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu: a. Askospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus. b. Basidiospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk di atas struktur berbentuk gada, tempat tersebut yang dinamakan basidium. c. Zigospora yang merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual kompatibel, disebut juga gametangia. d. Oospora merupakan spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteridium menghasilkan oospora.

11 5. Jamur Penyebab Penyakit Pada Tanaman Coklat Salah satu kendala dalam produksi kakao adalah penyakit pada tanaman kakao yang disebabkan oleh jamur. Berikut ini adalah jamur yang umum terdapat pada tanaman kakao 5.1 Kapang kelabu (Botrytis cinerea) Ciri-ciri kapang kelabu adalah konidiofor tumbuh tidak teratur tanpa pembengkakan basal, dengan panjang 750 µm hingga lebih dari 2 mm, dan mempunyai lebar 16-30 µm. Percabangan konidia berbentuk obovoid, berwarna cokelat pucat, berdinding halus, panjang 8-16 µm dan lebar 6-9 µm. Pembentukan konidia umumnya terjadi pada pembengkakan ujung percabangan konidiofor (Gandjar dkk., 1999). A B C Gambar 1. A.Botrytis cinerea ; B. Konidia ; C. Konidiofor (Sumber : Samosir, 2007) Kapang kelabu ini tumbuh pada musim dingin yang berkepanjangan dengan miselia yang terdapat pada tanaman busuk. Sklerotia (spora fase dorman) keras,

12 bentuknya pendek dan gemuk. Sklerotia (spora fase dorman) terlepas dari jamur dan akan berkecambah pada musim dingin dan berkembang lagi. Pertumbuhan jamur yang baru akan menghasilkan konidiofor. Konidiofor bercabang tiga dan langsung berhubungan dengan konidia atau spora. Konidia dewasa memisah dan terbawa oleh angin atau percikan air dan pada kondisi yang baik patogen ini akan menemukan dan membunuh inang yang baru. Dalam banyak kasus konidia masuk ke tanaman yang rusak atau jaringan yang rentan. Spora yang berhasil mempenetrasi sel inang menghasilkan miselium baru yang akan menyerang jaringan, menyebabkan gagal dan hancurnya dinding sel, melunakkan jaringan dan akhirnya busuk (Gandjar dkk., 1999). Ciri gejala penyakit yang ditimbulkan kapang kelabu adalah bagian yang terserang akan menunjukkan noda coklat yang kemudian tertutup oleh lapisan yang agak tebal berwarna abu-abu kecoklatan. Bagian tanaman yang paling banyak terserang adalah buahnya, baik buah muda maupun yang sudah masak (Gunawan, 2003). Pembusukan dapat dimulai dari kelopak yang terinfeksi (Semangun, 2003). Buah yang sudah membusuk dan berwarna coklat akan mengering (Departemen pertanian, 2012). 5.2 Rhizopus stolonifer Rhizopus stolonifer adalah sporangiofor yang memiliki panjang 1,5-3 mm, dapat berada secara tunggal atau berkelompok antara 2-7 dan umumnya 3-4. Sporangiofor tumbuh dari stolon yang tidak berwarna hingga berwarna coklat gelap, berdinding halus atau agak kasar, dan tumbuh berlawanan arah dengan percabangan rizoid. Sporangia berbentuk bulat hingga oval berdiameter 150-360

13 µm, dan berwarna cokelat kehitaman saat matang. Kolumela berbentuk bulat, oval dan berdiameter 70-160 µm. Sporangiospora berbentuk tidak teratur, seringkali poligonal atau avoid, bulat, elips dan memiliki garis pada permukaannya, memiliki panjang 7-15µm dan lebar 6-8 µm. Klamidospora atau spora fase dorman tidak terbentuk pada stolon, kadang-kadang dapat ditemukan pada hifa yang lebat pada medium (submerger) (Gandjar dkk., 1999). Gambar 2. Rhizopus stolonifer (Sumber : Samosir, 2007) Buah yang terserang Rhizopus stolonifer penampakan berupa buah busuk, berair, berwarna cokelat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh dan gejala kedua ditempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam (Departemen pertanian, 2012) R. stolonifer dilaporkan berasal dari Pakistan dan India. Jamur ini cepat berkembang dan menghasilkan biakan berwarna abu-abu sampai hitam apabila bersporulasi. Hifa menghasilkan enzim pektinolitik yang merusak lamela tengah, menginfeksi jaringan dan menjadikannya lunak, busuk berair (Nishijima, 1993). Spora dari Rhizopus stolonifer menyebar dengan bantuan angin dan dapat dijumpai pada buah dan di tempat penyimpanan, karena patogen ini tidak dapat melakukan penetrasi pada tanaman sehat, tanpa mengalami pelukaan pada permukaan buah.

14 Patogen ini hanya dapat masuk melalui luka yang terjadi pada waktu pemanenan, transportasi, perawatan hasil panen, dan pemeliharaan tanaman (Nishijima, 1993) 5.3 Phytophthora palmivora Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Buah kakao yang terserang penyakit ini terdapat bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab (Semangun, 2000). Gambar 3. Penyakit busuk buah kakao (Sumber : Departemen Pertanian, 2012) Penyakit kanker batang juga disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Gejala kanker batang diawali dengan adanya bagian batang yang menggembung berwarna gelap (kehitam-hitaman) dan permukaan kulit retak. Bagian tersebut membusuk dan basah serta terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat (Pawirosoemardjo dkk., 1992)

15 Gambar 4. Batang yang terserang jamur Phytophthora palmivora (Sumber : Anonim, 2012a) 5.4 Oncobasidium theobromae Jamur Oncobasidium theobromae adalah jamur penyebab penyakit Vascular streak dieback (VSD). Penyakit ini dapat menyerang dari awal pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman yang terserang, menyebabkan daun - daun menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya, disertai dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun, jika permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan spora yang terdapat pada bagian vegetatif tanaman. Pelepasan spora sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap, sedangkan embun akan membantu perkecambahan spora (Semangun, 2003).

16 Gambar 5 Penyakit Vascular streak dieback ( Sumber : Semangun, 2003) 5.5 Colletotrichum gloeosporioides Colletotrichum gloeosporioides adalah jamur penyebab penyakit antraknosa. Gejala penyakit ini adalah nampak bintik-bintik cokelat tidak beraturan pada daun muda yang akhirnya dapat menyebabkan gugur daun. Ranting menjadi gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Akibat serangan penyakit ini tanaman kakao menjadi kehilangan daun padahal daun merupakan tempat untuk proses fotosintesis pada tanaman (Semangun, 2003). a b Gambar 6. Penyakit Antraknosa pada daun a. Daun sehat ; b. Daun Yang Terserang Penyakit (Sumber : Anonim, 2012a)

17 6. Deskripsi Daerah Penelitian 6.1 Letak Wilayah Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 (empat belas) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara 1040 sampai dengan 105014 Bujur Timur dan 507 sampai dengan 5048 Lintang Selatan. Kabupaten Pesawaran memiliki curah hujan per tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan hari hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Arus angin di Kabupaten Pesawaran bertiup dari Samudra Indonesia dengan kecepatan rata-rata 70 km/hari atau 5,83 km/jam. Sedangkan temperatur udara berkisar antara 26 C sampai dengan 29 C dan suhu rata-ratanya adalah 28 C. 6.2 Batas Wilayah Kabupaten Pesawaran Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung, maka wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Kecamatan Bangunrejo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah; Sebelah Selatan : berbatasan dengan Teluk Lampung Kecamatan Kelumbayan dan Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus;

18 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung; Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Adiluwih, Sukoharjo, Gadingrejo, dan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu. Dengan posisi geografis yang demikian, maka Kabupaten Pesawaran merupakan daerah penyangga Ibukota Provinsi Lampung. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Pesawaran adalah 1.173,77 km2 atau 117.377 Ha dengan Kecamatan Padang Cermin sebagai kecamatan terluas, yaitu 31.763 Ha. Dari luas keseluruhan Kabupaten Pesawaran tersebut, 13.121 Ha digunakan sebagai lahan sawah, sedangkan sisanya yaitu 104.256 Ha merupakan lahan bukan sawah dan lahan bukan pertanian. Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah irigasi tehnis dengan dua kali penanaman padi dalam setahun. Sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah hutan negara. Kabupaten Pesawaran terdiri atas 37 (tiga puluh tujuh) pulau.tiga pulau yang terbesar adalah Pulau Legundi, Pulau Pahawang, dan Pulau Kelagian. Kabupaten Pesawaran juga mempunyai beberapa gunung, yang tertinggi adalah Gunung Pesawaran di Kecamatan Padang Cermin dengan ketinggian 1.604 m. Sungai terpanjang di Kabupaten Pesawaran adalah Way Semah, dengan panjang 54 km dan daerah aliran seluas 135,0 km2. Kabupaten Pesawaran merupakan daratan dengan ketinggian dari permukaan laut yang bervariasi. Di Gedung Tataan sebagai pusat kota, misalnya, mempunyai tinggi 140,5 m dari permukaan laut (Pemerintah Kabupaten Pesawaran, 2010).