KEPUTUSAN SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA NOMOR: 001/Senat/XII/2014 Tentang TATA TERTIB SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

AMANDEMEN PERTAMA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVESITAS GUNADARMA Nomor : 06.1/SK/REK/UG/2016

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

Memperhatikan : Hasil Sidang Pleno Senat Akademik IPB, tanggal 23 Desember MEMUTUSKAN

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2015

UNIVERSITAS AIRLANGGA

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR : 527 TAHUN 2014 TANGGAL : 10 DESEMBER 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SENAT FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 21 /SK-FTP/2011 TENTANG

SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN TATA TERTIB

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN SENAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 02/MWA-IPB/2002 T E N T A N G ORGANISASI MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 62 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

PERATURAN SENAT POLITEKNIK NEGERI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN DIREKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

PERATURAN UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 1 TAHUN 2010

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

PERATURAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 41291/UN4.A/SN.07/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT NOMOR : 070/UN8/KP/2013

PERATURAN SENAT INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR NOMOR : 2728/IT5.4.1/OT/2016

BUKU DESKRIPSI JABATAN DAN TUPOKSI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL V SEKARPURA II PASAL 1 KETENTUAN UMUM

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

PERATURAN PENGURUS YAYASAN BADAN WAKAF UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 81/PSK/HKTL/2004 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PENENTUAN ANGGOTA SENAT FAKULTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia,

TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) PROVINSI LAMPUNG. Pasal 1 NAMA DAN STATUS

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

RANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT

KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO

K E P U T U S A N. DEKAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Nomor : 26/H36.5/TU/2015 T E N T A N G

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR IKATAN ALUMNI STEMBAYO

UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 65 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA BATU

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DEKAN DAN WAKIL DEKAN. Bismillahirrahmanirrahim

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

K O M I S I I N F O R M A S I

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA AD/ART

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

Universitas Sumatera ljtara MAJELTS WAL AMANAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan TATA-TERTIB SIDANG MUNAS VI IKATAN ALUMNI UPN VETERAN YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

4. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor'17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Transkripsi:

KEPUTUSAN SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA NOMOR: 001/Senat/XII/2014 Tentang TATA TERTIB SENAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA SENAT POLTEKKES KEMENKES SURABAYA Menimbang : Mengingat : 1. Bahwa berdasarkan Permenkes RI nomor HK.03.05/I.2/03086/2012 tentang Petunjuk Teknis Organisasi dan Tatalaksana Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan perlu dibentuk Senat 2. Bahwa berdasarkan Permenkes RI nomor HK.02.03/I.2/08810/2013 tentang Perubahan Kedua Atas Permenkes RI nomor HK.03.05/I.2/03086/2012 tentang Petunjuk Teknis Organisasi dan Tatalaksana Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan perlu dibentuk Senat 3. Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 495/KMK.05/2010 tentang Penetapan Politeknik Kesehatan Surabaya Pada Kementerian Kesehatan Sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum perlu dibentuk Senat; 4. Bahwa untuk melaksanakan tugas dan wewenang Senat perlu ditetapkan Tata Tertib Senat. 1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara 3859); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara 3860); 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi; 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor KP.04.04.3.I.A.256 tentang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Direktur Politeknik di Lingkingan Kementerian Kesehatan. Memperhatikan : Pendapat dan Saran Anggota Senat MEMUTUSKAN Menetapkan: Pertama : Tata Tertib Senat Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, sebagaimana tertuang dalam lampiran Keputusan ini; Kedua : Tata Tertib ini berlaku sampai dengan disahkannya tata tertib yang baru berdasarkan hasil sidang Senat. Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya Ditetapkan : di Surabaya Pada Tanggal : 17 Desember 2014 Ketua, Senat Poltekkes Kemenkes Surabaya Sekretaris, drg.bambang Hadi Sugito.,M.Kes. Sunarto, S.Kep.,Ns.,M.MKes NIP 196204291993031002 NIP 196708051993031004 1

Lampiran : Keputusan Senat Poltekkes Kemenkes Surabaya Nomor : 001/Senat/XII/2014 Tanggal : 17 Desember 2014. Tentang : Tata Tertib Senat TATA TERTIB SENAT POLTEKKES KEMENKES SURABAYA Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Politekkes Kemenkes Surabaya adalah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya yang menerapkan pola keuangan badan layanan umum; 2. Senat adalah badan normatif tertinggi di Poltekkes Kemenkes Surabaya 3. Komisi adalah kelengkapan organisasi Senat yang dibentuk oleh Senat untuk bidang kajian tertentu sesuai dengan kebutuhan. 4. Panitia Khusus (Pansus) adalah satuan tugas yang dibentuk oleh Senat Akademik bersifat temporer, anggotanya lintas komisi dan atau di luar anggota Senat, untuk bidang tertentu yang bersifat mendesak dan bertanggung jawab kepada Senat. 5. Pimpinan Senat adalah anggota yang dipilih menjadi Ketua dan Sekretaris Senat. 6. Ketua Senat adalah Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya. Pasal 2 Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Senat (1) Senat adalah badan normatif tertinggi di Poltekkes Kemenkes Surabaya. (2) Senat bertugas: a. Memberi pertimbangan kebijakan akademik dan pengembangan Poltekkes Kemenkes Surabaya sesuai peraturan perundangan; b. Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan pengembangan kecakapan serta keprobadian sivitas akademika sesuai peraturan perundangan; c. Merumuskan, menetapkan norma dan tolak ukur penyelenggaraan Poltekkes Kemenkes Surabaya d. Memberikan pertimbangan dan melakukan pengawasan terhadap Direktur dalam pelaksanaan otonomi perguruan tinggi bidang akademik; e. Menetapkan peraturan pelaksanaan kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pada Poltekkes Kemenkes Surabaya f. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya berkenaan dengan dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik; g. Mengusulkan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan berkenaan dengan calon-calon yang telah dipilih oleh Senat untuk diangkat menjadi Direktur; dan h. Memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan berkenaan dengan pemberhentian Direktur atau Pembantu Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya karena berakhirnya masa jabatan dan atau karena alasan lain (3) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Senat berwenang: a. Memberikan pertimbangan kepada Direktur atas usulan pembukaan dan penutupan Jurusan, Program Studi, dan unit-unit penunjang lainnya; b. Memberikan masukan kepada Direktur atas penyusunan rencana strategis sebelum diajukan kepada Badan PPSDM Kesehatan RI sebelum dibahas dan disahkan. c. Memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan tentang bakal calon Direktur sebelum dilaksanakan pemilihan. d. Mengusulkan Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kepada Direktur. e. Membentuk komisi-komisi atau panitia sesuai dengan kebutuhan yang beranggotakan anggota Senat. Pasal 3 Pimpinan Senat (1) Senat dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleb seorang Sekretaris yang berasal dari dan dipilih oleh Anggota Senat. (2) Ketua senat dijabat oleh Direktur Poltekkes terpilih (3) Penetapan, pengusulan dan pemberhentian pimpinan Senat dilakukan sebagai berikut: a. Ketua dijabat oleh Direktur Poltekkes Terpilih b. Sekretaris dipilih dari anggota dalam rapat yang dipimpin oleh pimpinan sementara rapat; 2

c. Anggota tertua dan anggota termuda diberi tugas menjadi pimpinan sementara rapat sebagai Ketua dan Sekretaris dengan tugas khusus untuk Penetapan Tata Terib Senat dan pemilihan dan penetapan Pimpinan Senat; d. Pimpinan rapat sementara bertugas menyeleksi persyaratan calon, menetapkan calon Sekretaris Senat dan menyelenggarakan pemilihan dan menenetapkan pimpinan dengan Ketetapan Senat; e. Pimpinan rapat sementara menerima kesediaan dan mengumumkan calon sekretaris yang memenuhi persyaratan; f. Pimpinan rapat sementara menetapkan seorang ketua dan seorang sekretaris sebagai pimpinan Senat melalui musyawarah mufakat atau melalui pemilihan suara terbanyak apabila calon lebih dari satu; g. Pimpinan rapat sementara berakhir tugasnya setelah terbentuk dan ditetapkannya Pimpinan Senat Pasal 4 Masa Jabatan Senat Anggota Senat Poltekkes Kemenkes Surabaya kecuali anggota ex-officio dianggkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Pasal 5 Berakhirnya Keanggotaan dan Pimpinan Senat (1) Pimpinan Senat dan Pimpinan Komisi, berakhir apabila sebagai berikut: a. mengundurkan diri; b. berhalangan tetap; c. berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Poltekkes Kemenkes Surabaya. d. melakukan tindak pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. e. dinilai tidak memiliki kinerja yang baik oleh Senat; f. berakhirnya masa jabatan ex-officio; g. berakhirnya masa jabatan Senat; (2) Senat dalam waktu sekurang-kurang 15 (lima belas hari) setelah pemberhentian anggota melakukan rapat untuk menetapkan penggantian anggota antar waktu. (3) Senat dalam waktu sekurang-kurangnya 15 (lima belas hari) setelah pemberhentian pimpinan melakukan rapat untuk memilih dan mengangkat pimpinan Senat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 6 Persidangan (1) Sidang Senat terdiri dari; a. Sidang Pleno b. Rapat Komisi c. Rapat Gabungan Komisi d. Rapat Pimpinan e. Rapat kerja (2) Sidang Pleno diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun di luar sidang terbuka saat acara Wisuda (3) Rapat Komisi diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. (4) Rapat Gabungan Komisi, Rapat Pimpinan dan Rapat Kerja diadakan sesuai dengan keperluan. (5) Sidang Senat pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali sidang memutuskan untuk menyatakan suatu sidang bersifat tertutup. (6) Sidang dan/atau rapat yang bersifat tertutup hanya dihadiri oleh anggota sidang dan mereka yang diundang secara khusus. (7) Isi pembicaraan dalam sidang tertutup tidak boleh diumumkan kecuali keputusan sidang. (8) Syarat sahnya sidang : a. Sidang Pleno dan Rapat Komisi sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per tiga anggota. b. Bila waktu sidang yang ditetapkan sudah sampai dan jumlah anggota yang hadir belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam sub ayat (a) ayat ini, maka sidang dan atau rapat ditunda paling lama 30 menit. c. Bila setelah ditunda sesuai dengan sub ayat (b) ayat ini, jumlah anggota yang hadir belum juga mencapai syarat sah, maka sidang atau rapat dilanjutkan dengan tidak lagi memperhitungkan syarat sah. d. Rapat satuan tugas tidak memperhitungkan syarat sah sidang. (9) Pimpinan Sidang a. Sidang pleno dipimpin Ketua atau Sekretaris Senat; b. Rapat Komisi dipimpin oleh Ketua Komisi atau Sekretaris Komisi; c. Rapat Gabungan Komisi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yang dipilih diantara Komisi yang ada. d. Rapat Pimpinan dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris Senat. 3

e. Rapat Kerja dipimpin oleh salah satu yang dipilih. f. Apabila Ketua dan Sekretaris berhalangan, maka Pimpinan Sidang dipilih salah satu dari Pimpinan Komisi. (10) Usul Mengadakan Sidang a. Sidang Pleno dan atau Rapat Komisi dapat diadakan atas kesepakatan Sidang Pleno dan atau Rapat Komisi sebelumnya, atau atas undangan Ketua atau atas usul sekurang-kurangnya lima orang anggota untuk Sidang Pleno dan tiga orang anggota untuk Rapat Komisi. b. Bila sidang atau rapat diadakan atas undangan Ketua atau atas usul dari anggota seperti tertera pada sub ayat (a), maka dal am undangan harus secara jelas dinyatakan acara yang akan dibahas dalam Sidang atau Rapat. c. Undangan Sidang atau rapat harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan selambat-lambatnya dua hari sebelum waktu sidang dan atau rapat yang ditentukan melalui e-mail, faximili dan atau media yang lainnya. (11) Jenis Keputusan a. Keputusan Sidang Senat dapat berbentuk ; 1) Keputusan dan atau 2) Risalah b. Keputusan Sidang berbentuk Ketetapan bila menyangkut hal yang prinsipil, terutama yang bersangkutan dengan Peraturan, Pedoman, atau Ketentuan Norma Akademik. c. Keputusan Sidang berbentuk Keputusan bila berhubungan dengan internal Senat, atau yang berkenaan dengan hubungan Senat dengan lembaga lain di luar Senat. d. Keputusan Sidang berbentuk Risalah yang berkenaan dengan hal yang dibicarakan dalam Sidang Senat atau Rapat Komisi. Risalah baru dapat menjadi keputusan setelah disetujui oleh Sidang Senat dan Rapat Komisi berikutnya. (12) Pengambilan Keputusan a. Keputusan Sidang Senat diambil dengan cara musyawarah mufakat. Bila dengan cara musyawarah tidak dapat mencapai mufakat, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak. b. Keputusan Sidang yang berkenaan dengan orang, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak, dan dilakukan dengan pemungutan suara secara rahasia. (13) Hak Bicara dan Hak Suara a. Semua anggota Senat mempunyai hak suara dan hak bicara dalam pengambilan keputusan. b. Anggota hanya dapat bicara setelah mendapat izin dari Ketua Sidang. c. Pembicara tidak boleh diganggu selama berbicara. d. Ketua Sidang dapat menentukan lamanya para anggota berbicara. e. Bila pembicaraan melebihi waktu berbicara yang ditetapkan, Ketua Sidang memperingatkan pembicara, dan pembicara harus mentaati peringatan tersebut. f. Sebelum berbicara, para pembicara harus mendaftarkan diri atau didaftarkan oleh Ketua Sidang. g. Giliran berbicara diatur sesuai dengan anggota yang mendaftar. h. Selama anggota atau Ketua Sidang berbicara dapat dilakukan interupsi. Pembicaraan interupsi harus dalam pokok yang dibahas dan paling lama dalam waktu tiga menit. Interupsi yang menyimpang dari pokok pembahasan dapat diperingatkan atau diberhentikan oleh Ketua Sidang. (14) Penghentian dan Penundaan Sidang a. Sidang Senat berhenti setelah menyelesaikan semua acara yang diagendakan. b. Sidang dapat diperpanjang untuk membicarakan acara diluar agenda sidang atas persetujuan sidang. c. Sidang yang sedang berjalan dapat dihentikan atas keputusan sidang. d. Sidang yang sedang berjalan dapat ditunda sementara atas keputusan Ketua Sidang atau atas usul mayoritas anggota sidang. Pasal 7 Kedudukan Komisi (1) Komisi adalah salah satu alat kelengkapan organisasi Senat. (2) Komisi dibentuk oleh Senat sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan tugas tertentu. (3) Komisi sebagai kelengkapan organisasi Senat k meniliki tanggungjawab dalam bidang kajian tertentu. Pasal 8 Tugas dan Wewenang Komisi (1) Komisi memiliki kewenangan untuk melakukan kegiatan dalam lingkup kerja kebijakan normatifnya, sedangkan kekuatan validitas hasil kerja berada pada keputusan Senat. (2) Komisi sebagai unsur kelengkapan organisasi Senat menjalankan tugas Senat bersifat jangka panjang dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya tugas Senat. (3) Lingkup kerja kajian normatif setiap komisi ditetapkan secara fungsional efektif sebagai pelaksanaan tugas dan wewenang Senat. (4) Komisi dalam menjalankan tugasnya jika dianggap perlu dapat menunjuk nara sumber yang bukan anggota Senat, diajukan dan ditunjuk dengan keputusan Senat. 4

(5) Komisi membuat rencana kerja yang memuat hasil yang dicapai dengan memperhatikan azas manfaat dan fungsional, efisien dan efektif dalam mendukung tugas dan peran Senat sebagai lembaga normatif tertinggi di Poltekkes Kemenkes Surabaya di bidang akademik. (6) Komisi menyelenggarakan rapat dan kegiatan lainnya, dan wajib melaporkan pada rapat pleno Senat (7) Hal-hal yang tidak dapat diputuskan dalam rapat komisi dibicarakan dan diputuskan pada rapat pleno Senat Pasal 9 Pembentukan dan Penetapan Lingkup Bidang Kerja Komisi (1) Jumlah dan komposisi keanggotaan komisi ditetapkan oleh Senat disesuaikan dengan daya dukung terhadap lingkup kerja kebijakan normatifnya. (2) Pembentukan dan kenggotaan serta rincian lingkup kerja kebijakan untuk setiap komisi ditetapkan oleh Keputusan Senat. (3) Lingkup Tugas Komisi yang dimaksud ayat (1) di atas adalah meliputi lingkup kerja keb ijakan normatif sebagai berikut: Tugas Komisi A Bidang Pengembangan Akademik 1. Menetapkan dokumen STATUTA Poltekkes Kemenkes Surabaya 2. Menetapkan dokumen RENSTRA dan RENOP Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. 3. Menetapkan dokumen program kerja Direktur 4. Merumuskan dan menetapkan dokumen Rencana Induk Pengembangan (RIP) Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya 5. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penilaian prestasi akademik 6. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes berkenaan dengan dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik; Tugas Komisi B Bidang Kode Etik 1. Menetapkan norma dan tolok ukur penyelenggaraan program pendidikan, penelitian dan pemberian pelayanan kepada masyarakat 2. Menetapkan dokumen etik perilaku dosen, tenaga pendidikan dan mahasiswa dalam kehidupan di kampus 3. Menetapkan dokumen peraturan kerjasama dengan alumni, pemerintah, swasta, perguruan tinggi dalam dan luar negeri 4. Menetapkan peraturan pelaksanaan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya dalam bentuk dokumen peraturan akademik, peraturan penelitian dan peraturan Pengabmas. Tugas Komisi C Bidang Manajemen 1. Menilai pertanggungjawaban pimpinan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan 2. Memberikan pertimbangan kepada Kepala BP PSDMK berkenaan dengan calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi Direktur 3. Memberikan Pertimbangan kepada Kepala BP PSDMK berkenaan dengan pemberhentian Direktur Karena berakhirnya masa jabatannya atau alasan lain 4. Bersama Direktur memberikan pertimbangan kepada Kepala BP PSDMK bagi pengangkatan dan pemberhentian jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku 5. Merumuskan Kriteria dan tatacara pemilihan Direktur 6. Merumuskan dan menetapkan dokumen Tata Kelola Poltekkes Kemenkes Surabaya. 7. Menetapkan dokumen kebijakan mutu internal Poltekkes Kemenkes Surabaya Pasal 10 Tata Cara Penetapan Anggota dan Pemilihan Pimpinan Komisi (1) Pimpinan Komisi terdiri atas Ketua Komisi dan Sekretaris Komisi. (2) Pimpinan Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rapat penetapan Pimpinan Komisi dipimpin oleh pimpinan rapat sementara; b. Pimpinan rapat sementara terdiri dari angota tertua dan termuda masing-masing sebagai ketua dan sekretaris rapat; 5

c. Setiap anggota komisi berhak mengajukan dirinya atau anggota lain untuk mencadi calon ketua dan sekretaris komisi; d. Rapat komisi menetapkan ketua dan sekretaris komisi dengan musyawarah mufakat atau dengan pemungutan suara apabila lebih dari satu pasangan; e. Pimpinan rapat sementara komisi, mengusulkan calon pimpinan komisi untuk ditetapkan oleh Senat Pasal 11 Panitia Khusus (1) Panitia Khusus (Pansus) dibentuk dan bertangung jawab sepenuhnya kepada Senat untuk menyelesaikan suatu hal yang bersifat mendesak dan tidak tercakup dalam bidang kajian komisi-komisi. (2) Panitia khusus dipimpin oleh anggota Senat dan beranggotakan anggota lintas komisi pada Senat dan dapat ditambah dari luar anggota Senat. (3) Anggota Panitia Khusus jumlah dan kualifikasinya ditetapkan dengan memperhatikan keahlian, dan efektivitas kerja. (4) Panitia khusus bersifat temporer, tugas dan batas kerjanya ditentukan dengan keputusan Senat. Pasal 12 Etika Kerja Senat Akademik (1) Menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, keilmuan serta jati diri Poltekkes Kemenkes Surabaya dalam menjalankan tugas Senat. (2) Memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkuat landasan normatif bagi kemajuan Poltekkes Kemenkes Surabaya dengan mengutamakan kepentingan Poltekkes Kemenkes Surabaya di atas kepentingan lainnya. (3) Berusaha mewujudkan kehidupan kampus yang religius, edukatif dan ilmiah. (4) Menumbuhkan semangat kebersamaan, efesiensi, efektifiktivitas, produktivitas dan nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan. (5) Menunjukkan kinerja yang terpuji, dan berusaha dengan sungguh-sunguh untuk mewujudkan Senat sebagai lembaga normatif. Pasal 13 Anggaran Biaya Senat (1) Senat Akademik menyusun anggaran setiap tahun. (2) Anggaran Senat disusun atas dasar usulan dari Komisi dan Sidang Senat. (3) Anggaran Senat Akademik dibebankan kepada anggaran Poltekkes Kemenkes Surabaya Pasal 14 Penutup (1) Tata Tertib ini ditetapkan dan berlaku untuk Senat sejak tanggal ditetapkan; (2) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Senat. Ditetapkan di : Surabaya Pada Tanggal : 17 Desember 2014 Ketua, Senat Poltekkes Kemenkes Surabaya Sekretaris, drg.bambang Hadi Sugito.,M.Kes. Sunarto, S.Kep.,Ns.,M.MKes NIP 196204291993031002 NIP 196708051993031004 6